Senin, 23 November 2020

Tiga Unsur Ruhaniyah

1. Kesempurnaan Manusia

Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan Allah lainnya.   Selain berupa jasmani, manusia dilengkapi pula dengan tiga unsur ruhaniah yaitu akalnafsu dan perasaan/qalbu.   

Dengan ketiga unsur ruhani itulah manusia menjadi sempurna, karena ia bisa berubah hakekat menjadi apa saja sebagaimana mahluk lainnya.

Manusia bisa menjadi jahat seperti setan. Bisa menjadi hina seperti hewan. Namun juga bisa menjadi mulia seperti malaikat.

Ketika manusia menjadikan AKAL sebagai panglima, maka ia bisa berubah menjadi iblis atau syetan. Karena dengan akal ia bisa bertindak jahat, keji dan kejam seperti iblis.

Perampok atau penjahat yang profesional adalah manusia yang mempunyai otak cerdas. Mustahil seorang idiot bisa melakukan kejahatan besar dan keji.   Mereka bisa melakukan kejahatan besar, tidak lain karena adanya kecerdasan akal yang disalah gunakan.

Dan apabila manusia mengumbar NAFSU-nya, maka ia tidak ubahnya seperti hewan, bahkan lebih hina lagi.   Bila manusia sudah dikuasai oleh nafsu maka hilanglah akal sehatnya. Bila manusia sudah dikuasai oleh nafsu maka ia bisa menjadi tamak, rakus, egois, tidak punya malu, tidak,punya empati, tidak tolerans dan sebagainya.  

Tamak, rakus, egois, tak punya malu, tak punya empati adalah sifat-sifat  binatang.  Maka manusia yang tak bisa mengendalikan hasrat nafsunya dikatakan sebagai manusia binatang karena ia berperilaku seperti binatang.

Namun ketika manusia mempunyai hati yang bersih (QALBUN SALIM), maka ia dapat menjadi mahluk yang mulia seperti malaikat.  Karena hati yang bersih dapat mempengaruhi nafsu dan akal untuk menjalankan  fungsinya secara baik.

Dengan ketiga unsur ruhani itulah menjadikan manusia sebagai mahluk yang unik (sempurna), karena ia bisa lebih jahat dari syetan, bisa lebih hina dari binatang, tetapi juga  bisa lebih mulia dari malaikat.   Manusia sendirilah yang memilih status kehidupannya dihadapan Allah SWT, karena ia adalah mahluk yang sempurna, yang diberi kebebasan untuk memilih.

Allah berfirman: ”Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiin. Tsumma radadnaahu asfala saafilin. Illal laadziina aamanuu wa ’amilush shaalihat” Artinya, Sesungguhnya Allah  telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya kejadian. Kemudian Allah mengembalikannya kepada yang serendah-rendahnya. Kecuali bagi orang yang beriman dan beramal shalih. (QS. At-Tiin ; 4-6)

 

2. Peran & Korelasi antar: Akal, Nafsu dan Qalbu

a. Otak atau Akal.

Otak atau akal adalah salah satu instrumen manusia yang berfungsi untuk berfikir atau memecahkan suatu masalah.  Otak juga berfungsi untuk mengingat dan memahami suatu peristiwa atau kejadian.  

Lebih dari itu otak adalah sebagai pusat gerak, yaitu instrumen yang berperan menggerakkan jasmani untuk melakukan suatu kegiatan. Kaki bisa berjalan, tangan memegang, mulut bicara, mata melihat , telinga mendengar adalah karena diperintahkan oleh otak.  

Jadi jasmani hanya akan melakukan suatu kegiatan apabila diperintah oleh otak.   Namun demikian, otak tak hendak memerintahkan jasmani untuk melakukan suatu kegiatan apabila ia tidak didorong oleh suatu keinginan yaitu nafsu.

 

b. Nafsu

Nafsu adalah suatu kekuatan ruhaniah yang berfungsi sebagai pendorong manusia untuk melakukan suatu perbuatan.  Tanpa adanya nafsu manusia tidak dapat hidup, karena tanpa nafsu manusia tidak akan mempunyai kemauan, hasrat atau gairah untuk melakukan suatu perbuatan. 

Dengan demikian maka peran nafsu adalah mendorong otak agar memerintahkan anggota tubuh untuk bergerak sehingga jasmani dapat melakukan suatu perbuatan. Dorongan nafsu kepada otak bisa bersifat positif atau negatif. 

Karena nafsu mempunyai dua sisi yang bertolak belakang yaitu sisi positif dan negatif. Nafsu positif akan mendorong ke arah kebajikan, sedangkan nafsu negatif akan mendorong kearah keburukan.  Dalam khasanah Islam nafsu positif disebut sebagai Quwah Rabbaniyah, dan nafsu negatif disebut Quwwah Syaitaniyah.

Dari banyak penelitian menunjukkan bahwa nafsu negatif lebih kuat pengaruhnya dibanding nafsu positif, karena nafsu negatif cenderung mengarahkan ke perbuatan yang lebih mudah dan lebih menguntungkan.

Dengan demikian maka nafsu cenderung mendorong ke arah keburukan, sehingga bisa dikatakan bahwa nafsu negatif lebih dominan dibanding nafsu positif.

Dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman, ”inna nafsa la ammaratum bissu’i - illa maa rahimma rabbi” artinya, sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan (QS. Yusuf : 53).

Maka nafsu bisa diibaratkan seperti api. Pada dasarnya api cenderung membakar apa saja dan dapat menimbulkan malapetaka yang sangat membahayakan. Namun api juga akan sangat bermanfaat bila dapat dikendalikan dengan baik, yaitu untuk memasak, penerangan, energi, dan sebagainya.

Demikian halnya dengan nafsu, ia akan sangat bermanfaat bila dapat dikendalikan dengan baik, dan akan menjerumuskan bila tidak tidak dikendalikan dengan baik. Lantas siapa yang berperan mengendalikan nafsu?  Ia adalah qalbu.

 

c. Hati atau qalbu.

Hati atau qalbu adalah instrumen ruhaniah yang menyimpan nilai-nilai ilahiyah, yaitu nilai-nilai mulia yang berasal dari Allah Swt.   Nilai-nilai ilahiyah itu adalah kejujuran, keadilan, kepedulian, tanggung jawab, kasih sayang, empati, syukur, sabar, ikhlas, dsb. Nilai-nilai mulia itu dikenal sebagai suara hati

Seorang ahli ilmu kejiwaan, Prof. Dr. Naya Diyarkara, menyatakan: ”Semua manusia memiliki getaran hati yang sama, yang selalu menyuarakan nilai-nilai kebenaran, itulah fitrah.  Fitrah adalah bisikan Tuhan yang terekam dalam jiwa manusia”.

Dengan potensi yang menyimpan nilai ilahiyah maka qalbu akan memancarkan cahaya nilai-nilai kemuliaan ilahiyah agar dapat ditangkap oleh nafsu.

Namun apabila qalbu dalam keadaan kotor atau keras berkerak maka ia tidak dapat memancarkan cahaya ilahiyah dengan baik. Akibatnya nafsu tidak dapat menerima sinar ilahiyah. 

Karena sifat nafsu yang cenderung mendorong ke arah keburukan, apabila tidak menerima pancaran cahaya ilahiyah dari qalbu maka ia akan mendorong jasmani untuk melakukan perbuatan buruk.

Tetapi apabila qalbu dalam keadaan bersih (qalbun salim), maka ia akan memancarkan cahaya ilahiyah sehingga dapat diterima oleh nafsu. Dan tentu nafsu akan mendorong jasmani untuk melakukan perbuatan kebajikan.

Jadi inti dari manusia adalah qalbuQalbu menentukan manusia menjadi mulia atau hina, dan yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah.

Rasulullah bersabda, "Alaa wa inna fil jasadi mudghah, idza shalahat, shalahat jasadu kulluh. Wa idza fasadat, fasadal jasadu kulluh. Alaa wa hiyal qalb.

Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal darah. Apabila ia baik maka akan baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila ia buruk maka buruk pula seluruh tubuh. Ketahuilah ia itu adalah hati atau qalbu. (HR. Bukhari dan Muslim)

 

3. Interaksi Akal, Nafsu dan Qalbu

Jasmani adalah unsur materi yang tidak bisa melakukan amal perbuatan apapun tanpa digerakkan oleh unsur-unsur ruhani. Ia dapat melakukan suatu perbuatan atas kendali atau perintah dari otak sebagai pusat gerak.

Sementara otak akan menggerakkan jasmani bila ia didorong oleh nafsu. Dorongan ini bisa kearah perbuatan positif atau negatif, namun nafsu cenderung mengarah ke dorongan negatif.

Sebagai instrumen penyimpan nilai ilahiyah (kemuliaan), qalbu yang bersih (qalbun salim) akan membimbing nafsu untuk menuju ke arah kebajikan. Namun bila qalbu kotor atau rusak maka ia tidak dapat memerankan fungsinya sebagai pembimbing kebajikan.

Dari ketiga unsur ruhaniyah, qalbu merupakan unsur terpenting bagi kehidupan manusia, karena baik buruknya nilai manusia ditentukan oleh kualitas qalbu.

Bila qalbunya bersih (qalbun salim) maka manusia akan dapat mencapai derajat tinggi melebihi malaikat. Namun sebaliknya bila qalbunya kotor maka derajatnya akan rendah melebihi binatang atau syaitan sekalipun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar