Minggu, 25 April 2021

Kekuatan Niat

1. Pengantar

Rasulullah bersabda: ‘Innamal a’malu binniah - wa innamal likullim ri’im maa nawa’

artinya “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari Muslim).

 

2. Kisah Pohon

Ada sebuah cerita menarik dari kyai sepuh pesantren kampung, tentang kekuatan niat.  Dikisahkan ada seorang pemuda yang sangat shaleh. Selain shaleh ia adalah pemuda yang gagah, dan pemberani.

Suatu ketika ia mendengar kabar bahwa di kampung sebelah ada sebuah pohon yang didatangi oleh banyak orang untuk dipuja dan disembah.

Membuncahlah amarahnya. Dalam hatinya ia bergumam, “Kurang ajar!!. Allah yang memberi rizki setiap hari, tetapi mereka malah menyembah pohon.”

Segera ia mengambil kapak dan bergegas menuju kampung tetangga untuk menebang pohon agar tidak disembah lagi. 

Ketika ia sampai di bawah pohon itu, tiba-tiba terdengarlah suara dari atas pohon, “Hai pemuda, mau apa engkau datang kemari membawa kapak?”

“Aku hendak menebang pohon ini, pohon penyebab kemusrikan”, jawab pemuda.

“Tidak bisa, ini rumahku”

“Siapa engkau?” tanya pemuda.

“Aku adalah Jin penunggu pohon ini. Kembalilah daripada engkau menanggung resiko”

“Aku tak takut. Engkaulah yang harus pergi dari sini” tantang pemuda. 

Maka turunlah dari atas pohon sesosok mahluk menyerupai gorilla. Kemudian mereka berdua bertarung adu kekuatan. Mereka saling baku hantam dengan sengitnya sampai beberapa lama, karena sama-sama kuat.

Namun pada akhirnya pemuda sholeh itu dapat membekuk jin iblis hingga tak berdaya.

“Ampun… ampun aku mengaku kalah. Jangan sakiti aku lagi”, rintih sang iblis.

“Baik. Sekarang pergilah engkau dari sini. Tinggalkan pohon penyebab kemusrikan ini” perintah sang pemuda.

Sang iblis menawar, “Tolong beri aku waktu untuk pindah dari pohon ini beberapa hari. Sebagai imbalannya, engkau akan mendapatkan dua keping emas di bawah bantalmu setiap pagi.  Dari kepingan emas itu, engkau bisa membantu fakir miskin dan membangun mushalla di desamu”

“Betul juga, aku bisa membangun mushallah yang belum ada di desa. Dan bisa membantu para tetangga yang miskin. Bukankah itu perbuatan mulia” pikir sang pemuda.

“Baik. Aku beri engkau kesempatan selama tujuh hari. Setelah itu pergilah engkau dari sini” jawab sang pemuda.

 

Keesokan harinya, ketika bangun tidur sang pemuda mengangkat bantal tidurnya. Benar, ia mendapati dua keeping emas dibawah bantalnya.

Demikian pula esok hari dan esok harinya lagi ia mendapati dua keping emas di bawah bantalnya. Iapun sangat bergembira. 

Namun pada hari ke empat, ia tidak lagi mendapati kepingan emas itu di bawah bantalnya.

Pemuda itu kecewa dan menjadi sangat murka, “Kurang ajar … akan kuhabisi iblis laknat itu sekarang juga” 

Segera pemuda itu bergegas mendatangi sang iblis di pohon itu.

“Hai iblis laknat, rupanya engkau membohongiku”, bentak sang pemuda.

“Hohoho… enak sekali engkau mendapatkan kepingan emas tanpa bersusah payah” ejek sang iblis.

“Kalau begitu pergilah kau dari sini sekarang juga”

“Kalahkan aku dulu” tantang sang iblis. 

Maka mereka berdua kembali bertarung kembali adu kekuatan. Namun perkelahian tak berlangsung lama, karena sang iblis berhasil membekuk sang pemuda hingga tak berdaya.

“Ampun… ampun”, rintih sang pemuda.

“Baiklah engkau tidak aku lumpuhkan. Sekarang pergilah dari sini dan jangan kembali lagi”

“Baik … tapi aku ingin bertanya, kenapa sekarang aku sangat lemah” tanya sang pemuda.

“Tiga hari yang lalu engkau mempunyai kekuatan dahsyat karena niatmu lillahi ta’ala karena Allah. Tapi saat ini engkau lemah, karena niatmu ingin memndapatkan kepingan emas.”

3. Kekuatan Niat

Kisah itu memberikan gambaran bahwa motivasi atau niat yang kuat, apalagi dilandasi tekad semata-mata karena Allah akan mempunyai kekuatan yang luar biasa.

Hal ini terbukti pada perang Badar. Perang Badar adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan kaum kafir Quraisy, pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah, lokasinya di dekat sumur Badar.

Perang ini sesungguhnya tidak seimbang, karena pasukan umat Muslim yang hanya berjumlah 313 orang harus melawan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang dengan perlengkapan perang yang jauh lebih baik.

Namun berkat motivasi dan niat karena Lillahi ta’ala, maka kaum muslimin mendapatkan kekuatan yang luar biasa dan berhasil memenangkan pertempuran Badar.

4. Berpuasa

Kekuatan niat juga kita rasakan pada saat berpuasa. Pada saat berpuasa kita dapat menahan lapar dan dahaga dari pagi hingga maghrib dengan tenang dan bahagia.

Tetapi saat tidak berpuasa, meskipun pagi hari kita sudah sarapan maka ketika lewat saatnya makan siang hingga jam 1 atau 2 siang dan ternyata belum tersedia makanan, maka apa yang terjadi? Kita akan merasa sangat lapar, gelisah dan tersiksa.

Artinya walaupun sama-sama lapar namun menjadi berbeda kondisinya karena perbedaan niat tadi. Lapar dengan niat puasa akan terasa indah, sementara lapar makanan tidak tersedia akan menjadi sebuah siksaan dan penderitaan.

Demikian pula bagi mereka yang mempunyai penyakit maag. Terlambat sarapan akan menyebabkan asam lambung naik, perut nyeri dan dada sesak. Tetapi bila diniatkan berpuasa maka jangankan terlambat makan, tidak makan sampai maghrib-pun asam lambung tidak naik. Itulah kekuatan niat, Subhanallah.

5. Meluruskan Niat Shalat.

Faktor terpenting dalam suatu amalah adalah niat, karena niat merupakan motivasi yang mendorong atau mendasari seseorang dalam melakukan perbuatan.

Rasulullah bersabda: Innamal a’malu binniah - wa innamal likullim ri’im maa nawa’  artinya “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari Muslim).

Apakah niat itu?

Niat merupakan kesadaran atau getaran hati/batin seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. 

Jadi niat itu adalah kesadaran atau kesengajaan. Orang yang melakukan sesuatu dengan tidak sadar atau tidak sengaja maka ia tidak akan memperoleh balasan pahala. 

Suatu contoh adalah seorang jamaah masjid yang memasukkan uang infaq ke dalam kotak amal 20 ribu rupiah, tetapi tanpa disadarai yg terambil adalah selembar uang 50 ribu rupiah. maka nilai pahalanya bukan kelipatan 50 ribu tetapi 20 ribu sesuai niatnya,

Kedua niat itu terletak di dalam hati, sehingga niat seringkali tidak terdeteksi melalui lisan atau gerakan. Yang pasti, Allah lah yang mengetahui apa-apa yang terbersit dalam hati dan pikiran manusia.

6. Menyempurnakan Niat Shalat.

Niat dalam hal ibadah shalat, para ulama sholeh selalu mengingatkan kita untuk meluruskan dan menyempurnakan niat, karena kualitas niat akan berpengaruh pada kekhusukan dan pahala shalat.

Beberapa ulama menasehatkan bahwa untuk menyempurnakan niat shalat, maka niat bisa dilakukan pada tiga keadaan, yaitu (1) dimulai dari saat berwudhu,(2) sebelum takbiratul ikhram, dan (3) setiap awal dalam perubahan sikap shalat. 

Pertama, saat berwudhu kita harus mempunyai niat atau kesadaran bahwa wudhu ini adalah untuk menyucikan diri dari hadats kecil menjelang pelaksanaan shalat. Bilamana wudhunya merupakan rutinitas, bukan kesadaran tinggi untuk persiapan shalat, bahkan terkesan asal-asalan, maka dapat dipastikan shalatnya kurang berkualitas.

Kedua, sesaat akan memulai shalat yaitu sebelum takbiratul ikhram. Kita harus mempunyai kesadaran sesadar-sadarnya bahwa kita akan berkomunikasi dengan Allah melalui shalat.

Ketiga, setiap awal dalam perubahan sikap shalat, yaitu ketika ruku’, sujud, duduk iftirasy dsb, juga didahului dengan niat atau kesadaran. Kesadaran spt ini bisa disebut dengan tuma’ninah, yaitu tenang sejenak satu dua detik setelah berubah sikap dengan menyadari dirinya sedang apa. Tanpa tuma’ninah maka antara lisan, pikiran dan hati bisa berbeda.

Apabila kita bisa menjaga kesadaran sepanjang shalat maka itulah khusu’Khusu’ merupakan aktivitas hati, bukan pikiran. Maka hakekat khusu’ adalah kesadaran, bukan konsentrasi karena konsentrasi adalah aktifitas pikiran.

 

*****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar