Sabtu, 20 Januari 2024

Manunggaling Kawulo Gusti

Pendahuluan

"Manunggaling kawulo gusti" merupakan konsep spiritual kepercayaan orang Jawa kuno (Kejawen) yang merujuk pada keadaan di mana manusia mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan merasakan kedekatan yang mendalam dengan Gusti Sang Pencipta alam semesta.

Secara harfiah, manunggaling kawula gusti berarti "bersatunya manusia (kawulo) dengan Tuhan (Gusti)", yang bisa diterjemahkan sebagai "menyatunya jiwa manusia dengan kehendak Tuhan"

Konsep ini mencerminkan pemahaman bahwa segala tindakan dan eksistensi manusia seharusnya selaras dengan kehendak Tuhan Sang Pencipta. Dalam konsep ini, diyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta berasal dari satu sumber yang sama, yaitu Tuhan atau Gusti.

Namun, pemahaman dan interpretasi terhadap pemahaman ini bisa berbeda-beda tergantung pada konteks dan perspektif masing-masing individu atau kelompok. Sebagian ulama Islam di Indonesia berpandangan bahwa konsep manunggaling kawula gusti perlu dipahami dengan hati-hati. Beberapa aspeknya mungkin mirip dengan ajaran wahdatul wujud dalam sufisme, tetapi ada juga interpretasi yang dianggap bisa menyimpang dari akidah Islam.

 

Konsep Dasar

Konsep dasar dari ajaran ini berlandaskan pada keyakinan bahwa tujuan hidup manusia adalah memperoleh kehidupan yang bahagia, yaitu kondisi kehidupan yang tenang, tenteram dan damai. Untuk dapat memperoleh kondisi kehidupan yang bahagia itu maka kepercayaan Kejawen mengajarkan agar kita menyatukan atau menyelaraskan jiwa kita dengan "kehendak suci" Sang Maha Pencipta.

Sebagian orang mengatakan konsep manunggaling kawulo Gusti itu dalam khasanah Islam sama dengan Makrifat. Untuk dapat mencapai tingkat Makrifat maka Kejawen mengajarkan berbagai macam "laku", yaitu praktik spiritual yang dilakukan oleh penganut Kejawen. Laku spiritual ajaran kejawen, dalam istilah umum disebut ibadah meliputi: Sembahyang, Semedi, Tirakat, dan Sedekah.

Praktik laku spiritual itu nantinya akan membuahkan hasil yaitu jiwa atau pribadi luhur sesuai kehendak suci Tuhan, yaitu pribadi yang mempunyai karakter dan sifat-sifat luhur ilahiyah, antara lain: jujur, adil, tanggung-jawab, ikhlas, toleran, peduli, sabar dan syukur.

Pribadi luhur sesuai kehendak suci Tuhan merupakan syarat untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan hidup, baik secara lahiriah maupun batiniah. Secara lahiriah, laku ajaran Kejawen dapat membantu manusia untuk mencapai kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Sedangkan secara batiniah, laku ajaran Kejawen dapat membantu manusia untuk mencapai kesucian, pencerahan, dan kebijaksanaan.

 

Interpretasi Wali Sanga:

Setiap Wali Sanga memiliki penekanan dan interpretasi tersendiri terhadap konsep manunggaling kawula gusti. Beberapa contoh:

- Sunan Bonang mengajarkan konsep "manunggaling dzat," yang menekankan kedekatan dan harmoni spiritual dengan Tuhan.

- Sunan Kalijaga mengajarkan "manunggaling kawula-gusti" melalui ajaran Suluk Wijayakusuma, yang menekankan pengabdian diri kepada Tuhan dan kesejahteraan masyarakat.

- Sunan Kudus mengajarkan "manunggaling laku," yang menekankan pentingnya keselarasan antara spiritualitas dan tindakan moral dalam kehidupan sehari-hari.

 

Catatan

Interpretasi terhadap konsep Manunggaling Kawula Gusti beragam, tergantung pada aliran Kejawen dan individu masing-masing.

Konsep ini tidak bertentangan dengan agama lain, tapi menawarkan perspektif unik tentang hubungan manusia dan Tuhan.

Singkatnya, Manunggaling Kawula Gusti merupakan aspirasi kepercayaan Kejawen untuk hidup selaras dengan Tuhan dan alam, mencapai kesatuan esensi dan menjalani hidup bermakna dalam harmoni. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar