Rabu, 26 April 2017

Kisah Seorang Syarifah Miskin

Diceritakan di dalam kitab Rasyafatus Shoodi, karya Alhabib Muhammad Alhaddar. Ada seorang Syarifah janda ditinggal wafat suaminya dan meninggalkan 3 orang anak perempuan.

Karena tak ada yang dimakan, sang Syarifah meminta pertolongan kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan dia dan 3 orang anaknya. Sampai ketika ia melihat seorang guru besar Islam beserta para muridnya.

Pada saat guru besar Islam itu diberitahukan oleh syarifah akan hal keadaannya maka sang guru berucap: "berikan aku bukti bahwa kau janda miskin yang sengsara," sambil tidak mau memalingkan wajahnya ke arah syarifah.

Karena dicuekin, sang Syarifah pun pergi dengan hampa. Lalu dia melihat ada seorang saudagar kaya yang sedang duduk. Sang syarifah bertanya kepada seseorang  "Siapa orang itu?" Maka dijawab: "Dia adalah seorang Majusi (penyembah matahari) yang menjadi pengurus kota ini.

Karena terpaksa sang syarifah terpaksa minta bantuan kepada si majusi tersebut. Ternyata dia baik hati dan membantu syarifah dan anak-anaknya. Sehingga mereka disuruh bermalam di rumahnya dan makan makanan yang enak serta menginap dengan keadaan yang sangat lebih baik dari sebelumnya.

Pada malam itu sang guru besar Islam bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat hari kiamat, dan melihat ada istana megah luar biasa di surga.

Kaum muslimin masuk surga atas perintah Rasulullah SAW. Akan tetapi Rasul berpaling
muka atas sang guru besar Islam. Sang guru berkata: "Ya Rasulullah, kenapa engkau
enggan memandangku padahal aku muslim?"  Maka Nabi SAW menjawab: "berikan aku bukti bahwa kau memang muslim!" Sang guru-pun panik luar biasa. Kemudian Rasul SAW berucap: "Ingatkah engkau di dunia pernah berkata sedemikian pada cucuku".

Akhirnya sang guru terbangun dari tidur dan menangis dahsyat. Lalu bergegas menyuruh
muridnya mencari sang syarifah ke penjuru kota.

Alhasil, sang guru tahu bahwa sang syarifah di tempat saudagar majusi. Sang gurupun bergegas kesana. Saat bertemu saudagar majusi, sang guru berucap: "wahai fulan, tolong serahkan si syarifah padaku. Aku mau memuliakan beliau." Si saudagar majusi menolak dan tidak mau menyerahkan sang syarifah.

Kemudian sang guru besar memaksa saudagar majusi dan menawarkan sejumlah harta yang besar agar sang syarifah diserahkan padanya. Tapi sang saudagar tetap menolak. Akhirnya sang guru besar bercerita perihal mimpinya pada si saudagar majusi.

Saudagar berucap: "ketahuilah wahai guru besar. Sesungguhnya istana yang sangat megah yang kau lihat dalam mimpi itu kepunyaanku. Itu sebagai hadiah kecil yang diberikan padaku karena aku telah menolong sang syarifah serta anak-anaknya.

Dan ketahuilah bahwa aku, istriku, anak-anakku, serta semua yang ada di rumahku telah bersaksi: "Laa ilaaha illallaah ; wa anna Muhammadar Rasulullaah"

Kami masuk Islam lantaran keberkahan yang dibawa syarifah. Dan di dalam mimpi Rasulullah SAW berkata padaku: "sesungguhnya engkau telah ditakdirkan sebaga muslim serta keluargamu."


Sang guru besarpun menangis terisak-isak dan sangat menyesali perbuatannya.

*******


Pendusta agama” : Tahukah kamu orang yang mendustakan agama; Itulah orang yg menghardik anak yatim ;  Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
 (QS. Al Maun, 107 : 1-3)

Prof. Dr. Hamka  menjelaskan makna “pendusta agama” adalah meskipun ia rajin shalat, ia rajin puasa dan ia rajin melaksanakan ibadah lainnya, namun apabila ia yang tidak peduli terhadap nasib anak yatim dan  orang miskin maka ketaqwaannya diragukan.

Tingkat ketaqwaan seseorang diukur dari seberapa besar kepeduliannya terhadap anak yatim dan fakir miskin. Banyak hadis nabi yang menyatakan bahwa untuk mengukur ketaqwaan seseorang adalah dari akhlaknya (prilaku sosial). 

Rasulullah bersabda, khairunnas anfa’uhum linnas , ”Manusia yang paling baik (dicintai Allah Ta’ala),  ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.  (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)

Salah satu ciri orang yang bertaqwa antara lain adalah menafkahkan sebagian rizki.  Mereka yang bertaqwa, yaitu yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 2-3)


Ketika Rasulullah ditanya, ”Amal apa yang paling utama?”.  Nabi menjawab, ”Seutama-utama amal ialah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, yaitu melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan hutang-hutangnya.”  (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar