Pengertian Tasawuf
Para ahli memberikan banyak definisi mengenai tasawuf, sehingga sulit
mendifinisikan tasawuf secara lengkap. Dari banyak definisi itu pengertian
tasawuf yang mudah dipahami oleh masyarakat awam adalah definisi dari Imam
al-Ghazali.
Tasawuf, menurut Imam al-Ghazali adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara membersihkan hati (qalbun
salim) dan menyucikan jiwa (tazkiyatun
nafs) dalam upaya untuk mencapai Makrifat,
yakni kedekatan dengan Sang Khalik, Allah Swt.
Ilmu tasawuf mengajarkan bagaimana cara bersyukur, sabar, ikhlas, tawadhu',
qana'ah, zuhud, dan taubat, serta
membersihkan hati dari sifat-sifat buruk, seperti takabur, riya', 'ujub,
kikir, sum'ah, orientasi pada kemegahan duniawi, dan seterusnya.
Ilmu tasawuf mengajarkan nilai, etika, moral, dan akhlak.
Tasawuf juga
dapat diartikan sebagai cara atau adab batiniah untuk mencapai Makrifat, yaitu memperoleh hubungan langsung
dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa dirinya berada di hadirat Tuhan (Wahdatul Wujud =
Manunggaling Kawula Gusti).
Istilah tasawuf
Istilah tasawuf sebenarnya tidak dikenal pada zaman
Rasulullah saw. tetapi pada masa itu, dikenal istilah-istilah seperti zuhud, wara’, dan beberapa kata kunci
lain dalam tasawuf.
Istilah
tasawuf muncul setelah generasi yang ke tiga, yaitu setelah generasi sahabat
Nabi, generasi Tabi'in, dan generasi Itabi'in.
Setelah kegenerasi ketiga
itulah munculnya para sufi pada Abad ke 11 (5
H). Tasawuf pada awalnya
merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Abu Hasan al-Fusyandi mengatakan, ”Hari ini tasawuf hanya sekedar nama,
tetapi tidak ada buktinya. Dahulu di zaman Rasulullah, tasawuf ada buktinya,
tetapi tidak ada namanya.”
Menurut Jalaluddin Rakhmad, tasawuf sering dipahami sebagai akhlak
untuk mendekati Tuhan, artinya, apabila seseorang berkeinginan mendekati Tuhan,
maka serangkaian akhlak yang harus dikerjakan itu dinamakan tasawuf.
Ajaran-ajaran tasawuf lebih berorientasi pada aspek inner (jiwa
terdalam). Ajaran ini mengarahkan kehidupan manusia kepada cara hidup
yang mengutamakan rasa. Tujuan terpenting dalam tasawuf adalah memperoleh
hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa dirinya berada
di hadirat Tuhan (Ma’rifatullah).
Tarekat Tasawuf
Semua ulama
tasawuf sependapat bahwa satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan seseorang
mencapai Makrifat adalah melalui kesucian jiwa (Tazkiyatun Nafs) dan kebersihan
hati (Qalbun Salim).
Untuk
memperoleh kesucian jiwa dan kebersihan hati secara efektif, seseorang
perlu menjalani serangkaian proses pendidikan (tarbiyah)
dan latihan (riyadhah) mental
yang panjang, dengan menjalani amalan-amalan spiritual (Tarekat) yang
dibimbing oleh seorang Mursyid dalam sebuah lembaga spiritual (Zawiyah).
Dalam ketasawufan,
terdapat 4 unsur tarekat, yaitu:
a.
Mursyid/Syaikh (guru tarekat)
c. Suluk (wirid dan amalan yang harus dilakukan salik)
d. Zawiyah (majelis tempat para salik mengamalkan sulk)
Pada tahap awal, teori
dan amalan tasawuf selalu diformulasikan kepada pengaturan sikap mental dan
pendisiplinan tingkah laku yang ketat.
Dalam
rangkaian metode pembersihan hati untuk mencapai makrifat, para sufi menetapkan
dengan tiga tahap yaitu Takhalli,Tahalli,
dan Tajalli.
(1) Takhalli, merupakan
tahap pengosongan atau membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. (untuk
mengisi botol dengan air mineral maka hrs dikosongkan lebih dulu)
(2) Tahalli, merupakan tahap pengisian hati yang telah
dikosongkan dengan akhlak Tuhan, yaitu disibukkan dengan dzikir dan mengingat
Allah. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Hatinya sedih jika tidak
mengingat Allah dalam setiap detik.
(3) Tajalli, merupakan tahap
“penampakan” Tuhan secara metafisik. Disitu kebahagian sejati telah datang, Ia
lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Pada tahap
ini, para sufi menyebutnya sebagai Ma'rifah,
orang yang sempurna sebagai manusia luhur.
Dalam
tarekat, seorang salik (calon sufi), dengan bimbingan seorang
syaikh mursyid (guru tarekat), harus
menjalani tarekat (amalan spiritual) sesuai tahapan spiritual
(maqam). Sebagai contoh, maqam pertama adalah Tobat,
kemudian Sabar, Tawadhu (rendah hati) Zuhud (menjauhi
keduniawian), Tawakal, dan seterusnya hingga Makrifat.
Seseorang
tidak dapat melewati sebuah maqam tertentu kecuali dengan menyempurnakan
seluruh kewajiban yang harus dijalankan pada maqam tersebut.
Prinsip Maqam
Ketasawufan :
a. Zikrullah, artinya mengingat
Allah dengan cara menyebut nama-nama Allah (asma’ al-husna).
b. Muraqabah:
kesadaran bahwa seseorang tidak lepas dari pengawasan Allah,
c. Zuhud:
membebaskan diri dari pengaruh dan godaan keduniawian.
Amalan Tasawuf
Tasawuf memiliki beberapa amalan,
antara lain:
- Taubatan: Taubat yang sungguh-sungguh dan
penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
- Zuhud: Meninggalkan hal-hal duniawi yang
tidak perlu dan fokus pada hal-hal spiritual.
- Wara': Menjauhkan diri dari perbuatan
yang syubhat (meragukan).
- Qana'ah: Merasa puas dengan apa yang
dimiliki dan tidak serakah.
- Sabr: Bersabar dalam menghadapi cobaan
dan kesulitan.
- Syukur: Bersyukur atas nikmat dan karunia
Allah SWT.
- Rida: Menerima segala ketentuan Allah SWT
dengan lapang dada.
- Tawwakal: Berserah diri sepenuhnya kepada
Allah SWT.
Tingkatan PecintaTasawuf
Pecinta atau pengamal tasawuf memiliki beberapa tingkatan, antara lain:
1) Mubtadi': Tingkatan awal, di mana Muslim mulai mempelajari dasar-dasar tasawuf dan melatih diri dengan amalan-amalan spiritual.
2) Salik: Tingkatan pencari, di mana Muslim berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tasawuf.
3) Arifin: Tingkatan orang yang mengetahui, di mana Muslim telah mencapai tingkat kejernihan hati dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang Allah SWT.
4) Kamil: Tingkatan orang yang sempurna, di mana Muslim telah mencapai tingkat tertinggi dalam tasawuf dan telah mencapai kedekatan yang sempurna dengan Allah SWT.
Tokoh-Tokoh Tasawuf Terkemuka:
Sejarah Islam dihiasi dengan banyak
tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain:
- Rabi'ah Al-Adawiyah: Seorang sufi
wanita yang terkenal dengan kezuhudan dan kecintaannya kepada Allah SWT.
- Al-Ghazali: Seorang filsuf
dan teolog Islam yang terkenal dengan karyanya "Ihya' Ulumuddin" yang
membahas tentang tasawuf.
- Jalaluddin Rumi: Seorang penyair
sufi yang terkenal dengan karyanya "Masnawi" yang merupakan salah
satu karya sastra sufi teragung.
- Ibnu Hajar Al-Asqalani: Seorang ulama
Islam yang terkenal dengan karyanya "Fathul Bari" yang merupakan
salah satu buku hadis ternama.
- Ibnu Arabi: Seorang sufi yang terkenal dengan
pemikirannya tentang kesatuan wujud (wahdatul wujud).
Tokoh Tarekat
Tokoh tarekat pertama yang terkenal adalah: Syekh Abdul Qadir Jaelani (Bagdad); Syekh Ahmad Riva’i (Mesir); dan Syekh Jalaluddin Rumi (Parsi)
Empat Tingkatan
Tasawuf.
Dalam tasawuf (sufisme Islam), dikenal ada 3 tingkatan perjalanan
spiritual yaitu Syari’at (syari’ah),Tarekat (thariqah), dan Hakikat (haqiqah), yang dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah the Law, the Way and the truth. Namun masih ada satu lagi satu tahapan puncak
yang menjadi tujuan akhir yaitu Makrifat (ma’rifah),
yang sebenarnya adalah inti dari wilayah hakikat, dan sebagai
esensi dari keempat tingkatan spiritual tersebut.
Secara umum kita mengenal ada tiga tingkatan keimanan, yaitu Islam, Iman
dan Ihsan. Tingkatan keimanan ini searah
dengan tingkatan perjalanan spiritual dalam ilmu tasawuf yaitu Syariat,
Hakekat dan Ma’rifat.
Penjelasan
singkat mengenai keempat tingkatan tersebut adalah sbb:
1. Syariat. Syariat adalah
aturan atau hukum yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim, baik yang
berkenaan dengan ibadah ritual (hablum minallah) maupun hubungan sosial (hablum
minan nas). Ilmu yang membahas masalah syariat disebut Fiqih.
2. Tarekat. Tarekat adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mendekatkan
diri kepada Allah yang sedekat-dekatnya (ma’rifat). Berbagai
amalan tarekat yang dilakukan oleh
seorang Salik (murid) atas panduan seorang mursyid (guru spiritual) berupa
dzikir, wirid (riyadhah), puasa dan prilaku spiritual lainnya (seperti tidak
bicara kalau tidak bermanfaat). Istilah tarekat juga menjadi nama lain dari
aliran tasawuf.
3. Hakikat. Hakekat adalah isyarat
dan rahasia kebenaran (al-haqq) yang terkandung di balik suatu keadaan
(syariat). Hakikat juga disebut Lubb yang berarti esensi atau inti sari
atau kebenaran yang esensial. Hakikat
adalah bentuk batin dari syariat, sedangkan syariat adalah bentuk lahir dari
hakikat. Dalam khasanah tasawuf, Hakikat adalah kemampuan
seseorang dalam merasakan dan melihat kehadiran Allah di dalam syari’at itu,
sehingga hakikat adalah aspek yang paling penting dalam setiap amal.
Inti dan rahasia dari syari’at yang merupakan tujuan perjalanan salik.
Untuk menjelaskan hubungan antara Syariat dan Hakikat, ulama Sufi
memberi contoh pada shalat; Semua gerakan fisik shalat yang bersifat
lahiriyah dengan memenuhi semua rukun dan syarat fiqih merupakan sisi syariah.
Sedangkan hadirnya hati bersama Allah dalam shalat (khusyuk) merupakan
sisi hakikat, Ia adalah ruh shalat.
4. Makrifat. Makrifat adalah
kemampuan mengenal Allah secara sangat dekat, karena telah tersingkapnya
rahasia-rahasia ketuhanan. Intinya
makrifat sangat terkait dengan keterbukaan mata batin, sehingga ma’rifat
bisa dipahami sebagai kemampuan melihat Allah dengan mata hati. Ma’rifat
merupakan inti dari wilayah hakikat yang 'tak
terlihat'. Ma’rifat dicapai ketika Shufi mencapai maqam tertinggi dalam
Tasawuf.
SALAH PAHAM TERHADAP TASAWUF .
Sebagian ulama dan umat Islam ada yang memandang negatif
terhadap ilmu tasawuf, hal ini tiada lain karena mereka telah terhasut oleh
pemikiran Barat yang melakukan penelitian secara subjektif terhadap amal zahir para Sufi.
Kesimpulan
dari penelitian mereka antara lain sebagai berikut:
- Praktek tasawuf
banyak menyimpang dari ajaran Rasulullah.
- Tasawuf
lebih berorientasi pada kesalehan individual
-
Mengutamakan kehinaan dari kemuliaan (menyukai kesusahan dari
kesenangan).
- Tasawuf sebagai
penyebab keterbelakangan kehidupan kaum Muslim.
- Dua
istilah yang sering disebut-sebut oleh orang-orang sufi adalah Syari’at dan
Hakikat. Apabila sudah sampai pada tahap hakekat maka menjalankan syari’at
bukan lagi suatu keharusan
Golongan
Tasawuf.
Secara garis
besar para kaum Sufi dalam memahami dan menjalani praktik tasawuf dibagi dalam
tiga golongan, yaitu:
1. Kaum
Sufi KonfensionaL. Mereka memahami hakekat
dari apa yang ada pada ketetapan syari’at, dengan menjalani serangkaian proses
tarekat (amalan spiritual) untuk mencapai tingkat makrifat. Kalau di kalangan ahli fiqih dikenal mana
sunnah dan mana yang bid’ah, maka di kalangan para sufi tidak dikenal hal
seperti itu. Yang dipersoalkan para sufi adalah apakah hati kita semakin dekat
kepada Allah atau tidak.
2. Kaum Sufi Ekstrim. Mereka
memahami apa yang ada di balik ketetapan syari’at, sehingga bilamana hal itu
telah dapat diselami, maka menjalankan syari’at bukan lagi suatu keharusan.
3. Kaum
Sufi Modern. Tasawuf bukan
metode pelarian sufi dari urusan dunia. Tasawuf yang sebenarnya adalah gaya
hidup yang meliputi sikap, pandangan dan tingkah laku. Mereka tetap berpijak pada syariat untuk menjalani tarekat (jalan
spiritual) agar mencapai hakekat. Tasawuf sering dipahami sebagai akhlak
untuk mendekati Tuhan.
Tiga dimensi dalam
tasawuf yaitu syariat, hakekat dan makrifat
itu sejajar dengan tiga dimensi lain yang secara umum dikenal dalam Islam yaitu
Islam, Iman dan Ihsan. Ihsan adalah dimensi tertinggi dalam Islam untuk menuju
Tuhan, itulah makrifat.
TASAWUF MODERN
Tasawuf sering disalah pahami oleh masyarakat awam sebagai
metode sufi untuk mencapai makrifat dengan cara menjauhi kesibukan dunia dan
meninggalkan kesenangan duniawi.
Bahkan
ada pula orang yang memahami tasawuf dengan sangat keliru, misal dengan tasawuf
seseorang akan memperoleh karamah dari Allah SWT (seperti mukjizat yang
diberikan kepada para Nabi/Rasul). Dengan tasawuf ia akan memiliki kekuatan
gaib, kebal senjata, dapat menundukkan hati wanita dll. Sesungguhnya yang mereka ketahui bukan
tasawuf, melainkan Pseudo Sufism (tasawuf
bohongan).
Seorang ulama besar dan tokoh Muhammadiyah, Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah yang popular
dengan sapaan Buya Hamka kemudian memberi
pemahaman tentang hakekat tasawuf kepada kaum muslimin Indonesia.
Bagi Buya, tasawuf bukanlah cara-cara hidup seperti yang
pernah diajarkan oleh para Sufi jaman dulu, yang harus hidup menyepi,
menyendiri dan menjauhi dunia secara normal, apalagi meninggalkan syariat
agama. Tetapi sesungguhnya tasawuf adalah cara
hidup yang lebih menekankan pada aspek akhlak (akhlakul karimah) dengan tidak melupakan aspek syariahnya.
Tiga
dimensi dalam tasawuf yaitu Syariat, Hakekat dan Makrifat itu sejajar dengan tiga dimensi lain
yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ihsan adalah dimensi tertinggi dalam Islam
untuk menuju Tuhan, itulah Makrifat dalam ilmu tasawuf.
Buya Hamka kemudian mencoba menginterpretasikan tasawuf murni
sesuai dengan kehidupan masyarakat modern, yang dikenal dengan istilah "Tasawuf Modern". Secara singkat pengertian
tasawuf modern adalah tasawuf murni yang relevan untuk diterapkan pada zaman
modern.
Dengan begitu maka tasawuf modern adalah penerapan sifat ikhlas, syukur, sabar, tawadhu', qana'ah, dan zuhud oleh seorang mukmin dalam kehidupan modern, yang
harus tetap semangat dalam bekerja sesuai profesinya, seperti dokter, insinyur,
pengacara, ekonom, pengusaha, maupun militer.
Kalau
di kalangan ahli fiqih dikenal mana sunnah dan mana
yang bid’ah, maka di kalangan para sufi tidak dikenal hal seperti itu.
Yang dipersoalkan para sufi adalah apakah hati kita semakin dekat kepada Allah atau tidak.
Pada
masyarakat dengan pola moderen (peradaban barat), solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi problem kejiwaan dilakukan dengan pendekatan psikologi, dalam hal ini
kesehatan mental (mental health).
Sedangkan pada masyrakat Islam maka solusi yang ditawarkan lebih bersifat
religius spiritual, yaitu dengan pendekatan tasawuf.
https://hidrosita.wordpress.com/2013/12/14/syariat-tarekat-hakikat-dan-makrifat/
https://www.kompasiana.com/kalimana/59ec83b3f13344047e6f1052/mengenal-tasawuf?page=all
*****
Syariat, Hakikat, Tarekat &
Makrifat.
Ajaran-ajaran tasawuf lebih berorientasi pada aspek inner (jiwa
terdalam). Ajaran ini mengarahkan kehidupan manusia kepada cara
hidup yang mengutamakan rasa. Esensi
ajaran ilmu tasawuf adalah mengolah qalbu dan jiwa.
Dalam
pemahaman ilmu tasawuf ada 3 tingkatan keimanan, yaitu Syariat,
Hakikat dan Makrifat
(seirama dengan Islam, Iman, dan Ikhsan). Sedangkat Tarekat
merupakan cara untuk bisa mendapatkan hakikat guna memperoleh Makrifat.
Shalat:
a. Syariat
: Pelaksanaan shalat secara
fisik
b. Hakikat :
Jiwa menghadap Allah (dzikrullah)
c. Tarekat :
Khusu’
d. Makrifat :
Wahdatul wujud.
Puasa:
a. Syariat
: Tidak makan & minum
b. Hakikat :
Mengendalikan diri (muraqabah)
c. Tarekat :
Ikhlas & sabar
d. Makrifat :
Taqwa
Zakat:
a. Syariat
: Keluarkan 2,5 %
b. Hakikat :
Membersihkan harta (zuhud)
c. Tarekat :
Banyak sedekah
d. Makrifat :
Mencintai Allah, bukan dunia.
Jilbab :
a. Syariat
: Menutup aurat dengan kain
b. Hakikat :
Mencegah syahwat birahi kaum laki-laki
c. Tarekat :
Menutupi pandangan mata hati laki2 yang membangkitkan birahi
d. Makrifat :
Mengendalikan syahwat
Prinsip maqam Tasawuf :
a. Zikrullah, artinya mengingat
Allah dengan cara dzikir atau shalat.
b. Muraqabah: kesadaran bahwa
seseorang tidak lepas dari pengawasan Allah,
c. Zuhud: membebaskan diri
dari pengaruh dan godaan keduniawian.
Pelaksanaan Tarekat :
a. Shalat
dilaksanakan dengan prinsip zikrullah (khusu’)
b. Puasa
dilaksanakan dengan prinsip muraqabah (Allah selalu mengawasi)
c. Zakat
dilaksanakan dengan prinsip zuhud, tidak terlalu mencintai dunia.
-----------
Pengertian Tasawuf.
Samsul Munir mengutip pendapat beberapa para ahli adalah
seperti berikut ini:
a. Syaikh Ahmad Zarruq, tasawuf adalah ilmu yang dapat
memperbaiki hati dan menjadikannya semata karena Allah.
b. Syekh Islam Zakaria Al-Anshari. Tasawuf adalah ilmu yang
menerangkan cara-cara mencuci bersih jiwa, memperbaiki akhlak,
dan membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai
kebahagiaan yang abadi
c. Sayyed Hussein Nasr, tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan
berbagai kegiatan yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga
jiwa bersih serta memancarkan akhlak yang mulia.
d. H. M. Amin Sykur, tasawuf adalah sistem latihan dengan
kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi, dan
memperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah sehingga segala perhatiannya hanya terpusat pada
sang khaliq.
e. Dalam naskahnya Ri‟ayah al-himmah, Ahmad Rifa‟i sebagaimana
yang dikutip oleh Nasrudin bahwa tasawuf adalah pengetahuan
untuk menghayati sifat-sifat yang terpuji serta menghindari sifatsifat yang tercela sebagai jalan menuju akhlak yang sempurna.
f. Ulama Ahlussunnah, tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq,
membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang
abadi.
g. Shaikh Rashad Rida, tasawuf adalah salah satu dari pilar agama.
Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan
mempertanggungjawabkan perilaku sehari-hari dan menaikkan
manusia menuju maqam spiritual yang tinggi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa tasawuf
adalah upaya melatih diri dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat
mengantarkan dirinya lebih dekat dengan Tuhannya sehingga
memancarkan akhlak yang mulia.
Imam Al-Ghazali memberikan penjelasan pendek yang menjadi
pokok-pokok dalam tasawuf. Penjelasan pendek ini cukup memadai. Ia menyebutkan hablum minallah dan hablum minan nas sebagai ajaran pokok dalam tasawuf.
Dua pilar utama tasawuf ini disebutkan oleh
Imam Al-Ghazali dalam kitab
Ayyuhal Walad
untuk mengenalkan dunia tasawuf dan sufi kepada masyarakat awam. Dua ajaran
pokok dalam tasawuf ini disampaikan dengan bahasa singkat dan sederhana agar
mudah dimengerti kalangan masyarakat awam.
Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/penjelasan-imam-al-ghazali-tentang-tasawuf-dan-sufi-WAUd3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar