Minggu, 25 September 2016

Mengenal Ilmu Tasawuf

Pengertian Tasawuf
Para ahli memberikan banyak definisi mengenai tasawuf, sehingga sulit mendifinisikan tasawuf secara lengkap. Dari banyak definisi itu pengertian tasawuf yang mudah dipahami oleh masyarakat awam adalah definisi dari Imam al-Ghazali.

Tasawuf, menurut Imam al-Ghazali adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membersihkan hati (qalbun salim) dan menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dalam upaya untuk mencapai Makrifat, yakni kedekatan dengan Sang Khalik, Allah Swt.

Ilmu tasawuf mengajarkan bagaimana cara bersyukur, sabar, ikhlas, tawadhu', qana'ah, zuhud, dan taubat, serta membersihkan hati dari sifat-sifat buruk, seperti takabur, riya', 'ujub, kikir, sum'ah, orientasi pada kemegahan duniawi, dan seterusnya.  Ilmu tasawuf mengajarkan nilai, etika, moral, dan akhlak.

Tasawuf juga dapat diartikan sebagai cara atau adab batiniah untuk mencapai Makrifat, yaitu memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa dirinya berada di hadirat Tuhan (Wahdatul Wujud = Manunggaling Kawula Gusti).   


Istilah tasawuf 

Istilah tasawuf sebenarnya tidak dikenal pada zaman Rasulullah saw. tetapi pada masa itu, dikenal istilah-istilah seperti zuhud, wara’, dan beberapa kata kunci lain dalam tasawuf. 

Istilah tasawuf muncul setelah generasi yang ke tiga, yaitu setelah generasi sahabat Nabi, generasi Tabi'in, dan generasi Itabi'in.  

Setelah kegenerasi ketiga itulah munculnya para sufi pada Abad ke 11 (5 H).  Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. 

Abu Hasan al-Fusyandi mengatakan, ”Hari ini tasawuf hanya sekedar nama, tetapi tidak ada buktinya. Dahulu di zaman Rasulullah, tasawuf ada buktinya, tetapi tidak ada namanya.” 

Menurut Jalaluddin Rakhmad, tasawuf sering dipahami sebagai akhlak untuk mendekati Tuhan, artinya, apabila seseorang berkeinginan mendekati Tuhan, maka serangkaian akhlak yang harus dikerjakan itu dinamakan tasawuf. 

Ajaran-ajaran tasawuf lebih berorientasi pada aspek inner (jiwa terdalam).  Ajaran ini mengarahkan kehidupan manusia kepada cara hidup yang mengutamakan rasa. Tujuan terpenting dalam tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa dirinya berada di hadirat Tuhan (Ma’rifatullah).


Tarekat Tasawuf

Semua ulama tasawuf sependapat bahwa satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan seseorang mencapai Makrifat adalah melalui kesucian jiwa (Tazkiyatun Nafs) dan kebersihan hati (Qalbun Salim). 

Untuk memperoleh kesucian jiwa dan kebersihan hati secara efektif,  seseorang perlu menjalani serangkaian proses pendidikan (tarbiyah) dan latihan (riyadhah)  mental yang panjang, dengan menjalani amalan-amalan spiritual (Tarekat) yang dibimbing oleh seorang Mursyid dalam sebuah lembaga spiritual (Zawiyah).  

Dalam ketasawufan, terdapat 4 unsur tarekat, yaitu:
a. Mursyid/Syaikh (guru tarekat)
b. Salik (murid tarekat)
c. Suluk (wirid dan amalan yang harus dilakukan salik)
d. Zawiyah (majelis tempat para salik mengamalkan sulk)

Pada tahap awal, teori dan amalan tasawuf selalu diformulasikan kepada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat.
Dalam rangkaian metode pembersihan hati untuk mencapai makrifat, para sufi menetapkan dengan tiga tahap yaitu Takhalli,Tahalli, dan Tajalli.
(1) Takhalli, merupakan tahap pengosongan atau membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. (untuk mengisi botol dengan air mineral maka hrs dikosongkan lebih dulu)
(2) Tahalli, merupakan tahap pengisian hati yang telah dikosongkan dengan akhlak Tuhan, yaitu disibukkan dengan dzikir dan mengingat Allah. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik.
(3) Tajalli, merupakan tahap “penampakan” Tuhan secara metafisik. Disitu kebahagian sejati telah datang, Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai Ma'rifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur. 
Dalam tarekat, seorang salik (calon sufi), dengan bimbingan seorang syaikh mursyid (guru tarekat), harus menjalani tarekat (amalan spiritual) sesuai tahapan spiritual (maqam).  Sebagai contoh, maqam pertama adalah Tobat, kemudian Sabar, Tawadhu (rendah hati) Zuhud (menjauhi keduniawian), Tawakal, dan seterusnya hingga Makrifat.

Seseorang tidak dapat melewati sebuah maqam tertentu kecuali dengan menyempurnakan seluruh kewajiban yang harus dijalankan pada maqam tersebut. 

Prinsip Maqam Ketasawufan :

a. Zikrullah, artinya mengingat Allah dengan cara menyebut nama-nama Allah (asma’ al-husna).
b. Muraqabah: kesadaran bahwa seseorang tidak lepas dari pengawasan Allah,
c. Zuhud: membebaskan diri dari pengaruh dan godaan keduniawian.

Amalan Tasawuf

Tasawuf memiliki beberapa amalan, antara lain:

- Taubatan: Taubat yang sungguh-sungguh dan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan.

- Zuhud: Meninggalkan hal-hal duniawi yang tidak perlu dan fokus pada hal-hal spiritual.

- Wara': Menjauhkan diri dari perbuatan yang syubhat (meragukan).

- Qana'ah: Merasa puas dengan apa yang dimiliki dan tidak serakah.

- Sabr: Bersabar dalam menghadapi cobaan dan kesulitan.

- Syukur: Bersyukur atas nikmat dan karunia Allah SWT.

- Rida: Menerima segala ketentuan Allah SWT dengan lapang dada.

- Tawwakal: Berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT.


Tingkatan PecintaTasawuf

Pecinta atau pengamal tasawuf memiliki beberapa tingkatan, antara lain:

1) Mubtadi': Tingkatan awal, di mana Muslim mulai mempelajari dasar-dasar tasawuf dan melatih diri dengan amalan-amalan spiritual.

2) Salik: Tingkatan pencari, di mana Muslim berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tasawuf.

3) Arifin: Tingkatan orang yang mengetahui, di mana Muslim telah mencapai tingkat kejernihan hati dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang Allah SWT.

4) Kamil: Tingkatan orang yang sempurna, di mana Muslim telah mencapai tingkat tertinggi dalam tasawuf dan telah mencapai kedekatan yang sempurna dengan Allah SWT.

Tokoh-Tokoh Tasawuf Terkemuka:

Sejarah Islam dihiasi dengan banyak tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain:

- Rabi'ah Al-Adawiyah: Seorang sufi wanita yang terkenal dengan kezuhudan dan kecintaannya kepada Allah SWT.

- Al-Ghazali: Seorang filsuf dan teolog Islam yang terkenal dengan karyanya "Ihya' Ulumuddin" yang membahas tentang tasawuf.

- Jalaluddin Rumi: Seorang penyair sufi yang terkenal dengan karyanya "Masnawi" yang merupakan salah satu karya sastra sufi teragung.

- Ibnu Hajar Al-Asqalani: Seorang ulama Islam yang terkenal dengan karyanya "Fathul Bari" yang merupakan salah satu buku hadis ternama.

- Ibnu Arabi: Seorang sufi yang terkenal dengan pemikirannya tentang kesatuan wujud (wahdatul wujud).



Tokoh Tarekat

Tokoh tarekat pertama yang terkenal adalah: Syekh Abdul Qadir Jaelani (Bagdad); Syekh Ahmad Riva’i (Mesir); dan Syekh Jalaluddin Rumi (Parsi)



Empat Tingkatan Tasawuf.

Dalam tasawuf (sufisme Islam), dikenal ada 3 tingkatan perjalanan spiritual yaitu Syari’at (syari’ah),Tarekat (thariqah), dan Hakikat (haqiqah), yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah the Law, the Way and the truth.  Namun masih ada satu lagi satu tahapan puncak yang menjadi tujuan akhir yaitu Makrifat (ma’rifah), yang sebenarnya adalah inti dari wilayah hakikat, dan sebagai esensi dari keempat tingkatan spiritual tersebut.

Secara umum kita mengenal ada tiga tingkatan keimanan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan.  Tingkatan keimanan ini searah dengan tingkatan perjalanan spiritual dalam ilmu tasawuf  yaitu Syariat, Hakekat dan Ma’rifat.

Penjelasan singkat mengenai keempat tingkatan tersebut adalah sbb:

1. Syariat.  Syariat adalah aturan atau hukum yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim, baik yang berkenaan dengan ibadah ritual (hablum minallah) maupun hubungan sosial (hablum minan nas). Ilmu yang membahas masalah syariat disebut Fiqih.

2. Tarekat. Tarekat adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah yang sedekat-dekatnya (ma’rifat).  Berbagai amalan tarekat  yang dilakukan oleh seorang Salik (murid) atas panduan seorang mursyid (guru spiritual) berupa dzikir, wirid (riyadhah), puasa dan prilaku spiritual lainnya (seperti tidak bicara kalau tidak bermanfaat). Istilah tarekat juga menjadi nama lain dari aliran tasawuf.

3. Hakikat. Hakekat adalah isyarat dan rahasia kebenaran (al-haqq) yang terkandung di balik suatu keadaan (syariat). Hakikat juga disebut Lubb yang berarti esensi atau inti sari atau kebenaran yang esensial.  Hakikat adalah bentuk batin dari syariat, sedangkan syariat adalah bentuk lahir dari hakikat.  Dalam khasanah tasawuf, Hakikat adalah kemampuan seseorang dalam merasakan dan melihat kehadiran Allah di dalam syari’at itu, sehingga hakikat adalah aspek yang paling penting dalam setiap amal.  Inti dan rahasia dari syari’at yang merupakan tujuan perjalanan salik.

Untuk menjelaskan hubungan antara Syariat dan Hakikat, ulama Sufi memberi contoh pada shalat; Semua gerakan fisik  shalat yang bersifat lahiriyah dengan memenuhi semua rukun dan syarat fiqih merupakan sisi syariah.

Sedangkan hadirnya hati bersama Allah dalam shalat (khusyuk) merupakan sisi hakikat,  Ia adalah ruh shalat.

4. Makrifat. Makrifat adalah kemampuan mengenal Allah secara sangat dekat, karena telah tersingkapnya rahasia-rahasia ketuhanan.  Intinya makrifat sangat terkait dengan keterbukaan mata batin, sehingga ma’rifat bisa dipahami sebagai kemampuan melihat Allah dengan mata hati.  Ma’rifat  merupakan inti dari wilayah hakikat yang 'tak terlihat'.  Ma’rifat dicapai ketika Shufi mencapai maqam tertinggi dalam Tasawuf.

Hasil gambar



SALAH PAHAM TERHADAP TASAWUF

Sebagian ulama dan umat Islam ada yang memandang negatif terhadap ilmu tasawuf, hal ini tiada lain karena mereka telah terhasut oleh pemikiran Barat yang melakukan penelitian secara subjektif  terhadap amal zahir para Sufi. 

Kesimpulan dari penelitian mereka antara lain sebagai berikut:
-   Praktek tasawuf banyak menyimpang dari ajaran Rasulullah.
-   Tasawuf lebih berorientasi pada kesalehan individual
-   Mengutamakan kehinaan dari kemuliaan (menyukai kesusahan dari kesenangan). 
-   Tasawuf sebagai penyebab keterbelakangan kehidupan kaum Muslim.
-   Dua istilah yang sering disebut-sebut oleh orang-orang sufi adalah Syari’at dan Hakikat. Apabila sudah sampai pada tahap hakekat maka menjalankan syari’at bukan lagi suatu keharusan

Golongan Tasawuf.
Secara garis besar para kaum Sufi dalam memahami dan menjalani praktik tasawuf dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

1. Kaum Sufi KonfensionaL. Mereka memahami hakekat dari apa yang ada pada ketetapan syari’at, dengan menjalani serangkaian proses tarekat (amalan spiritual) untuk mencapai tingkat makrifat.  Kalau di kalangan ahli fiqih dikenal mana sunnah dan mana yang bid’ah, maka di kalangan para sufi tidak dikenal hal seperti itu. Yang dipersoalkan para sufi adalah apakah hati kita semakin dekat kepada Allah atau tidak.

2. Kaum Sufi Ekstrim.  Mereka memahami apa yang ada di balik ketetapan syari’at, sehingga bilamana hal itu telah dapat diselami, maka menjalankan syari’at bukan lagi suatu keharusan.

3. Kaum Sufi Modern.  Tasawuf bukan metode pelarian sufi dari urusan dunia. Tasawuf yang sebenarnya adalah gaya hidup yang meliputi sikap, pandangan dan tingkah laku. Mereka tetap berpijak pada syariat untuk menjalani tarekat (jalan spiritual) agar mencapai hakekat. Tasawuf sering dipahami sebagai akhlak untuk mendekati Tuhan.

Tiga dimensi dalam tasawuf yaitu  syariat, hakekat dan makrifat itu sejajar dengan tiga dimensi lain yang secara umum dikenal dalam Islam yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ihsan adalah dimensi tertinggi dalam Islam untuk menuju Tuhan, itulah makrifat.


TASAWUF MODERN 

Tasawuf sering disalah pahami oleh masyarakat awam sebagai metode sufi untuk mencapai makrifat dengan cara menjauhi kesibukan dunia dan meninggalkan kesenangan duniawi.

Bahkan ada pula orang yang memahami tasawuf dengan sangat keliru, misal dengan tasawuf seseorang akan memperoleh karamah dari Allah SWT (seperti mukjizat yang diberikan kepada para Nabi/Rasul). Dengan tasawuf ia akan memiliki kekuatan gaib, kebal senjata, dapat menundukkan hati wanita dll.  Sesungguhnya yang mereka ketahui bukan tasawuf, melainkan Pseudo Sufism (tasawuf bohongan).

Seorang ulama besar dan tokoh Muhammadiyah, Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah yang popular dengan sapaan Buya Hamka kemudian memberi pemahaman tentang hakekat tasawuf kepada kaum muslimin Indonesia.  

Bagi Buya, tasawuf bukanlah cara-cara hidup seperti yang pernah diajarkan oleh para Sufi jaman dulu, yang harus hidup menyepi, menyendiri dan menjauhi dunia secara normal, apalagi meninggalkan syariat agama. Tetapi sesungguhnya tasawuf  adalah cara hidup yang lebih menekankan pada aspek akhlak (akhlakul karimah) dengan tidak melupakan aspek syariahnya. 

Tiga dimensi dalam tasawuf yaitu Syariat, Hakekat dan Makrifat itu sejajar dengan tiga dimensi lain yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ihsan adalah dimensi tertinggi dalam Islam untuk menuju Tuhan, itulah Makrifat dalam ilmu tasawuf.

Buya Hamka kemudian mencoba menginterpretasikan tasawuf murni sesuai dengan kehidupan masyarakat modern, yang dikenal dengan istilah "Tasawuf Modern".  Secara singkat pengertian tasawuf modern adalah tasawuf murni yang relevan untuk diterapkan pada zaman modern.

Dengan begitu maka tasawuf modern adalah penerapan sifat ikhlas, syukur, sabar, tawadhu', qana'ah, dan zuhud oleh seorang mukmin dalam kehidupan modern, yang harus tetap semangat dalam bekerja sesuai profesinya, seperti dokter, insinyur, pengacara, ekonom, pengusaha, maupun militer. 

Kalau di kalangan ahli fiqih dikenal mana sunnah dan mana yang bid’ah, maka di kalangan para sufi tidak dikenal hal seperti itu. Yang dipersoalkan para sufi adalah apakah hati kita semakin dekat kepada Allah atau tidak.

Pada masyarakat dengan pola moderen (peradaban barat), solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan dilakukan dengan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan mental (mental health). Sedangkan pada masyrakat Islam maka solusi yang ditawarkan lebih bersifat religius spiritual, yaitu dengan pendekatan tasawuf.

Beberapa ahli tasawuf di Indonesia yang banyak dikenal antara lain: Prof. Hamka, Prof. Jalaluddin Rakhmad, Dr. Luqman Hakim, Haidar Baqir, Kautsar Azhari Noer, Hisain Shahab, dan Umar Shahab.

****

Tasawuf Menurut Imam Al-Ghazali dan Tujuannya,
https://www.konfrontasi.com/content/khazanah/tasawuf-menurut-imam-al-ghzali-dan-tujuannya
https://hidrosita.wordpress.com/2013/12/14/syariat-tarekat-hakikat-dan-makrifat/
https://www.kompasiana.com/kalimana/59ec83b3f13344047e6f1052/mengenal-tasawuf?page=all

*****

Syariat, Hakikat, Tarekat & Makrifat.

Ajaran-ajaran tasawuf lebih berorientasi pada aspek inner (jiwa terdalam).  Ajaran ini mengarahkan kehidupan manusia kepada cara hidup yang mengutamakan rasa.  Esensi ajaran ilmu tasawuf adalah mengolah qalbu dan jiwa.

Dalam pemahaman ilmu tasawuf ada 3 tingkatan keimanan, yaitu Syariat, Hakikat dan Makrifat (seirama dengan Islam, Iman, dan Ikhsan). Sedangkat Tarekat merupakan cara untuk bisa mendapatkan hakikat guna memperoleh Makrifat.

Shalat:
a.  Syariat        : Pelaksanaan shalat secara fisik
b.  Hakikat       : Jiwa menghadap Allah (dzikrullah)
c.  Tarekat       : Khusu’
d.  Makrifat      : Wahdatul wujud.

Puasa:
a.  Syariat        : Tidak makan & minum
b.  Hakikat       : Mengendalikan diri (muraqabah)
c.  Tarekat       : Ikhlas & sabar
d.  Makrifat      : Taqwa

Zakat:
a.  Syariat        : Keluarkan 2,5 %
b.  Hakikat       : Membersihkan harta (zuhud)
c.  Tarekat       : Banyak sedekah
d.  Makrifat      : Mencintai Allah, bukan dunia.

Jilbab :
a.  Syariat        : Menutup aurat dengan kain
b.  Hakikat       : Mencegah syahwat birahi kaum laki-laki
c.  Tarekat       : Menutupi pandangan mata hati laki2 yang membangkitkan birahi

d.  Makrifat      : Mengendalikan syahwat

Prinsip maqam Tasawuf :
a. Zikrullah, artinya mengingat Allah dengan cara dzikir atau shalat.
b. Muraqabah: kesadaran bahwa seseorang tidak lepas dari pengawasan Allah,
c. Zuhud: membebaskan diri dari pengaruh dan godaan keduniawian.

Pelaksanaan Tarekat :
a.  Shalat dilaksanakan dengan prinsip zikrullah (khusu’)
b.  Puasa dilaksanakan dengan prinsip muraqabah (Allah selalu mengawasi)
c.  Zakat dilaksanakan dengan prinsip zuhud, tidak terlalu mencintai dunia.
-----------   

Pengertian Tasawuf.
Samsul Munir mengutip pendapat beberapa para ahli adalah seperti berikut ini: 
a. Syaikh Ahmad Zarruq, tasawuf adalah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata karena Allah. 
b. Syekh Islam Zakaria Al-Anshari. Tasawuf adalah ilmu yang menerangkan cara-cara mencuci bersih jiwa, memperbaiki akhlak, dan membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi 
c. Sayyed Hussein Nasr, tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga jiwa bersih serta memancarkan akhlak yang mulia. 
d. H. M. Amin Sykur, tasawuf adalah sistem latihan dengan kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi, dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sehingga segala perhatiannya hanya terpusat pada sang khaliq.
e. Dalam naskahnya Ri‟ayah al-himmah, Ahmad Rifa‟i sebagaimana yang dikutip oleh Nasrudin bahwa tasawuf adalah pengetahuan untuk menghayati sifat-sifat yang terpuji serta menghindari sifatsifat yang tercela sebagai jalan menuju akhlak yang sempurna.
f. Ulama Ahlussunnah, tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. 
g. Shaikh Rashad Rida, tasawuf adalah salah satu dari pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan mempertanggungjawabkan perilaku sehari-hari dan menaikkan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa tasawuf adalah upaya melatih diri dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat mengantarkan dirinya lebih dekat dengan Tuhannya sehingga memancarkan akhlak yang mulia. 

Imam Al-Ghazali memberikan penjelasan pendek yang menjadi pokok-pokok dalam tasawuf. Penjelasan pendek ini cukup memadai. Ia menyebutkan hablum minallah dan hablum minan nas sebagai ajaran pokok dalam tasawuf.

Dua pilar utama tasawuf ini disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad untuk mengenalkan dunia tasawuf dan sufi kepada masyarakat awam. Dua ajaran pokok dalam tasawuf ini disampaikan dengan bahasa singkat dan sederhana agar mudah dimengerti kalangan masyarakat awam.

Sumber: 
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/penjelasan-imam-al-ghazali-tentang-tasawuf-dan-sufi-WAUd3



Tidak ada komentar:

Posting Komentar