Kamis, 22 Juni 2017

ISTIDRAJ; Jebakan Kenikmatan Yang Berbahaya

Golongan Taat dan Ingkar
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, menurut Al-Quran manusia dibagi menjadi dua golongan, yaitu Pertama, golongan orang yang “TAAT” kepada aturan-aturan Allah SWT. Dan kedua, golongan orang yang “INGKAR” (tidak taat) terhadap aturan-aturan Allah SWT.  Kita semua mahfum bahwa bagi orang-orang yang taat kepada Allah maka kelak di akhirat nanti memperoleh ganjaran sorga, sedangkan bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah maka akan masuk neraka.

Empat Keadaan Nasib Manusia
Berkaitan dengan nasib manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, golongan orang-orang yang TAAT terbagi menjadi dua keadaan, yaitu ada yang hidupnya senang dan ada yang hidupnya susah. Demikian pula yang INGKAR juga terbagi menjadi dua keadaan, yaitu ada yang hidupnya senang dan ada yang hidupnya susah.
Dengan demikian maka dalam hubungan antara ketaatan (kepada Allah SWT) dan nasib,  manusia terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:
Golongan pertama, golongan orang yang TAAT kepada Allah sehingga hidup senang
Golongan kedua, golongan orang yang TAAT kepada Allah namun hidup susah
Golongan ketiga, golongan orang yang INGKAR kepada Allah sehingga hidup susah
Golongan keempat, golongan orang yang INGKAR kepada Allah namun hidup senang.

Dua Golongan yang Bernasib Terbalik
Bagi orang-orang yang taat kepada Allah sehingga hidupnya senang (golongan pertama), dan orang-orang yang ingkar kepada Allah sehingga hidupnya susah (golongan ketiga), maka itu adalah keadaan yang wajar.  Karena Allah swt Berfirman:
Barangsiapa melakukan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl:97)
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan Mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thaha:124)
Namun ada dua golongan yang nasibnya terbalik, yaitu golongan orang yang taat kepada Allah namun hidup susah, dan golongan orang yang ingkar kepada Allah namun hidup senang.
Bagi orang yang TAAT kepada Allah namun hidup susah (golongan kedua), sesungguhnya itu adalah ujian, maka ada dua kemungkinan penyebabnya, yaitu : Pertama, Allah mencintai mereka yang taat dan akan menaikkan derajatnya dengan cara menguji kesabaran melalui cobaan di dunia. Hal ini sesuai dalam Firman-Nya, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah:155)
Kedua, Allah sedang memberi peringatan kepada mereka yang taat namun tengah khilaf melakukan hal-hal yang tercela, agar segera sadar dan bertaubat, serta kembali kejalan yang benar.  “Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.As-Sajdah:21)
Dan bagi orang yang INGKAR kepada Allah namun hidup senang (golongan keempat), sesungguhnya itu adalah jebakan, maka berhati-hatilah. Itulah yang disebut Istidraj.
Berikut ini kita uraikan sedikit tentang Istidraj, yang sering menimpa banyak orang tanpa sedikitpun disadarinya.

Istidraj
Istidraj adalah kesenangan dan kenikmatan dunia yang diberikan Allah kepada orang-orang mengingkari aturan-aturanNya, padahal sesungguhnya itu merupakan jebakan bagi mereka, karena nanti di hari akhir mereka akan menerima siksa yang amat pedih.
Ketika seseorang sudah menganggap enteng perintah-perintah Allah, serta sengaja meninggalkan shalat, puasa, zakat dan sebaginya, tetapi hidupnya aman-aman saja, tidak pernah diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, kesenangan terus menerus, harta yang berlimpah, bahkan dikagumi dan dipuja puji banyak orang, maka hati-hatilah karena semuanya itu adalah Istidraj. 
Itu merupakan bentuk kesengajaan dan pembiaran yang dilakukan Allah pada hambaNya yang sengaja berpaling dari perintah-perintah Allah. Allah menunda segala bentuk azabNya, dan Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan semakin diperbudak dunia.
Allah Ta’ala berfirman, “Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu (kesenangan) untuk mereka; sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Rasulullah SAW bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
Bisa jadi ada orang-orang yang gemar maksiat namun ia mendapatkan limpahan rezeki. Ada juga orang-orang yang menempuh jalan kesyirikan melalui ritual pesugihan, dan benar ia cepat kaya. Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan rezeki seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah istidraj

Ciri-ciri Istidraj
Dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi kita mengalami Istidraj yang apabila dibiarkan terus menerus maka akan menjadikan azab dihari kemudian. Istidraj memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1. Keimamanan dan ibadah semakin menurun namun kesenangan makin melimpah.
Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka.
Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”
2. Terus Melakukan Kemaksiatan Namun Kesuksesan Justru Semakin Melimpah.
Ali Bin Abi Thalib R.A. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121)
3. Semakin Kikir Justru Harta Semakin Melimpah.
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung (harta) lalu dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya (Q.S. Al-Humazah : 1-3)
Ayat di atas bercerita orang yang kikir dan menghitung-hitung hartanya. Ia mengira harta yang ditumpukkannya itu akan mengokohkan posisi dan kekuasaannya di muka bumi. Maka Allah akan menjadikan hal itu istidraj dengan sengaja makin kikir makin bertambah harta kekayaannya. Sehingga orang itu semakin yakin bahwa sifat kikirnya itulah yang menyebabkan dirinya kaya
4. Jarang Menderita Sakit
Imam Syafi’I pernah mengatakan : setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.
Artinya bisa jadi orang yang tidak pernah sakit itu memuja jin atau menganut suatu ilmu kesaktian tertentu yang itu adalah syirik dan persekutuan dengan setan. Kalaupun bukan karena itu, jelas ada sesuatu yang salah atau sesuatu yang menyimpang dalam diri kita.
5.   Semakin Sombong Namun Harta Semakin Melimpah
Rasululah s.a.w. bersabda : “Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa”. (HR. Al Hakim)

Jangan terburu bangga dan jangan pula bersedih
Bila seseorang merasa kehidupannya nyaman-nyaman saja, bahkan rezekinya terus bertambah, tidak pernah menderita sakit, dan tidak pernah mendapat musibah, maka JANGANLAH TERBURU BERBANGGA HATI.  Apabila ibadahnya hanya seadanya saja atau bahkan semakin menurun, maka jangan-jangan itu istidraj, yaitu jebakan dari Allah berupa azab yang tertunda.
Demikian pula sebaliknya, bila kehidupannya penuh dengan ujian berupa sempitnya rezeki, sering ditimpa kesulitan, ditimpa aneka musibah, padahal ketaatannya kepada Allah sudah maksimal, maka JANGANLAH BERSEDIH HATI. Yakinlah bahwa ujian itu adalah bentuk perhatian dan kecintaan Allah kepada kita untuk menaikkan derajat ketaqwaan. Allah telah berjanji akan menggantinya dengan kenikmatan sorga di akhirat kelak.
Ust. Tengku Hanan Attaki memberi nasehat, judulnya “Jangan Bersedih”.
Bisa jadi orang yang paling mulia diantara kita di mata Allah SWT adalah orang yang paling banyak diuji dalam hidupnya.
Diuji dengan ditinggalkan oleh orang2 kesayangannya, kehilangan pekerjaannya, dimusibahi dengan sakitnya, dirugikan dalam jual belinya. Maka jangan bersedih.
Ketika itu terjadi dalam kehidupan kita, berarti Allah sedang memberi kesempatan kita untuk merasakan pahit getirnya kehidupan kekasih-kekasih Allah.  Pahit getir kehidupan Siti Asiyah istri Firaun, pahit getir kehudupan nabi Ayub AS, nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan masih banyak lagi kekasih2 Allah lainnya.
Jangan bersedih, karena itu berarti Allah sedang perhatian sama kita.

Semoga kita diberi kekuatan untuk dapat menaati segala peraturan-peraturan Allah Swt, sehingga kita termasuk kedalam golongan orang yang bertaqwa. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar