Sombong,
Dosa Pertama yang Dilakukan Iblis
Kesombongan merupakan dosa pertama kali yang muncul kepada Allah, yang dilakukan
oleh Iblis.
Hal ini bermula tatkala Allah mengumumkan kepada
para mahluknya yaitu Malaikat dan Jin bahwa Allah akan menciptakan manusia
sebagai khalifah di bumi.
Kemudian Allah memerintahkannya untuk bersujud (memberi
penghormatan) kepada manusia. Para malaikat patuh pada perintah Allah, tetapi sebagian
dari golongan Jin yaitu Iblis menolak perintah Allah.
Iblis beranggapan bahwa mereka lebih mulia dari
manusia. Manusia diciptakan dari tanah, malaikat dari cahaya, sedangkan Iblis
dari api yang merupakan sumber dari cahaya.
Karena pembangkangan akibat sifat sombong inilah
maka Iblis diusir oleh Allah dari Surga dan menjadi mahluk
yang terkutuk.
Padahal Iblis, sebelumnya adalah mahluk yang sangat
sholeh dan taat kepada Allah Swt, seperti Malaikat.
Tatkala hendak diusir dari surga, Iblis bersumpah
akan selalu menggoda manusia agar kufur kepada Allah, salah satunya dengan cara
membisikkan sifat sombong.
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.” (Q.S. Al
Baqarah: 34).
Bahaya
Sombong
Sombong adalah salah satu akhlak buruk yang tidak disukai oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(Q.S. Luqman: 18).
Adapun Nabi Muhammad SAW menyebut kesombongan
merupakan sifat yang dapat mengantarkan seseorang ke dalam neraka.
Rasulullah bersabda, “Maukah kalian aku
beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).“ (HR. Bukhari dan Muslim).
Sombong itu
Bagaimana.
Semua manusia pada dasarnya memiliki
kecenderungan untuk sombong. Namun,
ada perbedaan dalam derajat kesombongan itu sendiri.
Meskipun hanya perasaan kecil dan bahkan
tidak terlihat, namun bila dibiarkan perasaan sombong pada
akhirnya bisa tumbuh menjadi lebih besar dan mencelakakan.
§ Tadinya naik
motor, kemudian bisa membeli
mobil sementara
teman2 nya masih naik motor. Maka ini bisa menjadi bangga dan kemudian sombong.
§ Mengikuti test atau
seleksi kemudian
lulus,
sementara teman2 nya tidak ada yang lulus. Maka inipun bisa menjadi bangga dan kemudian sombong.
§ Mendapatkan rezeki
banyak, kemudian membeli cincin,
gelang dan kalung dari emas berlian. Sementara teman2 nya tidak ada
yang memakai gelang. Maka inipun bisa menjadi bangga dan sombong. (kalau ada
pertemuan berusaha utk ditunjukkan)
§ Sebelumnya hanya
sebagai jamaah biasa dalam shalat, kemudian menjadi imam, lalu tampil di mimbar menjadi khotib. Maka inipun bisa
menjadi bangga dan sombong. (ini nyindir, tapi terimakasih telah mengingatkan)
Sesungguhnya kebanggaan
dan kesombongan itu tipis. Dan disitulah menjadi celah bagi syetan untuk
masuk dan menyesatkannya.
Beda bangga dan sombong.
Bangga merupakan respon psikologis yang muncul akibat keberhasilan prestasi atau kepuasan atas hasil dari sebuah usaha. Sementara sombong merupakan sikap pamer untuk menunjukkan kelebihan pada orang lain. Sombong muncul dari rasa bangga yang berlebih.
Bangga untuk diri sendiri, sementara sombong ditujukan kepada orang lain.
Bangga memotivasi, sementara sombong memancing reaksi negatif.
Tahapan: Bangga – sombong –
takabur.
Sombong yang Sebenarnya
Secara umum sombong dipahami
sebagai perasaan atau sikap “merasa lebih” dibanding orang lain. Akibatnya
seseorang menjadi merendahkan atau meremehkan keberadaan orang lain.
Rasulullah bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan
orang lain.“ (HR. Muslim no. 91).
Level
Kesombongan
Paling tidak, kesombongan itu mempunyai tiga level antara lain;
Pertama, sombong
disebabkan oleh faktor materi/penampilan. Pada
level ini, biasanya seseorang menjadi sombong karena merasa lebih kaya, lebih
terhormat, serta lebih
gagah dan rupawan daripada orang lain. Indikasinya tidak mau mendekat.
Kedua, sombong
disebabkan oleh faktor kecerdasan. Dalam tahap ini,
orang merasa sombong karena ia merasa lebih alim, lebih pintar, lebih
berwawasan, lebih berkompeten dari orang lain, merasa menjadi orang yang paling
benar dibandingkan orang lain. Indikasinya tidak mau mendengarkan.
Ketiga, sombong
disebabkan oleh faktor perbuatan. Pada level
ini, orang menjadi sombong karena ia merasa dirinya lebih bermoral, lebih
pemurah, dan lebih
soleh dibandingkan dengan orang lain. Tanpa disadari banyak orang terjebak
sombong karena merasa sudah berbuat baik kepada orang lain (sombong dalam
kebaikan). Bisa jadi faktor kesombongan level ketiga ini sudah melekat lama
pada diri kita tanpa sedikitpun disadari.
Kesombongan level
ketiga ini sebenarnya jauh lebih halus dari dua level
kesombongan lainnya. Mengapa? Karena orang yang sombong karena materi, maka ia
mudah terlihat. Tapi, orang yang sombong karena pengetahuan apalagi sombong
karena kebaikan sangat sulit terdeteksi. Sebab ia seperti benih-benih halus
yang perlahan tapi pasti terus menjalar di hati seseorang.
Mengatasi Kesombongan
- Zuhud
- Tawadhu
Sombong Kepada Orang Sombong
“Bersikap
sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah.” Penyataan di atas bukanlah hadis, melainkan
hanya perkataan para ulama yang banyak tersebar di masyarakat,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyful
Khafa. Hanya saja, maknanya sesuai dengan keterangan beberapa
ulama.”
Penulis kitab Bariqah Mahmudiyah mengatakan, “Bersikap sombong
kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di
hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus
berada dalam kesesatan.
Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan
sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali.’
Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada
pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.’
Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong
kepada orang yang bersikap sombong kepadamu dengan hartanya, adalah
termasuk bentuk ketawadhuan.'”
Sementara, ulama yang lain mengatakan, “Terkadang
bersikap sombong kepada orang yang sombong, bukan untuk membanggakan diri,
termasuk perbuatan terpuji. Seperti, bersikap sombong kepada orang yang
kaya atau orang bodoh (yang sombong).”
Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar