Ahlussunnah wal Jama’ah berhaluan
salah satu Madzhab yang empat.
Seluruh ummat Islam di dunia dan para
ulamanya telah mengakui bahwa Imam yang empat ialah Imam
Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad
Ibnu Hambal telah memenuhi persyaratan sebagai Mujtahid. Hal itu
dikarenakan ilmu, amal dan akhlaq yang dimiliki oleh mereka.
Maka ahli fiqih memfatwakan bagi umat
Islam wajib mengikuti salah satu madzhab yang empat tersebut.
Madzhab Hanafi
Dinamakan Hanafi,
karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit. Beliau lahir di Kufah, Irak (80-148 H). Madzhab ini dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal) karena hadits yang sampai
ke Irak sedikit, sehingga beliau
banyak mempergunakan Qiyas.
Beliau termasuk ulama
yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan fasih membaca Al-Qur’an. Beliau
ditawari untuk menjadi hakim pada zaman bani Umayyah yang terakhir, tetapi
beliau menolak.
Madzhab ini
berkembang karena menjadi madzhab pemerintah pada saat Khalifah Harun
Al-Rasyid. Kemudian pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur beliau diminta
kembali untuk menjadi Hakim tetapi beliau menolak, dan memilih hidup berdagang,
madzhab ini lahir di Kufah.
Madzhab Maliki
Pendirinya adalah
Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia dilahirkan di Madinah,
Arab Saudi (93-179 H). Beliau sebagai ahli hadits di Madinah dimana Rasulullah SAW hidup di kota
tersebut.
Madzhab ini dikenal
dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau mengutamakan perbuatan
ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang diriwayatkan oleh
perorangan). Karena bagi beliau mustahil ahli Madinah akan berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan kepada
hadits, karena menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits mutawatir.
Madzhab ini lahir di
Madinah kemudian berkembang ke negara lain khususnya Maroko. Beliau sangat
hormat kepada Rasulullah dan cinta, sehingga beliau tidak pernah naik unta di
kota Madinah karena hormat kepada makam Rasul.
Madzhab Syafi’i
Tokoh utamanya adalah
Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di Ghuzzah, Palestina (150-204 H). dan wafat di
Mesir pada tahun 204 H.
Beliau belajar kepada Imam Malik yang dikenal dengan
madzhabul hadits, kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama Irak
yang dikenal sebagai madzhabul qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan madzhab
terpadu yaitu madzhab hadits dan madzhab qiyas.
Itulah keistimewaan madzhab Syafi’i.
Di antara kelebihan
asy-Syafi’i adalah beliau hafal Al-Qur’an umur 7
tahun, pandai diskusi dan selalu menonjol. Madzhab ini lahir di Mesir
kemudian berkembang ke negeri-negeri lain.
Madzhab Hanbali
Dinamakan Hanbali,
karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaebani, lahir di Baghdad, Irak (164-241 H). Beliau adalah murid
Imam Syafi’i yang paling istimewa dan tidak pernah pisah sampai
Imam Syafi’i pergi ke Mesir.
Menurut beliau hadits dla’if dapat
dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan yang
afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan hukum. Beliau
tidak mengaku adanya Ijma’ setelah sahabat karena ulama sangat banyak dan
tersebar luas.
KH A Nuril Huda
Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
&&&&&&&
PARA ULAMA BERSELISIH TENTANG KEDUDUKAN HADIS DI DALAM HUKUM.
1.
Imam Hanafi
·
Hidup di Persia dan
jauh dari pusat Islam di Mekkah-Madinah, (80 – 148 H)
·
Dikenal madzhab Ahli Qiyas
(akal), karena hadits yang sampai ke Irak sedikit,
sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas.
·
Lebih memilih menggunakan
akal (mashlahah) ketimbang hadis yang tidak betul-betul sahih
dengan derajat periwayatan mutawâtir.
2.
Imam Maliki.
·
Hidup di Madinah, (93 –
179 H)
·
Dikenal sbg Ahli Hadis. (yang
lebih tekstualis?)
3.
Imam Syafi’i ,
·
Merupakan murid imam Malik.
·
Beliau dilahirkan di Gaza,
Palestina (150 – 204 H)
·
Menerima hadis âhâd sebagai sumber hukum,
asal rawinya tidak cacat (tsiqah, âdil, dlâbith) dan tidak
bertentangan dengan al-Qur’an.
·
Qunut subuh, misalnya, adalah produk ijtihad
Imam Syafi’i dari hadis âhâd.
4.
Madzhab Hambali
·
Merupakan murid imam Syafi'i.
·
Beliau dilahirkan di Baghdad,
Iraq (164 – 241 H)
·
Hadits dla’if dapat dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan
yang afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan hukum.
6
ULAMA AHLI HADIS
·
Imam Bukhari
– Bukhara, Uzbekistan (194-256 H)
·
Imam Abu Dawud
– Sistan, Iran/Afghanistan (202-275 H)
·
Imam Muslim
– Neyshabur, Iran (204-261 H)
·
Imam ibn Majah
– Qazwin, Iran (209-273 H)
·
Imam At Tirmidzi
– Termiz, Uzbekistan (209-279 H)
·
Imam An Nasai
– Nasa, Turkmenistan (215-303 H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar