The Three Magic Words (Tolong, Maaf & Trimakasih)
Menghargai Orang Lain
Di sebuah pesta perpisahan
sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara
penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya
yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.
Karena waktu yang terbatas,
kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan.
Diantara pujian dan kesan
yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di
acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang
office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.
Dia menulis semuanya dengan
huruf kapital sebagai berikut..
Yang terhormat Pak Direktur…
Terima kasih karena Bapak
telah mengucapkan kata ‘tolong’, setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya
adalah tanggung jawab saya.
Terima kasih Pak Direktur
karena Bapak telah mengucapkan ‘maaf’, saat Bapak menegur, mengingatkan dan
berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin
saya mengubahnya menjadi kebaikan.
Terima kasih Pak Direktur
karena Bapak selalu mengucapkan ‘terima kasih’ kepada saya atas hal-hal kecil
yang telah saya kerjakan untuk Bapak.
Terima kasih Pak Direktur
atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap
bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan
dan dikecilkan.
Dan sampai kapan pun bapak
adalah Pak Direktur buat saya.
Terima kasih sekali lagi.
Semoga Allah meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Aamiin.
Setelah sejenak keheningan
menyelimuti ruangan itu,
serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.
Diam-diam Pak Direktur
mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati
seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi
kantor.
Pak Direktur tidak pernah
menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang
menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti
bagi orang kecil seperti si office boy tersebut.
Terpilihnya tulisan itu
untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa
keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya
di perusahaan itu.
Tiga kata ‘terima kasih‘,
‘maaf‘, dan ‘tolong” adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi
mempunyai dampak yang positif. Itulah "The three magic worrds"
Namun mengapa kata-kata itu
kadang sangat sulit kita ucapkan?
Sebenarnya secara tidak
langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang
mengucapkannya.
Apalagi diucapkan oleh
seorang pemimpin kepada bawahannya.
Pemimpin bukan sekadar
memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara
berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan
mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan
bersama.
Tentu kita semua perlu
membiasakan mengucapkan tiga kata pendek tersebut dimana pun, kapan pun, dan
dengan siapa pun kita berhubungan.
Dengan mampu menghargai
orang lain. minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar