Diceritakan di dalam
kitab Rasyafatus Shoodi, karya Alhabib Muhammad Alhaddar. Ada seorang Syarifah janda ditinggal wafat suaminya
dan meninggalkan 3 orang anak perempuan.
Karena tak ada yang
dimakan, sang Syarifah meminta pertolongan kesana kemari untuk memenuhi
kebutuhan dia dan 3 orang anaknya. Sampai ketika ia melihat seorang guru besar
Islam beserta para muridnya.
Pada saat guru besar
Islam itu diberitahukan oleh syarifah akan hal keadaannya maka sang guru
berucap: "berikan aku bukti bahwa kau janda miskin yang sengsara,"
sambil tidak mau memalingkan wajahnya ke arah syarifah.
Karena dicuekin, sang Syarifah
pun pergi dengan hampa. Lalu dia melihat ada seorang saudagar kaya yang sedang
duduk. Sang syarifah bertanya kepada seseorang "Siapa orang itu?" Maka dijawab:
"Dia adalah seorang Majusi (penyembah matahari) yang menjadi pengurus kota
ini.
Karena terpaksa sang
syarifah terpaksa minta bantuan kepada si majusi tersebut. Ternyata dia baik
hati dan membantu syarifah dan anak-anaknya. Sehingga mereka disuruh bermalam
di rumahnya dan makan makanan yang enak serta menginap dengan keadaan yang
sangat lebih baik dari sebelumnya.
Pada malam itu sang guru
besar Islam bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat hari kiamat, dan melihat ada
istana megah luar biasa di surga.
Kaum muslimin masuk
surga atas perintah Rasulullah SAW. Akan tetapi Rasul berpaling
muka atas sang guru
besar Islam. Sang guru berkata: "Ya Rasulullah, kenapa engkau
enggan memandangku
padahal aku muslim?" Maka Nabi SAW
menjawab: "berikan aku bukti bahwa kau memang
muslim!" Sang guru-pun panik luar biasa. Kemudian Rasul SAW berucap:
"Ingatkah engkau di dunia pernah berkata sedemikian pada cucuku".
Akhirnya sang guru
terbangun dari tidur dan menangis dahsyat. Lalu bergegas menyuruh
muridnya mencari sang
syarifah ke penjuru kota.
Alhasil, sang guru tahu
bahwa sang syarifah di tempat saudagar majusi. Sang gurupun bergegas kesana.
Saat bertemu saudagar majusi, sang guru berucap: "wahai fulan, tolong
serahkan si syarifah padaku. Aku mau memuliakan beliau." Si saudagar majusi
menolak dan tidak mau menyerahkan sang syarifah.
Kemudian sang guru besar
memaksa saudagar majusi dan menawarkan sejumlah harta yang besar agar sang
syarifah diserahkan padanya. Tapi sang saudagar tetap menolak. Akhirnya sang
guru besar bercerita perihal mimpinya pada si saudagar majusi.
Saudagar berucap:
"ketahuilah wahai guru besar. Sesungguhnya istana yang sangat megah yang
kau lihat dalam mimpi itu kepunyaanku. Itu sebagai hadiah kecil yang diberikan
padaku karena aku telah menolong sang syarifah serta anak-anaknya.
Dan ketahuilah bahwa
aku, istriku, anak-anakku, serta semua yang ada di rumahku telah bersaksi: "Laa ilaaha illallaah ; wa anna Muhammadar Rasulullaah"
Kami masuk Islam
lantaran keberkahan yang dibawa syarifah. Dan di dalam mimpi Rasulullah SAW
berkata padaku: "sesungguhnya engkau telah ditakdirkan sebaga muslim serta
keluargamu."
Sang guru besarpun
menangis terisak-isak dan sangat menyesali perbuatannya.
*******
*******
“Pendusta agama” :
Tahukah kamu orang yang mendustakan agama; Itulah orang yg menghardik anak
yatim ; Dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin.
(QS. Al Maun, 107 : 1-3)
Prof. Dr. Hamka menjelaskan makna “pendusta agama” adalah
meskipun ia rajin shalat, ia rajin puasa dan ia rajin melaksanakan ibadah
lainnya, namun apabila ia yang tidak peduli terhadap nasib anak yatim dan orang miskin maka ketaqwaannya diragukan.
Tingkat ketaqwaan
seseorang diukur dari seberapa besar kepeduliannya terhadap anak yatim dan fakir
miskin. Banyak hadis nabi yang menyatakan bahwa untuk mengukur ketaqwaan seseorang
adalah dari akhlaknya (prilaku sosial).
Rasulullah bersabda, khairunnas anfa’uhum linnas , ”Manusia yang paling baik
(dicintai Allah Ta’ala), ialah manusia yang paling bermanfaat bagi
manusia yang lain. (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)
Salah satu ciri orang yang
bertaqwa antara lain adalah menafkahkan sebagian rizki. Mereka yang
bertaqwa, yaitu yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan
kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 2-3)
Ketika Rasulullah ditanya, ”Amal apa yang
paling utama?”. Nabi menjawab, ”Seutama-utama amal ialah memasukkan rasa
bahagia pada hati orang yang beriman, yaitu melepaskannya dari rasa lapar,
membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan hutang-hutangnya.” (HR.
Ibnu Hajar Al-Asqalani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar