Senin, 29 April 2019

Marhaban Ya Ramadhan

Syahru Ramadhaanal Ladzi  Unzila Fii Hil Qur’aan Hudalinnas
Wa Bayyinaati Minal Hudaa  Wal Furqaani
Faman Syahida Minkumusy Syahra  -  Fal Yashum Hu.
“Bulan Ramadhan, pada bulan itu Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia,  Dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).  Karena itu, jika kalian menyaksikan bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah : 185)

EKSPRESI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ada tiga ekspresi umat Islam dalam merespon datangnya bulan suci Ramadhan, yaitu : (1) sedih, (2) biasa, dan (3) gembira.   Masing2 ekspresi itu menunjukkan kadar keimanan kita. Kita termasuk yang mana?
Indikasinya adalah :
1)   Ekspresi pertama: Sedih à  Ungkapan: ”Ya..., sudah puasa lagi !”
Kadar keimanannya dipertanyakan.  Berat rasanya utk puasa.
2)   Ekspresi kedua : Biasa à Ungkapan: ” Ramadhan tiba... , mari kita puasa” 
Kadar keimanannya masih tipis. Ramadhan atau tidak sama saja.   
3)  Ekspresi ketiga : Gembira à Ungkapan: ”Alhamdulillah... akhirnya kita dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan - Marhaban ya Ramadhan.
Kadar keimanannya yang sudah mantab. Baginya bulan Ramadhan adalah berkah.  
Bagi orang yang kadar keimanannya tinggi, ia sudah menunggu dan merindukan datangnya bulan Ramadhan. Karena ia tahu betapa besar keberkahan bulan Ramadhan.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, dua bulan sebelum Ramadhan, ketika baru memasuki bulan rajab ia berdoa :
Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban, Wa ballignaa Romadhon 
”Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan.”
Dan ketika tiba bulan Ramadhan, maka ia menyambutnya dengan ungkapan: ”Alhamdulillah... akhirnya kita bertemu dengan Ramadhan.  Marhaban ya Ramadhan.”

KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN.
Bulan Ramadhan = bulan Berkah / bulan Maghfirah (ampunan) / bulan Panen Pahala
 (1)    Gerakan nafas orang yang berpuasa menjadi tasbih, tidurnya menjadi ibadah,  amalan-amalannya diterima dan doa-doanya diijabah.
(2)     Satu amal kebajikanmaka Allah memberi ganjaran 70 kali lipat.
(3)     Terdapat malam Lailatul Qadr, satu malam nilainya sama dengan seribu bulan  (kira-kira 83 tahun, atau setara dengan umur manusia).
(4)     Massa dalam bulan Ramadhan dibagi menjadi tiga bagian. 
-.    Sepuluh hari pertama, disebut Ayyaamur rahmah  (Allah menurunkan kasih sayang).
-.    Sepuluh hari kedua, disebut ayyaamul maghfirah, (Allah menurunkan ampunan).
-.    Sepuluh hari terakhir, disebut ’itqun minan naari, (Allah membebaskan dari siksa api neraka.)
Begitu besarnya keistimewaan dan keberkahan bulan suci Ramadhan ini, sampai Rasulullah Saw bersabda,
Law ya’lamun naasu -  maa fii hadasy syahri minal khairaati -   latamannaw  an yakuuna -  ramadhaana sunatu kulluhaa. 
(Andaikata manusia itu tahu apa saja yang ada dalam kandungan bulan suci Ramadhan, maka mereka tentu akan mengharapkan agar seluruh bulan dalam setahun itu menjadi Ramadhan semua)

PELAKSANAAN PUASA
Kita sudah tahu bahwa, Bulan Ramadhan = bulan Berkah / bulan Maghfirah (ampunan) / bulan Panen Pahala,   Akan tetapi kita jangan terburu gembira, tanpa mengetahui bagaimana menjalankan ibadah puasa secara baik dan benar.  
Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, puasa tidaklah sekedar menahan lapar dan dahaga saja.     Akan tetapi puasa juga harus pula bisa menghindari Lagwu (perbuatan sia-sia dan Rofats (perkataan kotor). 
Nabi Muhammad SAW bersabda :

”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum.  Akan tetapi puasa itu adalah mencegah diri dari perbuatan atau perkataan lagwu (perbuatan sia-sia) dan rofats (kotor/ porno).   Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, ’Aku sedang berpuasa, aku sedang puasa’.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Suatu ketika Rasulullah mendapati seorang wanita sedang memaki-maki pembantunya di bulan ramadhan.   Lalu nabi meminta salah seorang sahabatnya untuk mengambilkan makanan dan mendekati wanita tadi.   
Nabi berkata kepada wanita itu, ”makanlah”.  Wanita itu menjawab, ”Inni shaa’imah (Saya sedang berpuasa)”.        Nabi berkata lagi, ”makanlah”.   Wanita itu menjawab lagi , ” Inni shaa’imah (saya sedang berpuasa).    ”Bagaimana mungkin (percuma) engkau berpuasa  kalau engkau berperilaku  seperti itu”, sergah nabi.     
Kemudian nabi berkata : ”Alangkah banyaknya orang yang lapar, alangkah sedikitnya yang berpuasa”.  
Pada kesempatan lain Rasulullah menjelaskan perihal puasa kepada para sahabatnya,
Kam Min Shaa-Imin      Laisa Lahu Min Shiyaamihi   Illal  Ju-’u   Wal  ’Athasyu
Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)

TIGA GOLONGAN ORANG BERPUASA 

Tentang pelaksanaan ibadah puasa, imam Al-Ghazali membagi orang yang berpuasa itu dalam tiga golongan :
(1)   Golongan pertama disebut Shaumul’awaam atau puasanya orang awam.   Mereka yang  melaksanakan puasa berupa tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri pada siang hari.   Hanya itu saja.
 (2)   Golongan kedua disebut shaumul khawaash.  Mereka  melaksanakan ibadah puasa bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan kegiatan hubungan suami istri saja, Namun mereka juga mempuasakan seluruh anggota tubuhnya; mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan semua anggota badan yang lain dari perbuatan yang tidak baik. Inilah puasa yang benar.
(3)   Golongan ketiga disebut shaumul kawaashil khawaash. Mereka ini dalam menjalankan ibadah puasa seperti golongan kedua, ditambah lagi hatinya juga ikut berpuasa. Inilah puasanya para Ambiyaa Wal Mursaliin dan orang-orang saleh. Inilah ibadah puasa yang ideal karena mencakup puasa lahir batin. Inilah puasa yang sangat sempurna.
Bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL).  Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar.

MENJAGA KEKHUSUKAN PUASA
Rasulullah SAW bersabda, ”Ada lima hal yang dapat membatalkan atau mengurangi pahala puasa seseorang, yaitu : (1) berdusta/fitnah, (2) ghibah(3) mengumpat/memaki, (4) berkata kotor/porno,  dan (5) memandang penuh nafsu.” (HR. Ibnul Jauzi, tergolong hadits dhaif mutamasik yaitu lemah tetapi baik dan bisa dijadikan hujjah para ulama). 
Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita menjaga empat hal untuk memenuhi syarat berpuasa, agar puasa kita diterima oleh Allah SWT. 
Empat hal yang harus dijaga adalah :
(1)        Menjaga lisan.   Menjaga lisan dari perkataan dusta, fitnah, gunjing, berkata kotor, dsb.  
(2)        Menjaga pendengaran.      Apa saja yang dilarang diucapkan, Allah juga melarang kita untuk mendengarkannya.   Bila ada seseorang yang mengajak kita berbicara dengan nuansa ghibah apalagi fitnah, maka katakanlah ”maaf saya sedang berpuasa”.
 (3)       Menjaga penglihatan.        Menjaga penglihatan agar tidak melihat sesuatu yang tidak disukai Allah.       Apa saja yang dilarang untuk dikerjakan, seperti judi, mabok, dsb, maka kita dilarang pula melihatnya.    
(4)        Menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan sia-sia, keji dan kotor.   Apabila kita berkumpul bersama rekan sejawad, maka hendaknya mengarahkan kegiatan itu untuk kegiatan yang bermanfaat, misal diskusi dsb.     Jangan biarkan kegiatan itu sis-sia, apalagi kotor dan keji.        Tetapi apabila tidak bisa, maka lebih baik tinggalkan dan mungkin lebih baik tidur.  
Bila kita mampu melaksanakan keempat syarat ini, kata Al-Ghazali,  puasa kita tidak akan sia-sia, bahkan bermanfaat bagi kehidupan kita dan akan mengantar kita kepada derajat taqwa.

TUJUAN PUASA
Puasa memang dirasakan banyak memberi manfaat atau hikmah bagi yang menjalankannya.  Banyak para pakar yang membahas hikmah dan manfaat ibadah puasa, antara lain adalah puasa dapat meningkatkan kesehatan, membentuk mental kepribadian, melatih disiplin dan kesabaran, melatih kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan, dan sebagainya.   
Namun tujuan puasa Ramadhan secara tegas dinyatakan dalam Al-Quran agar seseorang dapat mencapai kedudukan taqwa. Allah SWT berfirman :
 YAA AYUHAL LADZIINA  AAMANUU  - KUTIBA ’ALAIKUMUSH SHIYAAM - KAMAA KUTIBA ’ALAL LADZINA MIN QABLIKUM -  LA’ALLAKUM TATTAQUUN                  
(Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah ( ):183)
Ayat tersebut menegaskan wajibnya puasa bagi setiap mukmin, juga merupakan penegasan bahwa tujuan puasa adalah menciptakan ketaqwaan kepada Allah SWT.  

Semoga kita mampu menjalakan puasa di bulan Ramadhan ini penuh kekhusukan dan dapat meraih derajat ketaqwaan.  Marhaban ya Ramadhan



Minggu, 28 April 2019

Empat Unsur Api, Angin, Air, Tanah dan 4 Nafsu Amarah, Lawwamah, Mulhimah & Mutmainah

Telah kita ketahui bersama bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi dan segala sesuatu yang ada diantaranya bertasbih kepada Allah SWT.
Dalil Alqur’an bahwa benda mati dan benda hidup bertasbih: QS. Al Israa (17) : 44
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa benda hidup dan benda mati bertasbih kepada Allah SWT.
QS.Saba/34:10 Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

Dalil hadist bahwa benda mati juga bertasbih:
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sungguh dahulu kami mendengar makanan bertasbih dalam keadaan sedang dimakan.” [HR.Bukhari:3579]
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya aku menyaksikan Rasulullah SAW dalam sebuah halaqoh; ditangannya ada batu kerikil, lalu batu kerikil itu bertasbih di telapak tangannya. Bersama kami ada Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma, maka orang-orang yang berada dalam halaqoh semua mendengar tasbihnya. Kemudian (batu itu) diberikan kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu; lalu batu tersebut bertasbih ditelapak tangannya , semua yang berada di halaqoh mendengar tasbihnya. Kemudian diberikan kembali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertasbih lagi ditangannya. Kemudian diberikan kepada ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, lalu bertasbih ditelapak tangannya, semua yang berada di halaqoh mendengar tasbihnya. Kemudian diberikan kepada ‘Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, lalu bertasbih ditangannya. Kemudian diberikan kepada kami, tetapi batu tersebut tidak bertasbih ketika berada di tangan salah seorang dari kami. [HR.ath Thabrani]
Dalil Secara Ilmu Fisika :
Kita tahu bahwa setiap benda itu kalau dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil disebut MOLEKUL dan molekul ini masih dpt dilihat.
Molekul jika dipecah pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi disebut ATOM. Atom terdiri dari INTI ATOM dan ELEKTRON.
Inti atom dibagi lagi menjadi dua bagian : PROTON dan NETRON, Proton bermuatan positif (+), netron mempunyai muatan netral dan elektron bermuatan negatif (-). Elektron ternyata hidup dan berputar (thawaf) mengelilingi inti atom dengan kecepatan 300.000.000 meter/detik sama dengan kecepatan cahaya nampak.
Dari teori diatas dapat diambil kesimpulan: Bahwa pada hakekatnya tidak ada benda mati (meja kursi dll) karena apa? Karena elektron selalu berputar/bergerak (thawaf) dengan kecepatan 300.000.000 meter/detik mengelilingi inti atom.
Siapa yang menggerakkan elektron tersebut? Apa karena adanya gaya tarik menarik antara proton dan elektron? Mungkin ya. Lantas siapa yg memerintahkan terjadinya gaya tarik menarik tsb?
Dalam ibadah haji kita juga mengenal adanya thawaf (berputar mengelilingi Ka'bah). Ini identik dengan thawafnya elektron mengelilingi inti atom. Dan juga identik dengan planet-planet (bumi, bulan, dll) di galaksi bimasakti yg berputar/bergerak (thawaf) mengelilingi matahari. Yah, mungkin ini adalah salah satu tasbihnya ciptakan Allah SWT. (Wa Allahu a'lam bisshawab)
Lantas bagaimana dengan api, angin, air dan tanah? Tentu benda tsb juga bertasbih, dan untuk melakukan tasbih tentu mempunyai roh (daya hidup).
Malaikat juga bertasbih, karena jika malaikat tsb berhenti bertasbih maka dia akan mati. Ini artinya roh (daya hidup) malaikat tsb ada pada tasbih.
“Segala sesuatu jika berhenti bertasbih kpd Allah SWT maka sesuatu itu akan lebur, musnah, lenyap, hilang keberadaannya (eksistensinya).”
Dengan demikian berdasarkan dalil-dalil diatas penulis berkesimpulan bahwa api, angin, air dan tanah pun juga mempunyai roh, karena kempatnya juga selalu bertasbih.
=> HAWA dan NAFSU
Dalam Al'Qur'an nafsu diistilahkan dengan "jiwa". Ada nafsu/jiwa yg jahat dan ada juga nafsu/jiwa yg baik.
Nafsu menimbulkan atau mengeluarkan hawa yang dalam istilah selanjutnya digabung menjadi satu yaitu “HAWA NAFSU”.
Hawa adalah keinginan sedangkan nafsu adalah perbuatan.
Hawa bisa juga adalah radiasi yang ditimbulkan oleh nafsu.
Misalkan kita ingin makan, keinginan untuk makan itu disebut hawa. Jadi hawa itu masih dalam batas keinginan. Kemudian jika keinginan tersebut ditindaklanjuti sehingga kita makan, maka perbuatan makan tersebut disebut nafsu.
Jadi sebetulnya yang perlu di kendalikan itu adalah hawanya atau keinginannya. Jika hawa terkendali otomatis nafsu juga akan terkendali.
Oleh sebab itulah kenapa istri nabi Adam AS diberi nama Siti Hawa. Karena memang berawal dari keinginan nabi Adam AS yang saat itu merasa kesepian.
Nafsu atau jiwa juga mempunyai jasad tapi jasad halus, dan didalam jasad halus itu juga ada rohnya.
Roh dari nafsu/jiwa berbeda dengan roh manusia, Roh manusia turun/ada pada janin bayi ketika janin bayi berumur antara 3 sampai 4 bulan dalam kandungan ibu. Sedangkan nafsu/jiwa saat itu sudah ada lebih dahulu. Makanya janin bayi sudah hidup dan berkembang (ada denyutan) karena memang disitu sudah ada rohnya, yaitu rohnya dari 4 nafsu/jiwa tadi.
KAPAN NAFSU-NAFSU (JIWA-JIWA) ITU MULAI ADA?
Nafsu/Jiwa sudah ada bersama sperma, dan bisa hidup lama jika bertemu dengan pasangannya yaitu sel telur (terjadi pembuahan) dan menempel di rahim untuk berkembang. Sperma hidup dan bisa berlari dengan kecepatan tertentu mencari sel telur untuk menyatu (membuahi) dan hidup di dalam rahim.
Sperma hidup dan bisa berlari karena mengandung jasad-jasad halus (mengandung nafsu-nafsu/jiwa-jiwa) dimana jasad-jasad halus tersebut mempunyai roh.
Nafsu/jiwa hidup menyatu dengan jasad manusia, dan berkembang serta bertingkah laku mengikuti perkembangan jasad manusia, dari janin bayi dlm perut ibu, lahir menjadi bayi, menjadi anak-anak, remaja, pemuda/dewasa, dan akhirnya tua dan juga nafsu tersebut akhirnya juga mati (sempurna kembali ke asalnya).
JENIS-JENIS NAFSU
1. NAFSU AMARAH
Nafsu amarah disebut juga EGO adalah nafsu yang paling rendah, paling buruk dan paling jahat tingkatannya dibandingkan dengan nafsu-nafsu yang lainnya. Bahkan ada yang mengatakan nafsu/ego ini lebih kejam dari pada 70 sifat syetan.
Firman Allah Ta’ala : Surat 12 (YUSUF) Ayat 53 ............
Karena Sesungguhnya nafsu amarah itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku........
Nafsu amarah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus terluar sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna merah. Karena menempati lapisan terluar maka nafsu ini biasanya lebih cepat responnya kalau ada apa-apa dibanding dengan jenis nafsu yang lainnya.
Nafsu amarah berasal dari unsur saripati api, sama dengan jin yg juga diciptakan dari unsur api. Disini ada kesamaan unsur antara pembuatan manusia dengan pembuatan jin yaitu sama sama mengandung unsur api.
Karena berasal dari unsur api tentu nafsu ini juga akan membawa/mewarisi sifat-sifat dari api itu sendiri. Sifat-sifat dari api antara lain adalah:
Api bersifat panas => Pada diri manusia nafsu ini selalu akan membangkitkan rasa panas/emosi/pingin marah-marah melulu/temperament, mudah tersinggung, ingin beranten, suka bikin jengkel orang lain dan suka jengkel kepada orang lain, suka memecah belah persatuan, memfitnah, mengadu domba, dalam skala negara ingin perang/menjajah/menguasai negara lain, dan lain sebagainya.
Api berwarna merah => Pada saat diri manusia dikuasai oleh nafsu ini biasanya raut mukanya berwarna merah, telinga juga merah, jantung berdetak kencang.
Api selalu mengambil posisi berdiri tegak keatas menantang, tidak ada api menyala kearah bawah atau kesamping. Jika nyala api diarahkan kesamping atau kebawah tentu ujung api tersebut tetap akan berusaha pada posisi berdiri => Jika manusia sedang dikuasai oleh nafsu api amarah ini maka pada diri manusia tersebut akan mempunyai sifat sombong, tidak mau menerima kebenaran seperti sifat Iblis, selalu berprasangka buruk terhadap orang lain, merasa paling benar sendiri, paling suci sendiri,. Padahal sombong adalah pakaian Allah SWT bukan pakaian manusia atau makhluk.
Namun demikian bukan berarti kita sebagai manusia tidak membutuhkan nafsu amarah. Sebagai manusia kita tetap harus punya amarah, tetapi amarah yang dibolehkan menurut ajaran Islam. Ambisi untuk maju itu nafsu amarah, ambisi untuk bisa naik jabatan dalam pekerjaannya itu juga nafsu amarah, ambisi untuk selalu menang dalam suatu persaingan dalam bidang apapun itu juga salah satu sifat nafsu amarah, dll.
Kalau manusia tidak punya nafsu amarah maka berarti dia bukan manusia, mungkin malaikat. Jadi intinya nafsu amarah itu harus tetap ada pada diri manusia, Cuma kitanya saja yg harus pandai-pandai mengendalikan hawa amarah yg ditimbulkan oleh nafsu amarah itu. WaAllahu’alam bissowab.
2. NAFSU LAWWAMAH
Firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an : Surat 75 (Al Qiyaamah) Ayat 2:
“Dan tidak! Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah (jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri)” Dalam tafsir DEPAG dijelaskankan bahwa : Bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
Jadi nafsu lawwamah itu nafsu yang selalu menyesali perbuatannya, baik perbuatan terpuji maupun perbuatan tercela, artinya bahwa nafsu ini diri yang tidak mempunyai pendirian.
Sifat seperti ini dimiliki oleh anasir angin dan memang nafsu ini tercipta dari anasir angin.
Coba kita perhatikan tingkah laku angin. Angin bergerak tidak tentu arahnya (tidak punya pendirian), terkadang ke arah utara, selatan, timur, barat, keatas dll. Bergeraknya angin biasanya tergantung oleh musim atau tekanan angin.
Jika manusia lebih dominant nafsu lawwamahnya maka orang tersebut cenderung mempunyai sifat tidak punya pendirian, selalu terbawa arus, plinplan, terbawa oleh mode trend saat itu. Selain itu nafsu ini juga mempunyai sifat sama dengan sifat binatang, yaitu nafsu birahi/sex dan nafsu makan yg terkadang berlebihan.
Meskipun demikian nafsu ini tetap saja ada sisi baiknya, tinggal bagaimana kitanya saja.
Nafsu lawwamah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus kedua dari luar setelah nafsu amarah sebagai pembungkus hati nurani dan Cahaya nafsu ini berwarna kuning.
3. NAFSU MULHIMAH
Nafsu mulhimah berasal dari anasir air. Karena berasal dari saripati air maka nafsu ini mewarisi sifat-sifat dari air.
Sifat-sifat dari air antara lain adalah: Air selalu mencari posisi tempat yang paling rendah. Jika lebih dominant nafsu mulhimah ini maka manusia tsb akan mempunyai sifat rendah hati terhadap sesamanya dan selalu merasa rendah diri dihadapan Tuhannya.
Air selalu mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya. Artinya manusia tsb pandai menempatkan diri, pandai membawa diri terhadap lingkungan sekitarnya atau bisa menyesuaikan diri kepada siapa yang sedang dihadapinya, dll.
Selain itu nafsu ini juga mempunyai sifat empati, gampang iba dan belas kasihan terhadap sesama, suka menolong, dll. Nafsu mulhimah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus ketiga dari luar setelah nafsu lawwamah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna putih.
4. NAFSU MUTMAINAH
Firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an :
Surat 89 (Al Fajr) ayat 27 Yg artinya : Hai jiwa yang tenang
Nafsu mutmainah berasal dari saripati tanah. Karena berasal dari saripati tanah maka nafsu ini mewarisi sifat-sifat dari tanah. Sifat-sifat dari tanah/bumi antara lain adalah: Tanah/bumi sering disakiti tapi malah selalu memberi manfaat.
Lihatlah tanah/bumi, di injak-injak, dicangkuli, diambil isi perutnya (diambil hasil tambangnya), digunduli rambutnya (ditebangi pohon-pohonnya), dirubah bentuknya (diratakan gunung-gunungnya) dan lain sbgnya. Namun tanah tetap sabar. Oleh karena itu orang yg sudah mencapai tingkatan sifat tanah/bumi atau nafsu mutmainah ini biasanya mempunyai sifat yang sabar, rela menanggung beban orang lain dan lain-lain.
Sifat lain dari nafsu ini adalah selalu ingin beribadah terus sehingga terkadang yang lainnya terlupakan. Nafsu mutmainah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus keempat dari luar setelah nafsu mulhimah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna hitam. WaAlahu'alam bissowab

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Kamis, 25 April 2019

The Real President adalah Luhut, Jokowi Cuma Kepala Negara

Sejak zaman Soekarno hingga SBY, Istana Jakarta adalah simbol pusat pemerintahan seorang presiden.  Tapi Jokowi memilih di istana Bogor, dan menyerahkan istana Jakarta diduduki oleh Luhut Binsar Pandjaitan selaku  Kepala Staf Kepresidenan 

Presiden Jokowi juga memperluas wewenang Kantor Staf Kepresidenan mirip dengan mandat khusus atau the power attorney dg wewenang yg sama dengan tugas seorang the real presiden.

Luhut berwenang menjalankan fungsi pengendalian dalam rangka memastikan program-program prioritas nasional sesuai dengan visi dan misi Pemerintah

Luhut juga memiliki kekuasaan mengendalikan angkatan perang dan Polri, dengan peraturan presiden yang dibuat Jokowi secara politik

Dg berkantornya di istana Jakarta, maka secara sosiologis, Luhut sebagai the real president , sementara Jokowi Cuma sbg Kepala Negara

https://rmol.co/amp/2015/03/04/194101/https-politik-rmol-co-read-2015-03-04-194101?__twitter_impression=true

&&&&&&



Jelas The Real President Adalah Luhut, Jokowi Cuma Kepala Negara

RMOL. Ada makna politis dan sosiologi terkait kepindahan Presiden Joko Widodo dari Istana Kepresidenan Jakarta ke Istana Bogor. Sejak zaman Soekarno hingga SBY, Istana Jakarta adalah simbol pemerintahan seorang presiden hingga habis masa jabatannya, baik akibat diturunkan paksa atau lewat pilpres. Semua presiden selalu bertahan di Istana Jakarta.
Ketua DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, langkah Presiden Jokowi yang memperluas wewenang Kantor Staf Kepresidenan yang dipimpin oleh Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, mirip dengan mandat khusus atau the power attorney dengan wewenang yang sama, dengan tugas seorang the realpresiden.

Ia menjelaskan, Luhut Panjaitan memiliki wewenang pengendalian dan evaluasi kinerja para menteri sesuai dengan Perpres yang ditandatangani pada 26 Februari 2015, Luhut juga berwenang melaksanakan tugas pengendalian program-program prioritas nasional.
Tidak sampai disitu, Luhut berwenang menjalankan fungsi pengendalian dalam rangka memastikan program-program prioritas nasional sesuai dengan visi dan misi Pemerintah, dan penyelesaian masalah secara komprehensif terhadap program-program prioritas nasional yang dalam pelaksanaannya mengalami hambatan. Luhut panjaitan juga bertugas untuk percepatan pelaksanaan program-program prioritas nasional dan pemantauan kemajuan terhadap pelaksanaan program-program prioritas nasional yang merupakan tugas seorang presiden.

"Hampir tugas dan wewenang Luhut Panjaitan adalah yang melekat pada seorang presiden. Makin jelas secara politik bahwa real presiden hari ini adalah Luhut Panjaitan dan Kepala Negara adalah Jokowi," kata Arief Poyuono dalam rilisnya, Rabu (4/3).
Sementara secara sosiologi, tambah dia, Luhut sebagai real presiden ditandai dengan Luhut berkantor di Istana Jakarta sebagai simbol pusat pemerintahan, sementara Jokowi 'pindah' berkantor dan tinggal di Istana Bogor.

"Dengan kekuasaan penuh yang diberikan pada Luhut, ia juga memiliki kekuasaan mengendalikan angkatan perang dan Polri, dengan peraturan presiden yang dibuat Jokowi secara politik, dan kewenangan hanya untuk meyatakan perang hanya atas perintah Jokowi," tandas Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu ini. [rus]
Editor: Ruslan Tambak

Minggu, 21 April 2019

Mengapa Orang Tetap Merasa Benar Walaupun Sejatinya Salah?

Pada tahun 1894, sebuah surat yang telah disobek- sobek ditemukan di keranjang sampah oleh staf dari seorang Jenderal Prancis. Maka dilakukanlah investegasi besar2an untuk mengetahui siapa yang lewat bukti surat itu telah menjual rahasia militer Perancis ke pihak Jerman. Dan kecurigaan kebanyakan orang mengarah pada Letkol. Alfred Dreyfus.

Dreyfus tidak punya track record yang tercela, tidak juga punya motif untuk melakukan pengkhianatan. Cuman ada dua hal yang dapat membuat kecurigaan terhadap Dreyfus. Pertama, tulisannya mirip dengan surat yang ditemukan, dan lebih parah lagi, dia satu2nya pejabat militer yang beragama Yahudi. Waktu itu, Militer Perancis dikenal anti Yahudi.

Lalu rumah Dreyfus digeledah, mereka tidak menemukan bukti apa pun. Tapi ini pun malah dianggap sebagai bukti betapa liciknya Dreyfus. Tidak hanya berkhianat, dia juga degan sengaja menghilangkan semua bukti. Lalu mereka memeriksa personal history-nya, bahkan menginterview guru sekolahnya. Ditemukan dia sangat cerdas, menguasai 4 bahasa, dan punya memori yg sangat tajam. Maka ini pun dianggap sebagai "bukti" bahwa Dreyfus punya motif dan skill untuk kerja pada agen intelijen asing. Bukankah memang agen intelijen harus punya 3 skill itu? Benarkan?

Maka Dreyfus diajukan ke pengadilan militer, dan dinyatakan bersalah. Di depan publik, lencananya dilucuti, kancing baju dicabut, pedang militernya dipatahkan. Peristiwa ini dikenang sebagai "Degradation of Dreyfus". Saat diarak oleh massa yang menghujat dia, Dreyfus teriak, "Saya bersumpah saya tidak bersalah, saya masih layak untuk mengabdi pada negara, Hidup Perancis. Hidup Angkatan Darat". Tapi semua orang sudah tidak peduli dengan teriakannya, dan Akhirnya dia divonis penjara seumur hidup di Devil's Island, pada tanggal 5 Januari 1895.

Mengapa serombongan orang pintar dan berkuasa di Perancis waktu itu begitu yakin bahwa Dreyfus bersalah? Dugaan bahwa Dreyfus memang sengaja dijebak, ternyata keliru. Para sejarawan meyakini bahwa Dreyfus tidak dijebak, dia hanya menjadi korban dari sebuah fenomena yang disebut "MOTIVATED REASONING". Yaitu sebuah penalaran yang nampak sangat logis dan rasional, padahal semua itu hanyalah upaya mencari PEMBENARAN atas suatu ide yang telah diyakini sebelumnya. Tujuannya? termotivasi untuk membela atau menyerang ide tertentu, bukan mencari KEBENARAN secara jernih, dari pihak mana pun kebenaran itu berasal.

Maka kalau orang sudah mengeras sikapnya untuk sangat pro/anti partai politik tertentu, atau sudah terlanjur gandrung/benci sama seseorang, maka orang akan cenderung mengalami "motivated reasoning" ini. Apa pun pendapat orang lain yang dianggap musuh akan nampak salah di pikiran "rasional". Karena memang itulah hebatnya otak, selalu bisa menemukan alasan rasional kenapa mereka salah, dan saya benar. Orang akan bisa mencari 1000 bukti yang membenarkan sikap itu. Bahkan hal2 yang sifatnya netral tiba2 jadi nampak sebagai "bukti" dari kebenaran sikap ini.

Kalau hati sudah dikuasai oleh cinta atau benci, dan berketetapan, pokoknya saya pro ini, anti itu, kita akan cenderung meyakini kebenaran segala pendapat yang mendukung pendapat kita, dan mengabaiakan segala argumen yang berlawanan dengan keyakinan kita. Kita jadi kehilangan akal sehat yang adil dan proporsional dalam menyikapi segala hal. Para psikolog menyebut kesesatan pikir yang mewabah akhir2 ini: CONFIRMATION BIAS.

Fenomena confirmation bias dan motivated reasoning ini sudah sangat jamak ditemukan di sekitar kita, bahkan kadang kita pun ikut jadi pelaku utamanya. Karena hampir semua dari kita telah mengambil sikap untuk memilih partai tertentu, suka tokoh tertentu, punya agama/madzhab tertentu, bahkan mungkin menjadi anggota fanatik supporter klub sepak bola tertentu. Semua ini telah menjadikan kita secara otomatis mudah sekali terjebak dalam 2 kesesatan pikir di atas.

By the way busway, bagaimana dengan nasib Dreyfus? Adalah Colonel Georges Picquart, yang walaupun dia juga anti Yahudi, mulai berpikir, bagaimana jika memang Dreyfus tidak bersalah? bagaimana jika karena salah tangkap, penjahat sebenarnya masih berkeliaran dan terus membocorkan rahasia militer Perancis pada Jerman? Kebetulan dia menemukan ada pejabat militer lain yang tulisan tangannya lebih mirip dengan surat yang ditemukan, dibanding tulisan Dreyfus. Singkat cerita, atas perjuangan Colonel Picquard, Dreyfus baru dinyatakan tidak bersalah 11 TAHUN kemudian.

Yang paling menakutkan dari Motivated Reasoning & Confirmation Bias ini adalah, pelakunya seringkali tidak menyadari dan membela pendapatnya mati2an sambil menghujat pendapat lain yang berbeda, sehingga efeknya terjadi perang mulut, bahkan di beberapa negara, terjadi  genocida, dan perang saudara.

Maka bagaimana caranya agar kita bisa berpikir lebih adil dan jernih?
Bagaimana agar kita selamat dari 2 sesat pikir di atas? agar kita bisa membuat prediksi yang akurat, membuat keputusan yang tepat, atau sekedar membuat good judgement?

Menariknya, ini tidak berkaitan dengan seberapa pintar atau seberapa tinggi IQ kita atau gelar akademis kita. Kata para ahli tentang "good judgment", ini justru berkaitan erat dengan bagaimana anda "merasa" (how you feel). Berikut beberapa Tips untuk memiliki "penilaian yang jernih" :

1. Jangan Terlalu Emosional. Semakin kita emosional, semakin kita termotivasi untuk menyeleksi kebenaran. Semua argumen yang berlawanan akan cenderung kita abaikan. Sementara hoax-pun, asal cocok dengan selera kita akan buru2 kita yakini kebenarannya.

2. Pertahankan rasa Ingin tahu (Curiosity). Rasa penasaran ingin tahu ini akan membuat kita lebih ingin mengecek argumentasi dari dua kubu. Tidak cepat puas buru2 meyakini segala informasi yang masuk.

3. Milikilah hati dan pikiran yang terbuka (Open-Mind & Open-Heart). dengan begini kita akan cenderung mau mendengarkan dan berempati atas posisi masing2 dari dua kubu yang berseteru. Jangan menutup diri hanya mau menerima informasi dari pihak yang pro sama kita, dan langsung mencurigai, bahkan menolak berita dari semua yang kita anggap pro lawan kita.

4. Jadilah orang yang Independen (grounded). Jangan mudah anut grubyuk ikut2an pendapat seseorang atau satu kelompok. Jangan letakkan harga diri kita berdasarkan omongan orang lain tentang kita. Silahkan pro ini atau anti itu. Tapi jangan overdosis, sampai menganggap segala hal yang dari pihak kita pasti benar dan segala hal yang dari pihak lawan pasti salah.

5. Milikilah kerendahan hati (Humbleness) bahwa memang kita punya keyakinan tertentu tentang segala hal (politik, sikap keagamaan, aliran pemikiran, dll) tapi dengarkan dengan empatik juga pendapat2 yang berlawanan dengan kita. Dan jika bukti2 menunjukkan kita memang salah, jangan sungkan2 untuk mengakui dan minta maaf.

Kesimpulannya, menurut Julia Galef, yg ceramahnya di TEDX mendasari tulisan ini:

"Untuk memiliki good judgment (penilaian yang jernih), khususnya untuk hal2 yang kontroversial, kita tidak terlalu membutuhkan kepintaran atau analisa yang canggih, tapi kita lebih membutuhkan kedewasaan psikologis dan pengelolaan emosi yang baik"

Jadi apa yang paling kita inginkan?
Apakah membela mati2an pendapat subyektif kita?
Ataukah ingin melihat dunia dengan mata hati sejernih mungkin?


https://www.ted.com/talks/julia_galef_why_you_think_you_re_right_even_if_you_re_wrong

Sabtu, 06 April 2019

Membongkar Kebohongan Sejarah Syekh Siti Jenar

Dikisahkan ada seseorang yang dianggap sesat oleh kawanannya. Dia dianggap sesat karena diduga telah mengajarkan ajaran sesat kepada orang awam. Ajaran ini, kata yang menganggap sesat, sebenarnya tidak boleh diajarkan kepada orang awam karena mereka sulit untuk dipahamkan.
Tidak hanya itu saja. Orang yang dianggap sesat itu juga dikatakan telah melakukan makar kepada kerajaan. Dia membentuk sebuah kelompok tarekat diberbagai kota di Jawa, namun itu dikira akan melakukan makar terhadap kerajaan. Dua kasus inilah yang dijadikan modal untuk menghukum mati orang tersebut.
Cerita itu berlangsung pada saat kerajaan Islam di Jawa yang sedang naik daun. Dikisahkan bahwa organisasi perwalian, mungkin saat ini MUI, telah menyatakan Syekh Siti Jenar melakukan tindakan makar dan mengajarkan aliran sesat. Lantas kemudian Syekh Siti Jenar dihukum mati oleh perkumpulan wali.
Cerita ini lah yang sering kita dengar, padahal jika kita telurusi sejarahnya, menurut Agus Sunyoto Syekh Siti Jenar hidup jauh sesudah masa Wali Songo, maka jelas nampak keganjalan dalam cerita tersebut, Sunyoto juga menolak persepsi tentang kematian Syekh Siti jenar yang dibunuh, dan Sunyoto berkesimpulan bahwa cerita tersebut adalah fiktif.
Lantas kenapa kematian Syekh Siti Jenar dibuat sedemikian rupa sehingga persepsi banyak orang hanya negatif ketika mendengar nama Syekh Siti Jenar. Hal ini bisa dijawab karena banyak kalangan yang tidak menginginkan ajaran Syekh Siti jenar semakin meluas. Ajaran mistiknya mungkin bertentangan dengan negara atau bahkan sudah merugikan negara.
Maka gerakan-gerakannya dilumpuhkan dan membuat cerita itu untuk meyakinkan warga bahwa jangan sampai ikut aliran Jenarisme. Ya memang begitulah polemik politik. Ada sebuah gerakan yang tidak disukai langsung dihadapi dengan represif. Padahal mistisisme Jawa sangat kental, maka sangat kontradiktif sekali jika tradisi mistik Jawa menolak mistik, jadi aneh kan ceritanya?.
Hal itu juga menandakan bahwa negara tidak memiliki pondasi yang kuat. Sehingga pondasi tersebut bisa  saja dimanipulasi demi kepentingan perorangan atau kelompok sepihak tanpa memperdulikan yang lainnya. Maka tidak heran jika sebenarnya Jenarisme tidak bertentangan dengan mistik Jawa, namun hanya ditolak oleh kelompok lain yang tidak suka dengan Jenarisme.
Pada saat itu, sistem negara yang digunakan adalah kerajaan. Sistem kerajaan di Jawa memiliki ciri khas yang unik. Raja sebagai pemimpin kerajaan dianggap sebagai titisan Tuhan. Raja memiliki kekuatan-kekuatan magis yang diberi oleh Tuhan. Pandangan semacam secara turun temurun yang ada di kerajaan-kerajaan Jawa.
Meskipun agama silih berganti, akan tetapi corak Jawa dalam kerajaan tetap dipertahankan. Begitu juga ketika Islam datang di bumi Jawa tidak luput dari pengaruh Jawa sentris. Sehingga pandangan-pandangan kerajaan Islam di Jawa juga dipengaruhi oleh hal-hal semcam itu. Pandangan seperti ini pun sangat mistik, dan hanya bisa dipahami dengan cara yang mistik juga.
Akan tetapi, pengaruh dari ajaran agama juga sangat kentara dalam kerajaan Jawa. Majapahit dengan Hindu-Budhanya, Demak dengan Islamnya, ajaran agamanya itu memberikan ciri khas yang berbeda, akan tetapi juga memiliki ciri yang sama, yakni seorang raja adalah titisan Tuhan. Maka kerajaan Islam di Jawa pada saat kisah itu juga mempercayai dua model kerajaan. Dualisme pemerintahan sangat kentara dihampir semua kerajaan di Jawa. Kerajaan Demak di satu sisi menggunakan syariat sebagai landasannya, namun di sisi lain juga menggunakan sistem kerajaan Jawa.
Kisah Syekh Siti Jenar atau Lemah Abang yang dihukum mati oleh Demak ini bisa dilihat dari perspektif kerajaan Demak Islam. Lah kok bisa begitu ? bukannya memang kerajaan Demak itu Islam. Ya, memang kerajaan Demak adalah Islam. Tetapi, Demak juga tidak kehilangan identitas kerajaan Jawanya. Buktinya sistem pemerintahannya juga meniru kerajaan-kerajaan sebelumnya, bukan meniru kerajaan Abbasyiah atau Umayyah atau kerajaan Islam lainnya.
Akan tetapi mengapa Syekh Siti Jenar dibunuh. Alasan yang logis dari pertanyaan ini adalah masalah politik. Coba kita kembali pada kontradiksi di atas, apakah mungkin seorang wali membunuh? seperti cerita-cerita yang sering kita dengar. Ya, ke-wali-annya jelas akan dipertanyakan, lha wong nggak ada perang kok membunuh. Maka dari itu, kita harus membuka mata lebar-lebar kepada sejarah.
Sejarah Syekh Siti Jenar harus dikontruksi ulang seperti yang telah dilakukan oleh Agus Sunyoto. Dekontruksi ini nantinya akan menjadi cerita baru bagi generasi kedepan, jangan sampai generasi yang akan datang masih ditutupi oleh sejarah yang nggak jelas seperti saat ini. Wallahhu a’lam.
M. Mujibuddinpenulis adalah pegiat di Islami Institute Jogja.

Kamis, 04 April 2019

4 Madzhab dalam Ilmu Fiqih

Ahlussunnah wal Jama’ah berhaluan salah satu Madzhab yang empat.
Seluruh ummat Islam di dunia dan para ulamanya telah mengakui bahwa Imam yang empat ialah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu Hambal telah memenuhi persyaratan sebagai Mujtahid. Hal itu dikarenakan ilmu, amal dan akhlaq yang dimiliki oleh mereka. 
Maka ahli fiqih memfatwakan bagi umat Islam wajib mengikuti salah satu madzhab yang empat tersebut.

Madzhab Hanafi
Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit. Beliau lahir di Kufah, Irak  (80-148 H).  Madzhab ini dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal) karena hadits yang sampai ke Irak sedikit, sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas.
Beliau termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan fasih membaca Al-Qur’an. Beliau ditawari untuk menjadi hakim pada zaman bani Umayyah yang terakhir, tetapi beliau menolak.
Madzhab ini berkembang karena menjadi madzhab pemerintah pada saat Khalifah Harun Al-Rasyid. Kemudian pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur beliau diminta kembali untuk menjadi Hakim tetapi beliau menolak, dan memilih hidup berdagang, madzhab ini lahir di Kufah.

Madzhab Maliki
Pendirinya adalah Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia dilahirkan di Madinah, Arab Saudi (93-179 H). Beliau sebagai ahli hadits di Madinah dimana Rasulullah SAW hidup di kota tersebut.
Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau mengutamakan perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang diriwayatkan oleh perorangan). Karena bagi beliau mustahil ahli Madinah akan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan kepada hadits, karena menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits mutawatir.
Madzhab ini lahir di Madinah kemudian berkembang ke negara lain khususnya Maroko. Beliau sangat hormat kepada Rasulullah dan cinta, sehingga beliau tidak pernah naik unta di kota Madinah karena hormat kepada makam Rasul.

Madzhab Syafi’i
Tokoh utamanya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di Ghuzzah, Palestina (150-204 H). dan wafat di Mesir pada tahun 204 H.
Beliau belajar kepada Imam Malik yang dikenal dengan madzhabul hadits, kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama Irak yang dikenal sebagai madzhabul qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan madzhab terpadu yaitu madzhab hadits dan madzhab qiyas. Itulah keistimewaan madzhab Syafi’i.
Di antara kelebihan asy-Syafi’i adalah beliau hafal Al-Qur’an umur 7 tahun, pandai diskusi dan selalu menonjol. Madzhab ini lahir di Mesir kemudian berkembang ke negeri-negeri lain.

Madzhab Hanbali
Dinamakan Hanbali, karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaebani, lahir di Baghdad, Irak  (164-241 H).  Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa dan tidak pernah pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir.
Menurut beliau hadits dla’if dapat dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan yang afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan hukum. Beliau tidak mengaku adanya Ijma’ setelah sahabat karena ulama sangat banyak dan tersebar luas.

KH A Nuril Huda
Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)

&&&&&&&

PARA ULAMA BERSELISIH TENTANG KEDUDUKAN HADIS DI DALAM HUKUM. 
1.   Imam Hanafi
·         Hidup di Persia dan jauh dari pusat Islam di Mekkah-Madinah, (80 – 148 H)
·         Dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal), karena hadits yang sampai ke Irak sedikit, sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas.
·         Lebih memilih menggunakan akal (mashlahah) ketimbang hadis yang tidak betul-betul sahih dengan derajat periwayatan mutawâtir.

2.  Imam Maliki. 
·         Hidup di Madinah, (93 – 179 H)
·         Dikenal sbg Ahli Hadis. (yang lebih tekstualis?)

3.  Imam Syafi’i ,
·         Merupakan murid imam Malik.
·         Beliau dilahirkan di Gaza, Palestina (150 – 204 H)
·         Menerima hadis âhâd sebagai sumber hukum, asal rawinya tidak cacat (tsiqah, âdil, dlâbith) dan tidak bertentangan dengan al-Qur’an.
·         Qunut subuh, misalnya, adalah produk ijtihad Imam Syafi’i dari hadis âhâd.

4. Madzhab Hambali
·         Merupakan murid imam Syafi'i. 
·         Beliau dilahirkan di Baghdad, Iraq (164 – 241 H)
·         Hadits dla’if dapat dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan yang afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan hukum. 

6 ULAMA AHLI HADIS
·         Imam Bukhari – Bukhara, Uzbekistan (194-256 H)
·         Imam Abu Dawud – Sistan, Iran/Afghanistan (202-275 H)
·         Imam Muslim – Neyshabur, Iran (204-261 H)
·         Imam ibn Majah – Qazwin, Iran (209-273 H)
·         Imam At Tirmidzi – Termiz, Uzbekistan (209-279 H)

·         Imam An Nasai – Nasa, Turkmenistan (215-303 H)