"Kebahagiaan
tidak selalu berada pada orang yang hidupnya penuh dengan kemudahan tanpa
masalah, tetapi justru kebahagiaan seringkali dirasakan oleh orang yang selalu
berhasil dalam mengatasi berbagai persoalan hidup". Itulah
pandangan Prof. William James (1842-1910), tokoh pragmatisme yang telah
memberi kontribusi besar pada pemikiran filsafat dunia Barat.
Hakekat hidup mencari kebahagiaan: https://blogkalimana.blogspot.com/2019/01/hakikat-hidup-mencari-keahagiaan.html
https://www.kompasiana.com/kalimana/5b76a1aa43322f068b6eee7b/memahami-hakekat-kebahagiaan?page=all
Menurut William, orang yang mempunyai banyak persoalan hidup tetapi ia selalu
dapat mengatasinya itulah orang yang senantiasa bahagia. Sedangkan orang
yang tidak pernah mempunyai persoalan hidup, yang perjalanan hidupnya adem ayem
dan mulus-mulus saja, maka dia tak akan merasakan kebahagiaan. Ia hanya
merasakan kehidupan yang datar, hambar, tidak dinamis dan menjemukan. Sebuah
kehidupan yang "tidak hidup".
Prof. William, penulis buku Pragmatism (1907)
dan TheMeaning of Truth (1909) itu menambahkan bahwa kebahagiaan itu dibangun oleh pikiran, "Engkau
bukanlah yang engkau kira, tetapi apa yang engkau pikirkan.
Kalau engkau memikirkan kebahagiaan,
engkau akan bahagia. Kalau engkau berpikiran sedih, engkau menjadi sedih. Dan
kalau engkau berpikiran takut, engkau akan menjadi takut".
Pendapat itu senada dengan
pandangan DR. Dale Carnegie, pakar psikologi dan motivator terkemuka di AS :
"Hidup kita dibentuk oleh pikiran kita. Orang
tidak terlalu terluka oleh apa yang terjadi, tetapi oleh pendapatnya
(pikirannya) tentang apa yang terjadi". Meski kehidupan
seseorang nampak berat, tetapi jika ia berpikiran senang maka ia akan merasa
bahagia.
Definisi kebahagiaan, sesuai wikipedia adalah keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan, ketenangan, kesenangan, cinta hingga kegembiraan hidup yang intens
Definisi kebahagiaan, sesuai wikipedia adalah keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan, ketenangan, kesenangan, cinta hingga kegembiraan hidup yang intens
2. Kebahagiaan dari Sikap Hati
Kekayaan, ketenaran, kecantikan dan
kekuasaan bukan jaminan untuk memperoleh kebahagiaan. Buktinya, Adolf
Merckle, orang terkaya dari Jerman mengakhiri hidup dengan cara menabrakkan
tubuhnya ke kereta api. Michael Jackson, penyanyi terkenal dunia dari USA tewas
setelah meminum obat penenang hingga overdosis.
Marilyn Monroe, artis cantik dari USA
juga tewas akibat kebanyakan mengkonsumsi obat anti depresi.
Demikian pula Getulio Vargas, presiden Brazil yang begitu berkuasa bunuh
diri dengan cara menembakan pistol ke jantungnya.
Ternyata bahagia atau tidaknya hidup
seseorang itu, bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, populernya, cantiknya,
kuasanya, atau se-sukses apapun hidupnya. Tapi yang
bisa membuat seseorang itu bahagia adalah sikap hati orang itu sendiri.
Alkisah... Ada seorang Raja yang
begitu berkuasa tengah termenung memikirkan hidupnya sambil memandang taman di
depan istananya. Ia sering gelisah karena sulit menemukan ketenangan dan
susah merasakan kebahagiaan. Ia susah tidur akibat banyaknya pikiran yang
mengganggu. Padahal selama ini ia tidur di kamar mewah di atas kasur yang
empuk.
Ketika sedang melamun, sang raja melihat seorang tukang kebunnya yang sedang bekerja sambil bernyanyi dan tertawa ria. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan.
Ketika sedang melamun, sang raja melihat seorang tukang kebunnya yang sedang bekerja sambil bernyanyi dan tertawa ria. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan.
Padahal gajinya pas-pasan dan rumahnya
begitu sederhana. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Saat dia
pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makan seadanya dan keluarga
kecil ini pun makan dengan bahagia.
Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihatnya dan bertanya, "Telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran melihat si tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya. Padahal ia tidak memiliki apa-apa."
Sang penasehat memberi penjelasan, "Padukan raja, tukang kebun bisa hidup bahagia seperti itu karena ia mensyukuri apa yang telah ia peroleh. Ia ikhlas dengan keadaan yang telah ditakdirkan. Ia tidak berusaha mencari sesuatu di luar mimpinya"
Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihatnya dan bertanya, "Telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran melihat si tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya. Padahal ia tidak memiliki apa-apa."
Sang penasehat memberi penjelasan, "Padukan raja, tukang kebun bisa hidup bahagia seperti itu karena ia mensyukuri apa yang telah ia peroleh. Ia ikhlas dengan keadaan yang telah ditakdirkan. Ia tidak berusaha mencari sesuatu di luar mimpinya"
3. Letak kebahagiaan
Kalau kebahagiaan bisa dibeli, tentu
orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu dan orang miskin akan sulit
mendapatkannya karena sudah diborong oleh mereka yang kaya. Dan kalau
kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan
kosong, karena semua orang akan ke sana untuk memdapatkan hidup bahagia. Untungnya
kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia, sehingga kita tidak perlu
membeli atau bersusah payah pergi mencari kebahagiaan itu.
Ungkapan bijak mengatakan, "Jika
engkau ingin mencari kebahagiaan maka kebahagiaan itu ada di luar. Namun jika
engkau ingin merasakan kebahagiaan maka kebahagiaan itu ada di dalam."
Orang-orang berada di tempat-tempat hiburan malam, diskotik, berdansa ria
seraya mengkonsumsi narkoba, sesungguhnya ia adalah orang yang sedang mencari
kebahagiaan. Karena hidupnya yang tidak bahagia, maka ia mencari kebahagiaan di
luar. Sedangkan orang yang menikmati teh hangat dan kue ringan bersama
keluarga sambil bercanda ria, itulah orang yang bahagia. Mereka sedang
merasakan kebahagiaan yang ada pada diri mereka.
Nabi Muhammad bersabda, "Hendaklah engkau berbahagia bila mempunyai hati yang
bersyukur, lidah yang berzikir, dan istri (suami) yang membantunya dalam urusan
akhirat" (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Di sisi lain, Nabi Muhammad juga
menyampaikan bahwa ada 4 hal yang membuat hidup
seseorang bahagia, yaitu (1) istri yang salihah, (2) anak-anak yang
menyenangkan, (3) lingkungan (sahabat-sahabat) yang baik, serta (4) mempunyai
penghidupan yang diusahakan di negeri sendiri. (HR Dailami).
4. Memberi Itu Membahagiakan
Dikisahkan ada seorang gadis
mengontrak rumah bersebelahan dengan rumah seorang ibu miskin dengan 2 anak.
Pada satu malam tiba-tiba listrik padam, dan lampu peneranganpun mati.
Dengan bantuan cahaya HP dia ke dapur mau mengambil lilin. Tiba-tiba ada
yang mengetuk pintu. Ternyata anak miskin sebelah rumah.
Anak itu bertanya : "Kakak, punya
lilin ?" Gadis itu berpikir: Jangan pinjamkan nanti jadi kebiasaan.
Maka si gadis menjawab , "Tidak Ada!!".
Saat itulah si anak miskin berkata
riang: "Saya sudah duga kakak tidak punya lilin, Ini ada 2 lilin untuk
kakak. Kami khawatir karena kakak tinggal sendiri dan tidak punya lilin."
Hati anak miskin itu sangat bahagia.
Sementara gadis itu merasa sangat bersalah, dalam linangan airmata, dia memeluk
anak kecil itu erat-erat.
Ternyata memberi itu membahagiakan
lagi menentramkan hati. Kata bijak dari Mahatma Gandhi, "kebahagiaan
tergantung pada apa yang dapat anda berikan, bukan pada apa yang anda
peroleh". Karena kekayaan tidak tergantung berapa banyak "kita
punya", tetapi seberapa banyak "kita bisa memberi"
Sesungguhnya hakekat
"orang kaya" adalah orang yang selalu merasa cukup, sehingga dia
terus berbagi. Sedangkan "orang miskin" adalah orang yang
selalu merasa kurang, sehingga dia terus mencari.
Hakekat hidup mencari kebahagiaan: https://blogkalimana.blogspot.com/2019/01/hakikat-hidup-mencari-keahagiaan.html
https://www.kompasiana.com/kalimana/5b76a1aa43322f068b6eee7b/memahami-hakekat-kebahagiaan?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar