Golongan Taat dan Ingkar
Dalam menjalani kehidupan di dunia
ini, menurut Al-Quran manusia dibagi menjadi dua golongan, yaitu Pertama, golongan orang yang “TAAT”
kepada aturan-aturan Allah SWT. Dan kedua,
golongan orang yang “INGKAR” (tidak taat) terhadap aturan-aturan Allah SWT. Kita semua mahfum bahwa bagi orang-orang yang
taat kepada Allah maka kelak di akhirat nanti memperoleh ganjaran sorga,
sedangkan bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah maka akan masuk neraka.
Empat Keadaan Nasib
Manusia
Berkaitan dengan nasib manusia dalam
menjalani kehidupan di dunia ini, golongan orang-orang yang TAAT terbagi
menjadi dua keadaan, yaitu ada yang hidupnya senang dan ada yang hidupnya susah.
Demikian pula yang INGKAR juga terbagi menjadi dua keadaan, yaitu ada yang hidupnya
senang dan ada yang hidupnya susah.
Dengan
demikian maka dalam hubungan antara ketaatan (kepada Allah SWT) dan nasib, manusia terbagi menjadi 4 golongan,
yaitu:
Golongan
pertama, golongan orang yang TAAT
kepada Allah sehingga hidup senang
Golongan
kedua, golongan orang yang TAAT kepada
Allah namun hidup susah
Golongan
ketiga, golongan orang yang INGKAR
kepada Allah sehingga hidup susah
Golongan
keempat, golongan orang yang INGKAR
kepada Allah namun hidup senang.
Dua Golongan yang
Bernasib Terbalik
Bagi
orang-orang yang taat kepada Allah sehingga hidupnya senang (golongan pertama),
dan orang-orang yang ingkar kepada Allah sehingga hidupnya susah (golongan ketiga),
maka itu adalah keadaan yang wajar. Karena
Allah swt Berfirman:
“Barangsiapa melakukan kebaikan, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl:97)
“Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami
akan Mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thaha:124)
Namun
ada dua golongan yang nasibnya terbalik, yaitu golongan orang yang taat kepada
Allah namun hidup susah, dan golongan orang yang ingkar kepada Allah namun hidup
senang.
Bagi
orang yang TAAT kepada Allah namun hidup susah (golongan kedua), sesungguhnya
itu adalah ujian, maka ada dua kemungkinan penyebabnya, yaitu : Pertama, Allah mencintai
mereka yang taat dan akan menaikkan derajatnya dengan cara menguji kesabaran
melalui cobaan di dunia. Hal ini sesuai dalam Firman-Nya, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah:155)
Kedua,
Allah sedang memberi peringatan kepada mereka yang taat namun tengah khilaf
melakukan hal-hal yang tercela, agar segera sadar dan bertaubat, serta kembali
kejalan yang benar. “Dan pasti Kami timpakan kepada mereka
sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di
akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.As-Sajdah:21)
Dan
bagi orang yang INGKAR kepada Allah namun hidup senang (golongan keempat), sesungguhnya
itu adalah jebakan, maka berhati-hatilah. Itulah yang disebut Istidraj.
Berikut
ini kita uraikan sedikit tentang Istidraj, yang sering menimpa banyak orang
tanpa sedikitpun disadarinya.
Istidraj
Istidraj adalah kesenangan dan kenikmatan dunia
yang diberikan Allah kepada orang-orang mengingkari aturan-aturanNya, padahal
sesungguhnya itu merupakan jebakan bagi mereka, karena nanti di hari akhir mereka
akan menerima siksa yang amat pedih.
Ketika
seseorang sudah menganggap enteng perintah-perintah Allah, serta sengaja
meninggalkan shalat, puasa, zakat dan sebaginya, tetapi hidupnya aman-aman saja,
tidak pernah diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, kesenangan terus
menerus, harta yang berlimpah, bahkan dikagumi dan dipuja puji banyak orang,
maka hati-hatilah karena semuanya itu adalah Istidraj.
Itu
merupakan bentuk kesengajaan dan pembiaran yang dilakukan Allah pada hambaNya
yang sengaja berpaling dari perintah-perintah Allah. Allah menunda segala
bentuk azabNya, dan Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan semakin
diperbudak dunia.
Allah Ta’ala berfirman,
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang
telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu (kesenangan)
untuk mereka; sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Rasulullah SAW bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba
dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam
kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad dan
Ath-Thabrani)
Bisa
jadi ada orang-orang yang gemar maksiat namun ia mendapatkan limpahan rezeki. Ada
juga orang-orang yang menempuh jalan kesyirikan melalui ritual pesugihan, dan
benar ia cepat kaya. Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan rezeki seperti itu
bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah istidraj.
Ciri-ciri Istidraj
Dalam
kehidupan sehari-hari bisa jadi kita mengalami Istidraj yang apabila dibiarkan
terus menerus maka akan menjadikan azab dihari kemudian. Istidraj memiliki
ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1. Keimamanan dan ibadah semakin menurun namun
kesenangan makin melimpah.
Apabila
kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut
kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo
belaka.
Ibnu
Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat
karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya,
jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”
2. Terus Melakukan Kemaksiatan Namun Kesuksesan Justru Semakin
Melimpah.
Ali
Bin Abi Thalib R.A. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau
lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau
terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal
121)
3. Semakin Kikir Justru Harta Semakin Melimpah.
Kecelakaanlah
bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung (harta) lalu dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya (Q.S. Al-Humazah : 1-3)
Ayat
di atas bercerita orang yang kikir dan menghitung-hitung hartanya. Ia mengira
harta yang ditumpukkannya itu akan mengokohkan posisi dan kekuasaannya di muka
bumi. Maka Allah akan menjadikan hal itu istidraj dengan sengaja makin kikir
makin bertambah harta kekayaannya. Sehingga orang itu semakin yakin bahwa sifat
kikirnya itulah yang menyebabkan dirinya kaya
4. Jarang Menderita Sakit
Imam
Syafi’I pernah mengatakan : setiap orang pasti pernah mengalami sakit
suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke
belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.
Artinya
bisa jadi orang yang tidak pernah sakit itu memuja jin atau menganut suatu ilmu
kesaktian tertentu yang itu adalah syirik dan persekutuan dengan setan.
Kalaupun bukan karena itu, jelas ada sesuatu yang salah atau sesuatu yang
menyimpang dalam diri kita.
5. Semakin Sombong Namun Harta Semakin
Melimpah
Rasululah
s.a.w. bersabda : “Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang
beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta
orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa”. (HR. Al Hakim)
Jangan terburu bangga
dan jangan pula bersedih
Bila seseorang merasa kehidupannya nyaman-nyaman
saja, bahkan rezekinya terus bertambah, tidak pernah menderita sakit, dan tidak
pernah mendapat musibah, maka
JANGANLAH TERBURU BERBANGGA HATI. Apabila
ibadahnya hanya seadanya saja atau bahkan semakin
menurun, maka jangan-jangan itu istidraj, yaitu jebakan dari Allah berupa azab
yang tertunda.
Demikian
pula sebaliknya, bila kehidupannya penuh dengan ujian berupa sempitnya rezeki,
sering ditimpa kesulitan, ditimpa aneka musibah, padahal ketaatannya kepada
Allah sudah maksimal, maka JANGANLAH BERSEDIH HATI. Yakinlah bahwa ujian itu
adalah bentuk perhatian dan kecintaan Allah kepada kita untuk menaikkan derajat
ketaqwaan. Allah telah berjanji akan menggantinya dengan kenikmatan sorga di
akhirat kelak.
Ust. Tengku Hanan Attaki memberi nasehat, judulnya “Jangan
Bersedih”.
Bisa jadi orang yang paling
mulia diantara kita di mata Allah SWT adalah orang yang paling banyak diuji
dalam hidupnya.
Diuji dengan ditinggalkan oleh orang2 kesayangannya, kehilangan pekerjaannya, dimusibahi dengan sakitnya, dirugikan dalam jual belinya. Maka jangan bersedih.
Diuji dengan ditinggalkan oleh orang2 kesayangannya, kehilangan pekerjaannya, dimusibahi dengan sakitnya, dirugikan dalam jual belinya. Maka jangan bersedih.
Ketika itu terjadi dalam kehidupan kita, berarti Allah sedang memberi
kesempatan kita untuk merasakan pahit getirnya kehidupan kekasih-kekasih Allah. Pahit getir kehidupan Siti Asiyah istri
Firaun, pahit getir kehudupan nabi Ayub AS, nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan
masih banyak lagi kekasih2 Allah lainnya.
Jangan bersedih, karena itu berarti Allah sedang perhatian sama kita.
Semoga
kita diberi kekuatan untuk dapat menaati segala peraturan-peraturan Allah Swt,
sehingga kita termasuk kedalam golongan orang yang bertaqwa. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar