Kamis, 29 April 2021

Sifat Sombong

Sombong, Dosa Pertama yang Dilakukan Iblis

Kesombongan merupakan dosa pertama kali yang muncul kepada Allah, yang dilakukan oleh Iblis.

Hal ini bermula tatkala Allah mengumumkan kepada para mahluknya yaitu Malaikat dan Jin bahwa Allah akan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi.

Kemudian Allah memerintahkannya untuk bersujud (memberi penghormatan) kepada manusia. Para malaikat patuh pada perintah Allah, tetapi sebagian dari golongan Jin yaitu Iblis menolak perintah Allah.

Iblis beranggapan bahwa mereka lebih mulia dari manusia. Manusia diciptakan dari tanah, malaikat dari cahaya, sedangkan Iblis dari api yang merupakan sumber dari cahaya.

Karena pembangkangan akibat sifat sombong inilah maka Iblis diusir oleh Allah dari Surga dan menjadi mahluk yang terkutuk.

Padahal Iblis, sebelumnya adalah mahluk yang sangat sholeh dan taat kepada Allah Swt, seperti Malaikat.

Tatkala hendak diusir dari surga, Iblis bersumpah akan selalu menggoda manusia agar kufur kepada Allah, salah satunya dengan cara membisikkan sifat sombong.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.” (Q.S. Al Baqarah: 34).

Bahaya Sombong

Sombong adalah salah satu akhlak buruk yang tidak disukai oleh Allah.

Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman: 18).

Adapun Nabi Muhammad SAW menyebut kesombongan merupakan sifat yang dapat mengantarkan seseorang ke dalam neraka.  

Rasulullah bersabda,  “Maukah kalian aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).“ (HR. Bukhari dan Muslim).

Sombong itu Bagaimana.

Semua manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk sombong. Namun, ada perbedaan dalam derajat kesombongan itu sendiri.

Meskipun hanya perasaan kecil dan bahkan tidak terlihat, namun bila dibiarkan perasaan sombong pada akhirnya bisa tumbuh menjadi lebih besar dan mencelakakan. 

  §  Tadinya naik motor, kemudian bisa membeli mobil sementara teman2 nya masih naik motor. Maka ini bisa menjadi bangga dan kemudian sombong.

  §  Mengikuti test atau seleksi kemudian lulus, sementara teman2 nya tidak ada yang lulus. Maka inipun bisa menjadi bangga dan kemudian sombong.

  §  Mendapatkan rezeki banyak, kemudian membeli cincin, gelang dan kalung dari emas berlian. Sementara teman2 nya tidak ada yang memakai gelang. Maka inipun bisa menjadi bangga dan sombong. (kalau ada pertemuan berusaha utk ditunjukkan)

  §  Sebelumnya hanya sebagai jamaah biasa dalam shalat, kemudian menjadi imam, lalu tampil di mimbar menjadi khotib. Maka inipun bisa menjadi bangga dan sombong. (ini nyindir, tapi terimakasih telah mengingatkan)

Sesungguhnya kebanggaan dan kesombongan itu tipis. Dan disitulah menjadi celah bagi syetan untuk masuk dan menyesatkannya.

Beda bangga dan sombong

Bangga merupakan respon psikologis yang muncul akibat keberhasilan prestasi atau kepuasan atas hasil dari sebuah usaha. Sementara sombong merupakan sikap pamer untuk menunjukkan kelebihan pada orang lain. Sombong muncul dari rasa bangga yang berlebih. 

Bangga untuk diri sendiri, sementara sombong ditujukan kepada orang lain. 

Bangga memotivasi, sementara sombong memancing reaksi negatif

Tahapan: Bangga – sombong – takabur.

Sombong yang Sebenarnya

Secara umum sombong     dipahami sebagai perasaan atau sikap merasa lebih dibanding orang lain.   Akibatnya seseorang menjadi merendahkan atau meremehkan keberadaan orang lain.

Rasulullah bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91).

Level Kesombongan

Paling tidak, kesombongan itu mempunyai tiga level antara lain; 

Pertama, sombong disebabkan oleh faktor materi/penampilan. Pada level ini, biasanya seseorang menjadi sombong karena merasa lebih kaya, lebih terhormat, serta lebih gagah dan rupawan daripada orang lain. Indikasinya tidak mau mendekat.

Kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Dalam tahap ini, orang merasa sombong karena ia merasa lebih alim, lebih pintar, lebih berwawasan, lebih berkompeten dari orang lain, merasa menjadi orang yang paling benar dibandingkan orang lain. Indikasinya tidak mau mendengarkan.

Ketiga, sombong disebabkan oleh faktor perbuatan.  Pada level ini, orang menjadi sombong karena ia merasa dirinya lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih soleh dibandingkan dengan orang lain. Tanpa disadari banyak orang terjebak sombong karena merasa sudah berbuat baik kepada orang lain (sombong dalam kebaikan). Bisa jadi faktor kesombongan level ketiga ini sudah melekat lama pada diri kita tanpa sedikitpun disadari.

Kesombongan level ketiga ini sebenarnya jauh lebih halus dari dua level kesombongan lainnya. Mengapa? Karena orang yang sombong karena materi, maka ia mudah terlihat. Tapi, orang yang sombong karena pengetahuan apalagi sombong karena kebaikan sangat sulit terdeteksi. Sebab ia seperti benih-benih halus yang perlahan tapi pasti terus menjalar di hati seseorang.

 

Mengatasi Kesombongan

- Zuhud

- Tawadhu

 

Sombong Kepada Orang Sombong


Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah.”  Penyataan di atas bukanlah hadis, melainkan hanya perkataan para ulama yang banyak tersebar di masyarakat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyful Khafa. Hanya saja, maknanya sesuai dengan keterangan beberapa ulama.”

Penulis kitab Bariqah Mahmudiyah mengatakan, “Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan.

Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali.’

Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.’

Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan.'”

Sementara, ulama yang lain mengatakan, “Terkadang bersikap sombong kepada orang yang sombong, bukan untuk membanggakan diri, termasuk perbuatan terpuji. Seperti, bersikap sombong kepada orang yang kaya atau orang bodoh (yang sombong).”

Allahu a’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar