Dalam banyak kesempatan,
Nabi Muhammad SAW kerap memberikan jawaban kepada para sahabat tentang hal-hal
yang disukai Allah Ta’ala. Jawaban tersebut kadang berbeda-beda sesuai dengan konteks
dan kapasitas sahabat yang menanyakan.
Ketika sedang duduk iktikaf di masjid Nabawi (seperti yang tertulis dalam kitab hadis riwayat Ath-Thabrani 6/139), Rasulullah Saw didatangi oleh seorang laki-laki, lalu ia bertanya dua hal, yaitu Siapakah orang yang paling dicintai Allah, dan amal apakah yang paling disukai Allah ta'ala
Maka nabi Muhammad menjawab, pertama, orang yang
paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia. Dan kedua, Amal yang paling
dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kedalam
hati seorang mukmin, yaitu melepaskan kesulitannya, atau melunasi
hutangnya, atau menghilangkan kelaparannya.
Lalu Nabi menambahkan bahwa beliau lebih suka membantu saudaranya
daripada beriktikaf di masjid Nabawi selama sebulan.
Pada Riwayat lain, dari Jabir bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda, "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak
bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat
bagi manusia." (HR Thabrani dan Daruquthni).
Hadis itu sangat popular, namun kebanyakan kaum muslimin hanya
hafal kalimat, “Khoirunnas anfa'uhum linnas,” artinya
sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Dari kedua hadits tersebut kita bisa menarik kesimpulan, bahwa manusia
terbaik adalah yang: (1) paling bermanfaat bagi manusia lain, (3) suka menolong
kesulitan orang mukmin, dan (3) ramah terhadap semua orang.
1. Bermanfaat bagi manusia lain.
Bermanfaat
bagi orang lain yaitu apabila keberadaannya sangat berfaedah bagi orang di
sekitarnya, dan sangat dibutuhkan oleh orang lain. Ia dicintai banyak manusia karena kepeduliannya
terhadap sekitar dan bisa membawa pengaruh yang baik.
Cak Nun membagi keberadaan manusia ke dalam 5 (lima) golongan, yaitu : Manusia
Wajib, Manusia Sunnah, Manusia Mubah, Manusia Makruh dan Manusia Haram.
a. Manusia Wajib
Keberadaannya sangat
bermanfaat bagi banyak orang. Apabila dia tak ada maka orang-orang
merasa kehilangan, karena tidak
ada orang lain yang bisa menggantikannya.
b. Manusia Sunnah
Keberadaannya membawa
manfaat bagi banyak orang. Namun apabila dia tak ada maka
orang-orang tidak begitu kehilangan, karena
ada orang lain yang bisa gantikan posisinya.
c. Manusia Mubah
Keberadaannya tidak ada manfaat atau kerugian apapun. Adalah
manusia2 cuek yang hanya mementingkan dirinya sendiri tapi tak pernah mau
peduli terhadap orang lain.
d. Manusia Makruh
Keberadaannya bisa mendatangkan masalah atau keburukan
bagi orang lain disekitarnya, tetapi kalau dia tak ada tidak
ada pengaruh apa-apa.
e. Manusia Haram
Keberadaannya justru menjadi masalah atau musibah bagi orang
lain disekitarnya. Orang lebih suka jika dia tak ada. Ciri-ciri manusia ini adalah jika dia datang ke suatu
tempat maka orang-orang pasti merasa tidak senang dan pergi menjauh.
2. Suka menolong kesulitan orang lain.
Rasulullah
bersabda, menolong atau memenuhi kebutuhan orang beriman yang sedang menghadapi
kesulitan
hidup, seperti kelaparan, terlilit hutang,
menderita sakit, dan sebagainya mempunyai nilai pahala yang
melebihi pahala beriktikaf di masjid Nabawi selama sebulan.
3. Bersikap ramah : Rumus 3S, yaitu: Senyum, Salam
dan Sapa.
Berusaha Menjadi Manusia Terbaik
Manusia
terbaik itu bukan yang rajin ibadah ritualnya (shalat, dzikir, puasa, haji,
dsb), tetapi manusia terbaik itu (menurut Rasulullah) adalah manusia
yang (1) bermanfaat bagi manusia lain, (2) suka
menolong kesulitan orang mukmin, dan (3) ramah terhadap semua orang.
Berbuat baik itu mudah, tidak berat seperti untuk mencapai sukses (butuh
kecerdasan, kerja keras, keuletan). Berbuat baik hanya butuh : Kemauan,
Kepedulian, dan Keikhlasan.
A’a Gym menasehati kita untuk menjadi pribadi yang baik itu dengan rumus
3M (Tiga Mulai), yaitu : (1) Mulai dari diri sendiri, (2) Mulai dari hal-hal
yang kecil, dan (3) Mulai dari sekarang.
Untuk itulah maka marilah kita saling berlomba-lomba dalam berbuat
kebaikan, “Fastabikhul khairat” . Dalam surat Al Baqarah, ayat 148,
Allah berfirman, “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di
mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
--- --- --- --- --- ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar