Setiap hamba Allah
pada saat menghadapi kematian, yang sedang sakaratul
maut, maka ia akan sangat menyesali satu hal. Ia bukan menyesal
karena rendahnya pangkat, bukan pula karena kurangnya harta, juga bukan karena
kurangnya popularitas. Tetapi ia akan sangat menyesali karena kurangnya
bersedekah.
Dalam Al Quran surah
Al Munafiqun ayat 10, digambarkan bahwa seorang hamba Allah yang tengah
menghadapi kematian ia memohon kepada Allah Swt agar waktu kematiannya ditunda. Untuk
apa? Ia ingin waktu kematiannya ditangguhkan bukan untuk mengerjakan
shalat, bukan untuk puasa, dan bukan pula untuk pergi haji, melainkan untuk bersedekah.
“Rabbi lau laa akhortanii ilaa ajalin qarib - fa ash shadaqa” artinya : Ya Tuhan-ku,
sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi,
maka aku akan bersedekah.
Shalat, puasa, dan haji merupakan ibadah mulia yang pahalanya sangat besar. Namun pahalanya hanya diberikan oleh Allah hanya saat itu, saat ia masih hidup. Berbeda dengan sedekah. Sedekah merupakan amal jariyah, yang pahalanya akan terus mengalir meskipun ia sudah meninggal.
Secara lengkap surah
Al Munafiqun ayat 10, “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami
berikan kepadamu, sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu;
lalu dia berkata (menyesali) : Ya Tuhan-ku, sekiranya Engkau berkenan menunda
(kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah dan aku akan
termasuk orang-orang yang saleh”
2. Pahala sedekah.
Sedekah merupakan
amalan ibadah yang keberadaannya sangat istimewa. Selain mendatangkan pahala
yang besar, yakni Allah akan membalasnya 700
kali lipat, pahala sedekah akan terus mengalir meskipun yang
bersedekah telah meninggal dunia.
Dalam surah Al-Baqarah
ayat 261, Allah berfirman: “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah SWT, (ia) bagaikan (menebar) sebutir benih. (sebutir
benih itu) menumbuhkan tujuh tangkai, dan dalam tiap-tiap tangkai tumbuh 100
butir.”
Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim dan Abu Daud, Rasulullah bersabda: “Apabila manusia mati maka amalnya terputus kecuali karena tiga
hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakan orang
tuanya.“ (HR. Muslim, Ahmad, dan Abu Daud).
Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Asaakir, Allah berfirman : ”Inilah agama yang Aku ridhai untuk
diri-Ku. Tidak
ada yang mampu membuatnya bagus, kecuali kedermawanan dan akhlak yang bagus. Karena itu, muliakanlah agama
ini dengan yang dua itu (yaitu sedekah dan akhlak).”
3. Sedekah: Ibadah Yg Membuat Allah Senang
Dalam kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam Al Ghazali, diceritakan dialog
antara Nabi Musa As dengan Allah SWT;
Musa : "Wahai
Allah aku sudah melaksanakan berbagai ibadah kepadaMu. Manakah diantara
ibadahku yang membuat Engkau senang. Apakah shalatku?
Allah: "Sholat mu itu untukmu sendiri.
Karena shalat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.”
Musa : “Apakah dzikirku?”
Allah: “Dzikirmu itu untukmu sendiri.
Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang.”
Musa : “Puasaku ?”
Allah : “Puasamu itu untukmu sendiri.
Karena puasa melatih diri memerangi hawa nafsumu"
Musa: ”Lalu ibadah apa
yang membuat Engkau senang ya Allah?"
Allah: ”Sedekah. Tatkala engkau
membahagiakan orang yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya Aku
berada disampingnya. "
Dari dialog tersebut, kita
pahami bahwa ternyata shalat, puasa dan dzikir masih belum membuat Allah menjadi
senang, meski ibadah tersebut sangat tinggi nilai pahalanya. Kenapa demikian?
Karena ibadah tersebut hanya berdampak baik terhadap pribadi pelakunya, tetapi
tidak mengandung manfaat bagi orang lain.
Sedangkan sedekah merupakan
amal perbuatan yang bukan hanya berpahala bagi dirinya, tetapi juga membuat
bahagia orang lain. Amal perbuatan yang membahagiakan orang lain,
terutama yang sedang mengalami kesulitan, adalah perbuatan yang sangat disukai
oleh Allah Ta’ala. Perbuatan seperti inilah yang membuat Allah menjadi senang.
Dalam kaitannya dengan
shalat, puasa dan sedekah, Abdul Aziz bin Umair Ra berkata, “Shalat hanya mengantarkanmu
sampai setengah perjalanan surga. Puasa mengantarkanmu hingga ke depan pintu surga. Dan sedekah memasukanmu ke dalamnya (surga).” Menurut Abdul Aziz, bahwa seseorang yang hanya tekun
shalat dan puasa tetapi tidak bersedekah, maka ia belum memenuhi syarat untuk
masuk surga. Orang seperti ini hanya layak sampai di pintu surga saja. Dan
sedekah merupakan ibadah penyempurna untuk memasukkannya ke dalam surga.
4. Sedekah Untuk Orang
Tua.
Bahwasana ada seorang
laki-laki berkata kepada Nabi Saw, “Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara
tiba-tiba (dan tidak memberikan wasiat), dan aku mengira jika ia bisa bicara
maka ia akan bersedekah. Maka apakah ia memperoleh pahala jika aku bersedekah atas namanya (dan akupun
mendapatkan pahala)?. Beliau Rasulullah Saw menjawab, “Ya,
besedekahlah untuknya”. (HR. Bukhari – Muslim).
Sesungguhnya ayahku
meninggal dunia dan meninggalkan harta, tetapi ia tidak
berwasiat. Apakah (Allah) akan menghapuskan
(kesalahan) nya karena sedekahku atas namanya?”. Beliau
Saw menjawab, “Ya”. (HR. Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).
Dari kedua hadis
diatas maka dapat disimpulkan bahwa sedekah yang diniatkan untuk orang tua yang
sudah wafat mempunyai dua manfaat, yaitu dapat memberikan pahala dan menghapuskan sebagian dosanya.
Dalam sebuah riwayat
yang diceritakan oleh para ulama, arwah seorang hamba Allah yang mempunyai banyak dosa, yang sedang mengalami penderitaan. Tiba-tiba beban
penderitaan itu menjadi ringan. Lalu ia bertanya, “Ya Allah kenapa tiba-tiba
aku merasa lebih ringa?” Allah menjawab, “Karena anakmu bersedekah
untukmu”.
Orang tua adalah sosok
yang memberikan segenap cinta dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Apabila
kita sukses di dunia itu tidak lain adalah berkat doa dan peran orang tua.
Sulit rasanya untuk bisa membalas jasa-jasa orang tua. Salah satu cara untuk membalas jasa kedua orang tua adalah membahagiakan mereka ketika masih hidup, dan
mendoakan serta bersedekah untuk mereka
ketika sudah tiada.
5. Kekuatan
Sedekah
Dikisahkan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut:
Tatkala Allah SWT
menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya,
ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut.
Kemudian mereka
bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari
pada gunung?" Allah menjawab, "Ada, yaitu besi"
(Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan
diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun
kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih
kuat dari pada besi?" Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer,
dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para
malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
dari pada api?" Allah yang Maha Agung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan
padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para
malaikta. Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta
terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang
dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan
perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin
ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat
pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih
dari semua itu?" Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya
menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan
kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang
paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah
tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya
bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk
diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang
Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai
kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi
ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian,
penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu
tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala
apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang
tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
6. Orang
Dermawan Menjadi Perhatian Allah
Pada suatu peperangan
yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, banyak orang Yahudi
yang menjadi tawanan dan menghadapi hukuman mati. Ketika satu
tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat jibril datang memberi tahukan
kepada Rasulullah SAW, supaya orang Yahudi itu dibebaskan. Diberitahukan
bahwa orang Yahudi yang satu ini sangat dermawan,
ia suka menjamu tamu, dan suka menolong fakir miskin.
Ketika Rasulullah datang
memberitahukan kepada orang Yahudi itu bahwa dia dibebaskan, dia bertanya heran:
“Mengapa?”. Nabi menjawab: “Allah baru saja memberitahukan padaku melalui
malaikat Jibril bahwa engkau suka menjamu tamu, membantu orang miskin, dan suka
memikul beban orang lain.”
Kemudian orang
Yahudi itu berkata: “Apakah Tuhanmu menyukai perilaku seperti ini?”. Nabi
menjawab : ”Allah menyukai hambanya yang dermawan.” Maka saat itu juga
orang Yahudi itu memeluk Islam.
Demikianlah
perhatian Allah kepada orang yang dermawan. Allah memberikan keistimewaan
kepada orang dermawan. Begitu
istimewanya orang-orang yang dermawan, sehingga walaupun ia berdosa besar, orang
dermawan mendapat perhatian khusus dari Allah
Swt. Seperti perhatian Allah kepada orang Yahudi yang dermawan itu.
7. Kedermawanan Mendekatkan
pada Allah.
Terkait dengan kedermawanan, Rasulullah
bersabda, “Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan
manusia dan dekat dengan surga. Sedangkan orang
yang kikir (bakhil) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan
dekat dengan neraka. (HR. Al-Tirmidzi dari
Abu Hurairah).
Pada hadis lain yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi dan Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : Orang
bodoh yang dermawan lebih
dicintai Allah ketimbang ahli ibadah yang kikir / pelit. (HR. Al-Tirmidzi dari
Abu Hurairah).
Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah
berfirman : ”Tidaklah beriman kepada-Ku (Allah) orang yang tidur dengan
kenyang sementara tetangganya lapar sampai masuk ke lambungnya, padahal ia
mengetahuinya” (HR.At- Thabrani).
Dari uraian kisah tadi maka dapat ditarik
KESIMPULAN bahwa:
-
Pertama: kedermawanan mendekatkan pada
surga, sedangkan kekikiran mendekatkan pada
neraka.
-
Kedua: Orang yang tidak mempunyai kepedulian
sosial, diantaranya orang yang kikir, sekalipun dikatakan sebagai ahli
ibadah (tekun shalat dan dzikir) termasuk sebagai orang yang tidak beriman kepada Allah.
8. Perbedaan ZIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar