1. Pengantar
Rasulullah
bersabda: ‘Innamal
a’malu binniah - wa innamal likullim ri’im maa nawa’
artinya
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang
(akan dibalas) sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari Muslim).
2. Kisah Pohon
Ada sebuah cerita menarik dari kyai
sepuh pesantren kampung, tentang kekuatan niat.
Dikisahkan ada seorang pemuda yang sangat shaleh. Selain shaleh ia
adalah pemuda yang gagah, dan pemberani.
Suatu ketika ia mendengar kabar bahwa
di kampung sebelah ada sebuah pohon yang didatangi oleh banyak orang untuk
dipuja dan disembah.
Membuncahlah amarahnya. Dalam hatinya
ia bergumam, “Kurang ajar!!. Allah yang memberi rizki setiap hari, tetapi
mereka malah menyembah pohon.”
Segera ia mengambil kapak dan
bergegas menuju kampung tetangga untuk menebang pohon agar tidak disembah lagi.
Ketika ia sampai di bawah
pohon itu, tiba-tiba terdengarlah suara dari atas pohon, “Hai pemuda, mau apa
engkau datang kemari membawa kapak?”
“Aku hendak menebang pohon ini, pohon
penyebab kemusrikan”, jawab pemuda.
“Tidak bisa, ini rumahku”
“Siapa engkau?” tanya pemuda.
“Aku adalah Jin penunggu pohon ini.
Kembalilah daripada engkau menanggung resiko”
“Aku tak takut. Engkaulah yang harus
pergi dari sini” tantang pemuda.
Maka turunlah dari atas
pohon sesosok mahluk menyerupai gorilla. Kemudian mereka berdua bertarung adu kekuatan. Mereka saling
baku hantam dengan sengitnya sampai beberapa lama, karena sama-sama kuat.
Namun pada akhirnya pemuda sholeh itu
dapat membekuk jin iblis hingga tak berdaya.
“Ampun… ampun aku mengaku kalah.
Jangan sakiti aku lagi”, rintih sang iblis.
“Baik. Sekarang pergilah engkau dari
sini. Tinggalkan pohon penyebab kemusrikan ini” perintah sang pemuda.
Sang iblis menawar, “Tolong beri aku waktu untuk pindah dari
pohon ini beberapa hari. Sebagai imbalannya, engkau akan mendapatkan dua keping emas di bawah bantalmu
setiap pagi. Dari kepingan emas itu, engkau bisa membantu fakir miskin
dan membangun mushalla di desamu”
“Betul juga, aku bisa membangun
mushallah yang belum ada di desa. Dan bisa membantu para tetangga yang miskin.
Bukankah itu perbuatan mulia” pikir sang pemuda.
“Baik. Aku beri engkau
kesempatan selama
tujuh hari. Setelah itu pergilah engkau dari sini” jawab sang pemuda.
Keesokan harinya, ketika
bangun tidur sang pemuda mengangkat bantal tidurnya. Benar, ia mendapati dua
keeping emas dibawah bantalnya.
Demikian pula esok hari dan esok
harinya lagi ia mendapati dua keping emas di bawah bantalnya. Iapun sangat
bergembira.
Namun pada hari ke empat, ia tidak lagi
mendapati kepingan emas itu di bawah bantalnya.
Pemuda itu kecewa dan menjadi sangat murka,
“Kurang ajar … akan kuhabisi iblis laknat itu sekarang juga”
Segera pemuda itu
bergegas mendatangi sang iblis di pohon itu.
“Hai iblis laknat, rupanya engkau
membohongiku”, bentak sang pemuda.
“Hohoho… enak sekali engkau
mendapatkan kepingan emas tanpa bersusah payah” ejek sang iblis.
“Kalau begitu pergilah kau dari sini
sekarang juga”
“Kalahkan aku dulu” tantang sang
iblis.
Maka mereka berdua
kembali bertarung kembali adu kekuatan. Namun perkelahian tak berlangsung lama,
karena sang iblis berhasil membekuk sang pemuda hingga tak berdaya.
“Ampun… ampun”, rintih sang pemuda.
“Baiklah engkau tidak aku lumpuhkan.
Sekarang pergilah dari sini dan jangan kembali lagi”
“Baik … tapi aku ingin bertanya,
kenapa sekarang aku sangat lemah” tanya sang pemuda.
“Tiga hari yang lalu engkau mempunyai
kekuatan dahsyat karena niatmu lillahi ta’ala karena Allah. Tapi saat ini
engkau lemah, karena niatmu ingin memndapatkan kepingan emas.”
3. Kekuatan Niat
Kisah itu
memberikan gambaran bahwa motivasi
atau niat
yang kuat, apalagi dilandasi tekad semata-mata karena Allah akan mempunyai
kekuatan yang luar biasa.
Hal ini terbukti
pada perang Badar. Perang
Badar adalah pertempuran
besar pertama antara umat Islam melawan kaum kafir Quraisy, pada
17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah, lokasinya di dekat sumur Badar.
Perang ini
sesungguhnya tidak seimbang, karena pasukan umat Muslim yang hanya berjumlah
313 orang harus melawan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang dengan
perlengkapan perang yang jauh lebih baik.
Namun berkat
motivasi dan niat
karena Lillahi ta’ala, maka kaum muslimin mendapatkan kekuatan yang luar biasa dan berhasil
memenangkan pertempuran Badar.
4. Berpuasa
Kekuatan niat juga
kita rasakan pada saat berpuasa. Pada saat berpuasa kita dapat menahan lapar
dan dahaga dari pagi hingga maghrib dengan tenang dan bahagia.
Tetapi saat tidak
berpuasa, meskipun pagi hari kita sudah sarapan maka ketika lewat saatnya makan
siang hingga jam 1 atau 2 siang dan ternyata belum tersedia makanan, maka apa
yang terjadi? Kita akan merasa sangat lapar, gelisah dan tersiksa.
Artinya walaupun
sama-sama lapar namun menjadi berbeda kondisinya karena perbedaan niat tadi. Lapar dengan niat
puasa akan terasa indah, sementara lapar makanan tidak tersedia akan menjadi
sebuah siksaan dan penderitaan.
Demikian pula bagi
mereka yang mempunyai penyakit maag. Terlambat sarapan akan menyebabkan
asam lambung naik, perut nyeri dan dada sesak. Tetapi bila diniatkan berpuasa
maka jangankan terlambat makan, tidak makan sampai maghrib-pun asam lambung
tidak naik. Itulah kekuatan niat, Subhanallah.
5. Meluruskan Niat Shalat.
Faktor terpenting dalam
suatu amalah adalah niat, karena niat merupakan motivasi yang mendorong atau mendasari seseorang
dalam melakukan perbuatan.
Rasulullah
bersabda: ‘Innamal
a’malu binniah - wa innamal likullim ri’im maa nawa’ artinya
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang (akan
dibalas) sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari Muslim).
Apakah niat itu?
Niat
merupakan kesadaran atau getaran hati/batin seseorang
untuk melakukan suatu perbuatan.
Jadi
niat itu adalah kesadaran atau
kesengajaan. Orang yang melakukan sesuatu dengan tidak sadar
atau tidak sengaja maka ia tidak akan memperoleh balasan pahala.
Suatu
contoh adalah seorang jamaah masjid yang memasukkan uang infaq ke dalam kotak
amal 20 ribu rupiah, tetapi tanpa disadarai yg terambil adalah selembar uang 50
ribu rupiah. maka nilai pahalanya bukan kelipatan 50 ribu tetapi 20 ribu sesuai
niatnya,
Kedua
niat itu terletak di dalam hati,
sehingga niat seringkali tidak terdeteksi melalui
lisan atau gerakan. Yang pasti, Allah lah yang mengetahui apa-apa yang
terbersit dalam hati dan pikiran manusia.
6. Menyempurnakan Niat Shalat.
Niat
dalam hal ibadah shalat, para ulama sholeh selalu mengingatkan
kita untuk meluruskan dan menyempurnakan niat, karena kualitas
niat akan berpengaruh pada kekhusukan dan pahala
shalat.
Beberapa
ulama menasehatkan bahwa untuk menyempurnakan niat shalat, maka niat bisa
dilakukan pada tiga keadaan, yaitu
(1) dimulai dari saat berwudhu,(2) sebelum takbiratul ikhram, dan (3)
setiap awal dalam perubahan sikap shalat.
Pertama,
saat berwudhu kita harus mempunyai niat atau kesadaran bahwa wudhu ini adalah
untuk menyucikan diri dari hadats kecil menjelang pelaksanaan shalat. Bilamana
wudhunya merupakan rutinitas, bukan kesadaran tinggi untuk persiapan shalat,
bahkan terkesan asal-asalan, maka dapat dipastikan shalatnya kurang
berkualitas.
Kedua, sesaat
akan memulai shalat yaitu sebelum takbiratul ikhram.
Kita harus mempunyai kesadaran sesadar-sadarnya bahwa kita akan berkomunikasi
dengan Allah melalui shalat.
Ketiga, setiap
awal dalam perubahan sikap shalat, yaitu ketika ruku’, sujud, duduk iftirasy
dsb, juga didahului dengan niat atau kesadaran. Kesadaran spt ini bisa disebut
dengan tuma’ninah, yaitu tenang
sejenak satu dua detik setelah berubah sikap dengan menyadari dirinya sedang
apa. Tanpa tuma’ninah maka antara lisan, pikiran dan hati bisa berbeda.
Apabila kita bisa
menjaga kesadaran sepanjang shalat maka itulah khusu’. Khusu’
merupakan aktivitas hati, bukan
pikiran. Maka hakekat khusu’ adalah kesadaran, bukan konsentrasi karena
konsentrasi adalah aktifitas pikiran.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar