TASAWUF
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف, ) adalah ilmu
untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun
dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada
awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi)
sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni,
cabang Islam yang lain, atau gabungan dari beberapa tradisi[butuh
rujukan]. Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar
ke seluruh belahan dunia. Sufisme merupakan sebuah konsep dalam Islam, yang
didefinisikan oleh para ahli sebagai bagian batin, dimensi mistis Islam; yang
lain berpendapat bahwa sufisme adalah filosofi perennial yang telah ada sebelum
kehadiran agama, ekspresi yang berkembang bersama agama Islam.[1]
Etimologi
Ada
beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang
umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk
kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak
semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Ada juga yang berpendapat
bahwa sufi berasal dari kata saf, yakni barisan dalam
sholat. Suatu teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari
Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti "kemurnian".
Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa.[2] Teori lain mengatakan bahwa
tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Sejarah Aliran Sufisme
Banyak
pendapat yang pro dan kontra mengenai asal usul ajaran tasawuf, apakah ia
berasal dari luar atau dari dalam agama
Islam sendiri. Berbagai sumber mengatakan bahwa ilmu tasawuf
sangat lah membingungkan.
Sebagian
pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang
sebelum Nabi Muhammad menjadi
Rasulullah[3]. Dan orang-orang Islam baru di
daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan
orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu.
Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan
diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh
kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat
berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu
mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana,
yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal
sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya
maka pahamnya kemudian disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf.
Sementara itu, orang yang menganut paham tersebut disebut orang sufi.
Sebagian
pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi
Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan pelakunya disebut
dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai
penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad [4].
Pendapat
lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada
zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib,
khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar
umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus
berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah
masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan
kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan
gerakan ‘uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah
duniawi yang sering kali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan
tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah. Kemudian diikuti oleh figur-figur
lain seperti Shafyan
al-Tsauri dan Rabi’ah
al-‘Adawiyah.[5]
Definisi Sufisme
·
Yaitu paham mistik dalam
agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J
Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
·
Yaitu aliran kerohanian mistik (mystiek geestroming)
dalam agama Islam (Dr. C.B. Van Haeringen).
Sufi-Sufi Terkenal
Beberapa
sufi yang terkenal antara lain:
·
Rabi'ah al-Adawiyyah (713–717)
·
Abu Nawas (756–814)
·
Abu Yazid Al-Busthami (804–874)
·
Junaid al-Baghdadi (830–910)
·
Al-Hallaj (858–922)
·
Imam Al-Ghazali (1056–1111)
·
Syekh Abdul Qadir
Jaelani (1077–1166)
·
Moinuddin Chishti (1142–1236)
·
Ibnu Arabi (1165–1240)
·
Muhammad
Al-Faqih Al-Muqaddam (1179–1232)
·
Abul Hasan
Asy-Syadzili (1197–1258)
·
Jalaluddin Rumi (1207–1273)
·
Syekh Siti Jenar (1404–1517)
·
Sunan Bonang (1465–1525)
·
Ahmad al-Tijani (1735–1815)
·
Bawa Muhaiyaddeen (w.
1986)
Tokoh Sufi di Indonesia
Tokoh
–tokoh yang memengaruhi tasawuf di Indonesia yaitu: Syeikh ‘Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a (Abah
Sepuh) Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya,Syamsuddin
As-Sumatrani, Hamzah Al-Fasuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdurrauf
As-Singkili dan Syekh Yusuf Al-Makasari.[10]
Adapun
tokoh-tokoh Tasawuf yang berpengaruh di Cirebon[1] diantaranya ialah Syekh Syarif Hidayatullah atau
yang lebih populer dengan
sebutan Sunan Gunungjati, Syekh Nurjati, guru dari Sunan Gunungjati, Syekh
Abdullah Iman atau yang terkenal dengan sebutan Pangeran
Cakrabuana, Syekh
Mulyani atau yang terkenal dengan sebutan Syekh
Royani yang melahirkan para ulama di Srengseng, sebuah desa yang terkenal di Kecamatan
Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Mbah
Kriyan, Syekh
Tholhah yang menjadi guru dari Syeikh 'Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a.,
Syekh Jauharul
Arifin pendiri Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante, Palimanan, Kabupaten Cirebon, dan tokoh-tokoh Cirebon yang lain.[11]
Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme/tasawuf berasal dari
dalam agama Islam:
·
Asal usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad.
Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara
para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama,
kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai
menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995) [6]
·
Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani
mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari
Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para nabi
dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar
pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani,
al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.] [7].
·
Sufi tidak lain adalah ajaran untuk mencapai maqam Ihsan
(sebagaimana tersebut dalam hadist) atau mencapai status muqarrabun
(orang-orang yang didekatkan kepada Allah).
·
Tasawuf adalah penafsiran bathin (psikologis) dari ayat-ayat
Quran seperti: Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya
rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Quran,
29:41). Dalam Tasawuf, yang dimaksud pelindung dalam ayat ini juga termasuk
pelindung secara psikologis, sebagaimana kita ketahui manusia banyak
menggantungkan keberhargaan dirinya kepada dunia (seperti harta, jabatan,
pasangan, teman, dan lain-lain). Dalam Tasawuf, keberhargaan diri hanya boleh
digantungkan kepada Allah. Karena jika memang mereka percaya Allah adalah yang
paling kuat dan berharga, maka menggantungkan kepada selain Allah adalah taghut
(sesembahan). Inilah kenapa dalam tareqahnya, seorang Sufi (penempuh Tasawuf)
harus bisa menjadikan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan penghargaan
dirinya. Dalam istilah lain, Tasawuf adalah ajaran untuk mencapai Tauhid secara
bathin (psikologis).
·
Sisi psikologis (bathin) yang terdapat dalam ajaran-ajaran
Kristen, Budha, dan lain-lain sebaiknya tidak menafikan keberadaan Tasawuf
sebagai sisi psikologis (bathin) dalam ajaran Islam. Hal ini karena Islam
adalah ajaran penyempurna sehingga tidak harus sepenuhnya baru dari
ajaran-ajaran yang terdahulu. Adanya sisi bathin dalam ajaran-ajaran yang
sebelumnya ada malahan memperkuat status Tasawuf karena tentunya harus ada
garis merah antara agama-agama yang besar, karena kemungkinan besar
ajaran-ajaran tersebut dulunya sempat benar, sehingga masih ada sisa-sisa
kebenaran yang mirip dengan Tasawuf sebagai sisi bathin (psikologis) dari
ajaran Islam.
Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar agama
Islam:
·
Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian
yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan
diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut
menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr.
G.B.J Hiltermann & Prof. Dr. P. Van De Woestijne).
·
(Sufisme) yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut
sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa
semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish
verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan
selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).
·
Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan
batin umat Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan
bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung
perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam
sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti
ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan
dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan
mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah (yang sebagian diantaranya
sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal orang India yang sebelumnya
beragama Hindu, orang-orang Persi yang sebelumnya
beragama Zoroaster atau
orang Siria yang sebelumnya beragama Masehi) tidak ketahuan masuk dalam
kehidupan kaum Muslim karena pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang
ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan. Keyakinan dan gerak-gerik
(akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat sambutan dari kaum
Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan
jalan demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang
berasal dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan
memengaruhi aliran-aliran di dalam Islam (Prof. Dr. H. Abubakar Aceh).
·
Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan
kebatinan yang ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama
Islam, (2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama
non Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya, paham tasawuf itu bukan
ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur ajaran Islam. Dengan
kata lain, dalam agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit
jumlah orang Islam yang menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980)[8].
·
Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan
karena suka mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka
mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, hal itu bukanlah
ajaran Rasulullah SAW dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib
Radiyallahu ‘anhu. Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir
rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan
terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan
ataupun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka
sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah
melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia
Muhammad SAW, dan juga dalam sejarah para sahabatnya yang mulia, serta
makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya,
kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha" - At Tashawwuf Al Mansya’ Wal
Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc) [9].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar