Kamis, 18 April 2024

Puasa Ulat, Bukan Puasa Ular

1. MAHLUK BERPUASA 

Puasa tidak hanya dilakukan oleh umat muslim saja, tetapi juga dilakukan oleh pemeluk agama lain. 

QS. Al-Baqarah: 183, “Yaa ayuhal ladziina  aamanuu,  kutiba ’alaikumush shiyaam  -  Kamaa kutiba ’alal ladzina min qablikum -  La’allakum tattaquun” , 

artinya ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.

Dan ternyata puasa juga dilakukan oleh binatang. Beberapa jenis binatang, seperti: buaya, kura-kura, ayam betina, ular dan ulat juga berpuasa tidak makan dan minum bahkan sampai berbulan-bulan lamanya. 

Di beberapa wilayah tropis yang ekstrem, adanya musim kemarau panjang membuat sungai, danau, dan tanaman menjadi kering, dan membuat sumber makanan berkurang atau habis, sehingga membuat binatang di daerah itupun harus berpindah tempat atau berpuasa.

Untuk beradaptasi terhadap perubahan musim dan kekurangan sumber makanan, Allah SWT melengkapinya dengan kemampuan untuk melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang tanpa makan dan minum.

Binatang-binatang yang melakukan hibernasi antara lain adalah: beruang, singa laut, buaya, ular, bekicot, ulat bulu, penguin, dan sebagainya. 

Sementara induk ayam saat mengeram telur agar berubah menjadi anak ayam maka ia harus berpuasa.

Dan diantara sekian banyak puasa hewan yang dapat kita ambil pelajaran agar puasa kita mencapai derajat takwa, ialah puasanya ULAR dan puasanya ULAT.


2. PUASA ULAR
Agar ular mampu menjaga kelangsungan hidupnya, salah satu yang harus dilakukan adalah harus mengganti kulitnya secara berkala. Tidak serta merta ular bisa menanggalkan kulit lama. Ia harus berpuasa tanpa makan dalam kurun waktu tertentu. Setelah puasanya tunai, kulit luar terlepas dan muncullah kulit baru.
Hikmahnya ular menjadi muda kembali, tetapi dampaknya :
1. Wujud ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama.
2. Makanan ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama.
3. Cara Bergerak sebelum dan sesudah puasa tetap sama.
4. Tabiat dan Sifat sebelum dan sesudah puasa tetap sama.

3. PUASA ULAT
Ulat termasuk hewan paling rakus. Karena hampir sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan. Tapi begitu sudah bosan makan, ia lakukan perubahan dengan cara berpuasa. Puasa yang benar-benar dipersiapkan untuk mengubah kualitas hidupnya. Karenanya ia asingkan diri, badannya dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon sehingga tak mungkin lagi melampiaskan hawa nafsu makannya.
Setelah berminggu-minggu puasa, maka keluarlah dari kokon seekor makhluk baru yang sangat indah bernama kupu-kupu.
Hikmahnya:
1. Wujud ulat sesudah puasa berubah menjadi kupu-kupu (indah mempesona)
2. Makanan ulat sesudah puasa berubah mengisap madu
3. Cara Bergerak ketika masih jadi ulat menjalar, stlh puasa berubah terbang di awang-awang.
4. Tabiat dan Sifat berubah total.
Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam pemakan daun. Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga.

4. KESIMPULAN :

Tujuan diperintahkannya berpuasa adalah agar menjadi taqwa. La’allakum tattaquun, yaitu agar kamu bertaqwa.

Apabila puasa yang dilaksanakan tidak membawa perubahan menuju kepada derajat yang lebih baik yaitu taqwa, maka puasa itu tak ubahnya seperti puasanya ular. Tetapi apabila puasa itu dilakukan seperti puasanya ulat yang membawa perubahan menjadi kupu-kupu yang indah mempesona dapat terbang dan mengsihap sari pati bunga, maka itulah tujuan puasa agar menjadi bertaqwa.
Agar kita dapat berpuasa seperti kupu-kupu maka kita harus mengetahui hakekat puasa, yaitu mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan nafsu yang datang dari dalam maupun dari luar.
Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)
Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita menjaga empat hal, yaitu: Lisan, Pendengaran, Penglihatan, dan seluruh anggota badan dari perbuatan sia-sia, serta dari perbuatan yang keji dan kotor.

Semoga ibadah puasa kita mampu menghijrahkan diri kita agar semakin. Amin YRA. 

Limo Perkoro

Perlu diketahui, filosofi Jawa mengatakan bahwa ada lima perkara dimana manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti peran dan nasib perjalanan hidupnya.

Kelima hal atau perkara tersebut adalah:
1. Siji, pesthi (mati),
2. Loro, jodho (jodoh),
3. Telu, wahyu (anugerah),
4. Papa, kodrat (nasib),
5. Lima, bandha (rizki). 

Sembahyang & Semedi

SEMBAHYANG
Istilah "Sembahyang" berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu "Sembah" dan "Yang".
Kata "sembah" berarti "menundukkan diri" atau "merendah diri". Sedangkan "yang" berarti "dewa" atau "sang pencipta". Jadi, secara harfiah, "sembahyang" berarti "menundukkan diri kepada Sang Pencipta".
Istilah "sembahyang" kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dan digunakan sebagai istilah umum untuk menyebut berbagai bentuk ibadah, baik dalam agama Islam maupun agama-agama lain.
Dalam Islam, sembahyang dilakukan lima kali sehari, yaitu pada waktu subuh, zuhur, ashar, maghrib, dan isya.
Sembahyang dalam perspektif Jawa memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar ibadah. Sembahyang dalam perspektif Jawa juga sering dikaitkan dengan konsep manunggaling kawula Gusti, yaitu menyatunya antara manusia dan Tuhan.

SEMEDI
Semedi adalah salah satu bentuk laku spiritual dalam agama Jawa. Semedi memiliki arti "merenung" atau "mengolah batin". Semedi biasanya dilakukan di tempat yang sepi dan hening, seperti di gunung, makam keramat, atau ruang khusus yang dikeramatkan.
Semedi dalam perspektif Jawa memiliki tujuan untuk mencapai ketenangan batin, meningkatkan spiritualitas, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Semedi juga dapat dilakukan untuk mendapatkan petunjuk atau wahyu dari Tuhan.

Kesimpulan

Sembahyang dan semedi adalah dua bentuk ibadah atau laku spiritual yang memiliki makna yang penting dalam kehidupan orang Jawa. Sembahyang merupakan bentuk ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, sedangkan semedi merupakan bentuk laku spiritual yang dilakukan untuk mencapai ketenangan batin dan mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Pribahasa & Falsafah Hidup Orang Jawa

DALAM berfalsafah, orang Jawa seringkali menggunakan unen-unen untuk menata hidup manusia. Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, “Wong Jowo sing ora njawani”.
Falsafah Jawa dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan.

Tigapuluh Lima Pribahasa & Falsafah Jawa
Dari sekian banyak pribahasa dan falsafah yang menjadi pedoman hidup orang Jawa, berikut 35 diantaranya:

1. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
2. Urip Iku Urup
3. Ngunduh Wohing Pakarti
4. Sugih Tanpa Bandha, Sekti Tanpa Aji-Aji
5. Ajining raga saka ing busana…
6. Lembah Manah lan Andhap Asor (tawadhu')
7. Mulat Sarira Hangrasa Wani
8. Becik ketitik - Ala ketara
9. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Landhep tanpa natoni.
10. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan

11. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani
12. Mati Sajroning Urip
13. Menang ora kondang kalah gawe wirang
14. Wani Ngalah luhur wekasane
15. Adigang, adigung, adiguna
16. Jer Basuki Mawa Beya
17. Sawang Sinawang
18. Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa
19. Aja rumangsa bisa, ...
20. Aja Gumunan, Aja Kagetan, lan Aja Getunan

21. Aja Dumeh
22. Sapa sira sapa ingsun
23. Sapa temen bakal tinemu
24. Sapa nandur bakal ngunduh
25. Wani Ngalah Luhur Wekasane
26. Mikul dhuwur, mendhem jero
27. Asu gedhe menang kerahe
28. Anak polah bapa kepradah
29. Desa mawa cara Negara mawa tata
30. Nerima ing pandum

31. Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti
32. Cakra panggilingan
33. Aja milik barang kang melok, ...
34. Aja ketungkul marang kalungguhan, ....
35. Andhap ashar
36. Alaon alon asal kelakon

*****
PENJELASAN:
1. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Artinya, menebar kebaikan untuk kemakmuran dunia, memberantas kemungkaran. Maknanya, dalam kehidupan dunia manusia harus menebarkan kemakmuran (kedamaian dan kesejahteraan) bagi alam semesta; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak. Dalam agama Islam, dikenal dengan "Rahmatan lil alamin" dan "Amar makruf nahi munkar".
2. Urip Iku Urup
Hidup itu nyala, maksudnya adalah hidup itu haruslah menjadi penerang bagaikan lentera. Maknanya dalam hidup orang hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik. Dalam agama Islam, Rasulullah bersabda, "khairunnas anfa'uhum linnas", artinya manusia yang paling baik ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.
3. Ngunduh Wohing Pakarti
Artinya, menuai hasil dari setiap perbuatan, maksudnya bahwa setiap perbuatan (baik atau buruk) pasti akan mendapat balasan. Maknanya semua orang akan mendapatkan akibat dari setiap prilakunya sendiri (kebaikan maupun keburukan). Jadi, kita tidak perlu menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain karena bisa saja itu adalah akibat dari apa yang kita lakukan sendiri. Jadi, kita harus ingat untuk berhati-hati dalam betindak. Allah SWT berfirman: "Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah - Wa man Ya'mal mitsqaala dzarratin syarran yarah" artinya barangsiapa yang mengerjakan kebaikan atau keburukan, meski sebesar zahrah (debu/atom) niscaya akan memperoleh balasan (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
4. Sugih Tanpa Bandha, Sekti Tanpa Aji-Aji
Terjemahan literalnya adalah "kaya tanpa harta kekayaan, sakti/kuat tanpa ajian mistis". Maknanya bahwa kekayaan batin itu lebih berharga daripada harta benda, dan kekuatan karakter lebih penting daripada kekuatan fisik. Makna lain adalah orang kaya itu bukanlah orang yang banyak harta tetapi orang yang kaya hati atau besar jiwanya. Sedangkan orang bisa menjadi hebat dan kuat itu tidaklah dengan mantra tetapi dengan ilmu.
5. Ajining raga saka busana, Ajining diri saka lathi lan budi
Arti literalnya adalah "Kehormatan raga berasal dari busana, sedangkan kehormatan diri berasal dari lisan dan prilaku". Maknanya, kehormatan luar seseorang bisa dilihat dari cara berpakaiannya. Sedangkan kehormatan diri (marwah) dilihat dari cara berkomunikasi dan moral prilakunya. Cara berpakaian itu menentukan kehormatan raga dan cara berbicara menunjukkan kehormatan diri seseorang. Penampilan dan ucapan kita mempengaruhi bagaimana orang bereaksi dan menghargai kita. Sedangkan kehormatan diri ditentukan oleh bagaimana seseorang berucap dan budi pekertinya. Dalam agama Islam, Rasulullah bersabda, "Hiyaa Rukum 'Akhaa Sinukum Akhlaaq", Sebaik-baik orang diantara kalian ialah orang yg baik akhlaknya. (HR. Bukhari & Muslim).

6. Lembah Manah lan Andhap Asor (tawadhu')
Dalam bahasa jawa pengertian "lembah manah" dan "andhap asor" mempunyai pengertian yang mirip, yaitu bersikap rendah hati dan sopan santun. Filosofi ini bagai pepatah: "Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk" artinya: semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya; kalau sudah pandai jangan sombong, selalulah rendah hati. Dalam Islam sikap luhur seperti itu dikenal dengan istilah "tawadhu".
7. Mulat Sarira Hangrasa Wani
Arti mulat berarti melihat dan sarira berarti badan, maknanya "introspeksi diri atau merenungkan diri sendiri". Sedangkan hangrasa berarti merasa, dan wani berarti berani., maknanya "berani dengan penuh kesadaran". Makna keseluruhan adalah "berani dengan kesungguhan hati melihat kekurangan diri". Jadi harus ada keberanian, artinya kesungguhan hati untuk melihat kekurangan diri. Dalam Bahasa Arab atau khasanah Islam dikenal dengan frase: muhasabah atau tafakur.
8. Becik ketitik - Ala ketara
Secara harfiah dapat diterjemahkan "perbuatan baik akan nampak, dan perbuatan buruk akan terungkap". Maknanya bahwa perbuatan baik yang meskipun tidak diperlihatkan atau diketahui orang lain, pada akhirnya pasti akan tampak atau diketahui orang. Sebaliknya bahwa perbuatan buruk meskipun ditutup-tutupi pada akhirnya pasti akan tercium atau terungkap. Pesan moralnya adalah tidak usah pamrih dan jangan berbuat curang, karena semua perbuatan baik atau buruk pada akhirnya akan ada balasannya.
9. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Landhep tanpa natoni.
Arti literalnya adalah "Menyerbu tanpa bala bantuan, Memenangkan tanpa merendahkan, dan Tajam tapi tak melukai". Maknanya, dalam menghadapi lawan, manusia yang baik adalah yang mampu mengalahkan dengan cara luhur penuh kebajikan. Mereka mampu melawan sendiri tanpa bantuan kawan atau membawa massa. Dan mampu memenangkan peperangan tanpa merendahkan atau mempermalukan lawan, bahkan lawanpun kalah secara terhormat merasa tak terluka.
10. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Arti literalnya adalah "Jangan sakit hati bila tertimpa musibah, dan jangan bersedih bila kehilangan". Maknanya adalah kita harus senantiasa bersabar dan tegar menghadapi segala macam musibah, dan pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah karena Tuhan yang mengatutr segala sesuatunya.

11. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani


12. Mati Sajroning Urip
Maknanya, jalan menuju pulang (kematian) itu adalah jalan yang harus ditapaki oleh seseorang sejak sekarang. Sejak hidup di dunia ini, kita sudah diseru untuk merenungi (dan mempersiapkan bekal) kematian. Hal itu bisa dilakukan dengan cara bersemedi, atau dalam khasanah Islam adalah berkhalwat dan berdzikir, yaitu memutuskan hubungan dengan masalah masalah duniawi untuk bertafakur, tadabur dan tasyakur.

13. Menang ora kondang kalah gawe wirang

14. Wani Ngalah luhur wekasane

15. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti. Maksudnya adalah Jaga kelakuan / tatakrama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latarbelakangmu.

16. Jer Basuki Mawa Beya
Setiap kesuksesan/kebahagiaan memerlukan biaya atau usaha yang keras.

17. Sawang Sinawang

18. Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa

19. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
20. Aja Gumunan, Aja Kagetan, Aja Getunan, Aja Aleman.
Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah terkejut-kejut, Jangan mudah menyesal, Jangan manja dan mudah ngambeg.

21. Aja Dumeh
22. Sapa sira sapa ingsun
23. Sapa sing temen bakal tinemu
Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil
24. Sapa nandur bakal ngunduh
Siapa yang menanam bakal menuai hasilnya. Maksudnya barang siapa yang menanam kebaikan maka suatu saat akan mendapatkan hasilnya. Kita diajarkan untuk berlomba menanam kebaikan dimanapun kita berada. Ini juga bermakna kerja keras kita yang akan berhasil kelak.
25. Wani Ngalah Luhur Wekasane

26. Mikul dhuwur, mendhem jero
27. Asu gedhe menang kerahe
28. Anak polah bapa kepradah
29. Desa mawa cara Negara mawa tata

30. Nerima ing pandum
Menerima segala pemberian. Mengandung makna ikhlas dengan segala keadaan atau hasil, meskipun sudah berupaya semaksimal mungkin. Sebab manusia hanyalah berkewajiban untuk berusaha, namun hasilnya Tuhanlah yang berkuasa menentukan .

31. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

32. Cakra manggilingan.
Kehidupan manusia akan seperti roda yang selalu berputar, kadang di bawah kadang di atas. Hukum sebab akibat dan memungkinkan terjadi penitisan.

33. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

34. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

35. Andhap asor.
Bersikap sopan dan santun
36. Alon-alon waton kelakon
Pelan-pelan asal selamat. Kedengarannya simpel ya tetapi sebenarnya filosofi ini memiliki makna yang mendalam. Disini kita diajak untuk selalu berhati-hati, ulet, waspada, dan berusaha dalam menjalani hidup.

***** 

Rabu, 20 Maret 2024

Tausiyah: Keutamaan Sedekah

1. Dialog Nabi Musa dengan Allah Ta'ala 

Dalam kitab Mukasyafatul QulubImam Al Ghazali, menceritakan dialog antara Nabi Musa As dengan Allah SWT. 

Nabi Musa adalah nabi yang mendapat gelar “Kalimullah”, artinya nabi yang dapat berkomunikasi langsung dengan Allah Ta'ala, (seperti Nabi Muhammad ketika Isra' Mi'raj). Sementara nabi yang lain berkomunikasi dengan Allah melalui perantara malaikat Jibril. 

Dalam dialog yang dikisahkan oleh Imam Al Ghazali itu, Nabi Musa terkesan 'kepo', ingin tau tentang sesuatu yang sebenarnya nampak remeh, tetapi ternyata mempunyai hikmah besar bagi kita semua. 

 

Musa : "Wahai Rabb, aku selalu menunaikan ibadah kepada-MU.  Aku ingin tahu, manakah diantara ibadahku yang membuat Engkau senang. Apakah SHALAT-ku?

Allah: "Sholat mu itu untukmu sendiri. Karena shalat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.”

 

Musa : “Apakah DZIKIR-ku?”

Allah:  “Dzikirmu itu untukmu sendiri. Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang.”

 

Musa : “PUASA-ku ?

Allah : “Puasamu itu untukmu sendiri. Karena puasa melatih diri memerangi hawa nafsumu"

 

Musa: ”Lalu ibadah apa yang membuat Engkau senang ya Allah?"

Allah: ”SEDEKAH. Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya Aku berada disampingnya. "


Dari dialog tersebut, kita pahami bahwa ternyata shalat, puasa dan dzikir masih belum membuat Allah menjadi senang, meski ibadah tersebut sangat tinggi nilai pahalanya. 

Kenapa demikian? Karena ibadah tersebut hanya berdampak baik terhadap pribadi pelakunya, tetapi tidak mengandung manfaat bagi orang lain. 

Sedangkan sedekah merupakan amal perbuatan yang bukan hanya berpahala bagi dirinya, tetapi juga membuat bahagia orang laindisitulah membuat Allah menjadi senang.

 

2. Amalan Yang Paling Dicintai Allah 

Tentang keistimewaan sedekah juga dijelaskan dalam sebuah hadis nabi:

Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai oleh Allah? 

Maka nabi Saw menjawab: idkhol al-surur ‘ala qolbi al-mu’min“  yaitu memasukkan rasa gembira kedalam hati orang mukmin (yang sedang mengalami kesusahan), yaitu: melepaskan kesulitannya, atau menghilangkan kelaparannya, atau melunasi hutangnya. 

Saking tingginya nilai kecintaan Allah Ta'ala terhadap amalan itu, sampai² Nabi menegaskan, "Aku lebih suka membantu saudaraku sesama muslim (yang sedang mengalami kesulitan) daripada beriktikaf di masjid ini (Nabawi) selama sebulan penuh". (HR. Ath Thabrani). 

Amal perbuatan yang membahagiakan orang lain, terutama yang sedang mengalami kesulitan, adalah perbuatan yang sangat disukai oleh Allah Ta’ala. 

 

3. Penyesalan Terhebat 

Tentang keistimewaan sedekah juga digambarkan dalam dalam Al Quran, bahwa seorang hamba Allah yang tengah menghadapi kematian ia memohon kepada Allah Swt agar waktu kematiannya ditunda sesaat lagi.   

Kematian ditunda untuk apa?  

Rabbi - Lau laa akhortanii ilaa ajalin qarib - Fa ash Shadaqa"  

artinya : Ya Tuhan-ku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah. (QS. Al Munafiqun ayat 10) 

Ia ingin waktu kematiannya ditangguhkan BUKAN untuk menegakkan shalat, bukan untuk puasa, dan bukan pula untuk pergi haji, TETAPI untuk SEDEKAH. 

Kenapa sedekah? Karena sedekah, selain amalan yang sangat dicintai Allah, juga merupakan amal kebajikan yang pahalanya akan terus mengalir meskipun ia sudah meninggalkan dunia. 

Sedangkan shalat, puasa, dan haji meskipun ibadah mulia yang pahalanya sangat besar, namun pahalanya hanya diberikan oleh Allah hanya sekali saat ia masih hidup. 

Sedekah...membahagiakan orang lain dan membahagiakan diri pribadi.

 

4. Tiga Ibadah Utama 

Dalam Islam ada tiga ibadah utama atau ibadah pokok, yaitu Shalat, Puasa dan Sedekah. Ketiganya harus ditunaikan semuanya secara seimbang. Bila salah satu ditinggalkan maka sia-sialah yang ibadah lainnya.  

Abdul Aziz bin Umair RA berkata,  Shalat hanya mengantarkanmu sampai setengah perjalanan surga. Puasa mengantarkanmu hingga ke depan pintu surga. Dan sedekah memasukanmu ke dalamnya (surga)” 

Menurut Abdul Aziz, bahwa seseorang yang hanya tekun shalat dan puasa tetapi tidak bersedekah, maka ia belum memenuhi syarat untuk masuk surga. Orang seperti ini hanya layak sampai di pintu surga saja. Dan sedekah merupakan ibadah penyempurna untuk memasukkannya ke dalam surga. 

Oleh karenanya, para ulama memberi warning ; Bila seseorang hanya sibuk dengan ibadah ritual saja (shalat, dzikir, puasa, haji, dsb), tetapi abai dengan ibadah sosial, maka jangan dulu merasa puas dan bangga.  Karena itu tandanya ia hanya mencintai dirinya sendiri, dan belum sepenuhnya mencintai Allah.  

Padahal dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali memerintahkan hambanya untuk shalat, puasa dan juga bersedekah. 

Bila seseorang mengabaikan perintah Allah untuk bersedekah maka itu berarti ia belum bisa dikatakan sebagai orang yang bertaqwa. 


5. Kedudukan Sedekah 

Di dalam Al-Quran, kata “shalat” pada umumnya digandengkan dengan kata "zakat" atau "sedekah."  Setidaknya ada 26 ayat yang berbicara tentang shalat yang bergandengan dengan perintah zakat atau sedekah. Seperti: 
Aqîmush-shalâta wa âtuz-zakâta, artinya: "Dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat" (QS. Al-Baqarah: 43)

Begitulah kedudukan sedekah dalam Al-Qur'an yang begitu penting sehingga bisa dikatakan kewajibannya setara dengan perintah untuk shalat. 

Dalam bersedekah lakukanlah baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Karena sedekah itu boleh dialakukan secara diam-diam, boleh juga terang-terangan. Yang gak boleh itu, diam-diam gak pernah sedekah.

> “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari, secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 274)
> “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (*QS. Al Baqarah: 271)
Memang ... sedekah terang-terangan berpotensi menimbulkan riya (pamer). Tapi jangan lupa, sedekah diam-diam juga berpotensi menimbulkan ujub (bangga diri).
Yang dilarang itu bukan terang-terangan atau diam-diamnya, tetapi yang dilarang itu riya dan ujubnya.
Jadi, tetaplah bersedekah dan berusahalah untuk ikhlas. Setidaknya sisihkan 2,5% dari rejeki yang diberikan Allah Swt kepadamu untuk fakir miskin. 

 

6. Panggilan Bersedekah

 

a. Gaza Palestia

 

c. Bencana Alam

 

c. Krisis ekonomi & lapangan kerja 

 

7. Orang Dermawan Menjadi Perhatian Allah 

Pada suatu peperangan yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, banyak orang Yahudi yang menjadi tawanan dan menghadapi hukuman mati.  

Ketika satu tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat jibril datang memberi tahukan kepada Rasulullah SAW, supaya orang Yahudi itu dibebaskan.  Diberitahukan bahwa orang Yahudi yang satu ini sangat dermawan, ia suka menjamu tamu, dan suka menolong fakir miskin.   

Ketika Rasulullah datang memberitahukan kepada orang Yahudi itu bahwa dia dibebaskan, dia bertanya heran: “Mengapa?”.  Nabi menjawab: “Allah baru saja memberitahukan padaku melalui malaikat Jibril bahwa engkau suka menjamu tamu, membantu orang miskin, dan suka memikul beban orang lain.”   

Kemudian orang Yahudi itu berkata: “Apakah Tuhanmu menyukai perilaku seperti ini?”. Nabi menjawab : ”Allah menyukai hambanya yang dermawan.”  Maka saat itu juga orang Yahudi itu memeluk Islam.  

Demikianlah perhatian Allah kepada orang yang dermawan. Allah memberikan keistimewaan kepada orang dermawan. Begitu istimewanya orang-orang yang dermawan, sehingga walaupun ia berdosa besar, orang dermawan mendapat perhatian khusus dari Allah Swt. Seperti perhatian Allah kepada orang Yahudi yang dermawan itu. 

8. Sedekah ciri orang bertaqwa 

Sedekah merupakan suatu perbuatan yang menjadi salah satu ciri bagi orang bertaqwa. Allah berfirman.  

Dzalikal kitaabu laa raiba fiihhudallil muttaqiin – alladziina yu’minuuna bil ghaibi - wa yuqiimuunash shalaata- wa mim maa razaqnaahum yunfiquun”  (QS. Al-Baqarah: 2-3), 

artinya: ”Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”

Dengan demikian maka orang yang tidak menyedekahkan sebagian hartanya (2,5%) bisa diakatakan sebagai otang yang tidak bertaqwa.

Semoga kita digolongkan sebagai orang yang tidak lalai dengan sedekah, sehingga kitra termasuk ke dalam golongan orang yang bertqwa. Amin YRA.

&&&&