Selasa, 24 Oktober 2023

Sistem Presidensial dan Parlementer (2)

Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan:

    • Sistem Presidensial: Presiden berperan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dalam satu figur.
    • Sistem Parlementer: Biasanya ada pemisahan antara kepala negara (misalnya, seorang monarki atau presiden seremonial) dan kepala pemerintahan (misalnya, perdana menteri).
  1. Pemilihan Kepala Negara:

    • Sistem Presidensial: Presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilihan terpisah.
    • Sistem Parlementer: Kepala negara sering kali adalah figur simbolis dan tidak dipilih secara langsung. Pemilihan anggota parlemen oleh rakyat mempengaruhi pemilihan kepala pemerintahan.
  2. Kekuasaan Eksekutif:

    • Sistem Presidensial: Presiden memiliki kontrol langsung atas eksekutif dan bisa memiliki kekuasaan veto atas undang-undang.
    • Sistem Parlementer: Kepala pemerintahan (perdana menteri) bertanggung jawab kepada parlemen dan bisa dipecat melalui mosi tidak percaya.
  1. Stabilitas Pemerintahan:

    • Sistem Presidensial: Lebih cenderung stabil karena presiden memiliki masa jabatan yang tetap dan tidak tergantung pada dukungan parlemen.
    • Sistem Parlementer: Lebih rentan terhadap pergantian kepala pemerintahan jika parlemen mencabut dukungan.
  2. Peran Oposisi:

    • Sistem Presidensial: Oposisi ada sebagai entitas terpisah dalam sistem politik dan seringkali memiliki kontrol atas satu atau kedua kamar legislatif.
    • Sistem Parlementer: Oposisi ada di dalam parlemen dan memiliki peran kritis dalam mengawasi pemerintah.
  3. Negara dengan Sistem Tercampur:

    • Beberapa negara menggabungkan elemen dari kedua sistem, yang dikenal sebagai sistem campuran. Contohnya adalah Prancis, di mana presiden memiliki kekuatan eksekutif, tetapi perdana menteri dan pemerintahnya bertanggung jawab di hadapan parlemen.

Perbedaan ini mencakup berbagai aspek penting dalam organisasi dan fungsi pemerintahan. Keputusan untuk menerapkan sistem presidensial atau parlementer biasanya dipengaruhi oleh sejarah, budaya, dan preferensi politik negara tersebut.

Sistem Presidensial dan Parlementer

Sistem pemerintahan presidensial dan parlementer adalah dua sistem pemerintahan yang paling umum di dunia. Perbedaan utama antara kedua sistem ini terletak pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.

Sistem presidensial adalah sistem pemerintahan di mana kepala negara dan kepala pemerintahan dijabat oleh orang yang sama, yaitu presiden. Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan memiliki masa jabatan yang tetap. Presiden memiliki kekuasaan eksekutif yang luas, termasuk kekuasaan untuk membentuk kabinet dan menjalankan pemerintahan.

Sistem parlementer adalah sistem pemerintahan di mana kepala negara dan kepala pemerintahan dijabat oleh orang yang berbeda. Kepala negara biasanya adalah seorang raja atau ratu yang tidak memiliki kekuasaan politik. Kepala pemerintahan dijabat oleh perdana menteri yang dipilih oleh parlemen. Perdana menteri memiliki kekuasaan eksekutif yang luas, tetapi dapat dijatuhkan oleh parlemen jika kehilangan dukungannya.

Berikut adalah tabel yang merangkum perbedaan utama antara sistem presidensial dan parlementer:

AspekSistem PresidensialSistem Parlementer
Hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatifTerpisahSaling terkait
Kepala negaraPresidenRaja atau ratu
Kepala pemerintahanPresidenPerdana menteri
Cara memilih kepala pemerintahanPemilihan langsungPemilihan oleh parlemen
Masa jabatan kepala pemerintahanTetapTidak tetap
Kekuasaan kepala pemerintahanLuasBergantung pada dukungan parlemen
Kemampuan untuk menjatuhkan pemerintahanTidak adaAda

Persamaan sistem presidensial dan parlementer

Meskipun memiliki perbedaan yang signifikan, sistem presidensial dan parlementer juga memiliki beberapa persamaan, antara lain:

  • Kedua sistem ini menganut prinsip demokrasi perwakilan, di mana rakyat memilih wakilnya untuk duduk di parlemen.
  • Kedua sistem ini juga menganut prinsip checks and balances, di mana kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif saling mengawasi dan menyeimbangkan.

Kesimpulan

Sistem presidensial dan parlementer memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sistem presidensial dianggap lebih stabil dan memiliki akuntabilitas yang jelas, sedangkan sistem parlementer dianggap lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan. Pilihan sistem pemerintahan yang tepat tergantung pada kondisi dan karakteristik suatu negara.

Integritas (DK)

Integritas adalah suatu kualitas yang berkaitan dengan kepribadian dan karakter seseorang sehingga ia dapat dipercaya untuk mengemban suatu tugas.

Saat berbicara tentang integritas maka kita tidak pernah lepas dari unsur kepribadian dan karakter seseorang, yaitu sifat-sifat seperti: tanggung jawab, jujur, loyal/setia, berani, komitmen, disiplin dan dapat dipercaya.

Secara lebih komprehensif, pengertian integritas dapat dijabarkan sebagai berikut:

·           Integritas adalah suatu kualitas yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki prinsip dan keyakinan yang kuat. Orang yang memiliki integritas akan selalu berpegang teguh pada prinsip dan keyakinannya, bahkan dalam situasi yang sulit.

·           Integritas adalah suatu kualitas yang menunjukkan bahwa seseorang dapat dipercaya. Orang yang memiliki integritas akan selalu berkata dan berbuat jujur, serta dapat dipercaya untuk memegang rahasia.

·           Integritas adalah suatu kualitas yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki karakter yang kuat. Orang yang memiliki integritas akan selalu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang diyakininya, bahkan ketika tidak ada orang lain yang mengawasinya.

Integritas adalah suatu kualitas yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Integritas dapat membantu kita untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain, mendapatkan kepercayaan, dan mencapai kesuksesan.

Berikut adalah beberapa indikator sikap integritas:

1.    Tanggung jawab: Kesanggupan untuk menanggung segala akibat dari perbuatannya. Seseorang yang bertanggung jawab akan menyelesaikan tugasnya dengan baik dan siap menerima konsekuensi dari tindakannya.

2.    Jujur: Berkata dan bertindak sesuai dengan kenyataan. Seseorang yang jujur akan selalu berkata benar dan tidak akan berbohong.

3.    Loyal: Setia dan patuh kepada seseorang, kelompok, atau prinsip. Seseorang yang loyal akan selalu mendukung dan membela orang yang dia sayangi, bahkan di saat sulit.

4.    Komitmen: Ikatan atau janji untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang memiliki komitmen akan berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya.

5.    Disiplin: Patuh dan taat pada aturan atau norma. Seseorang yang disiplin akan selalu mengikuti aturan dan menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

6.    Berani: Memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang sulit atau beresiko. Seseorang yang berani tidak akan ragu untuk mengambil risiko dan melawan ketidakadilan.

7.    Kerja keras. Melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh, gigih, dan tanpa kenal Lelah untuk mencapai suatu tujuan

8.    Inisiatif: Kemampuan untuk memulai sesuatu tanpa disuruh. Seseorang yang memiliki inisiatif akan selalu mencari cara untuk menyelesaikan masalah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik.

Untuk membangun integritas, kita perlu menanamkan nilai-nilai moral yang baik sejak dini. Kita juga perlu belajar untuk selalu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut, bahkan dalam situasi yang sulit.

*****

Konon, di Tiongkok kuno orang menginginkan rasa damai dari kelompok Barbar utara, itu sebabnya mereka membangun tembok besar. Tembok itu begitu tinggi sehingga mereka sangat yakin tidak seorang pun yang bisa memanjatnya dan sangat tebal sehingga tidak mungkin hancur walau pun didobrak. Sejak tembok itu dibangun dalam seratus tahun pertama, setidaknya Tiongkok telah diserang tiga kali oleh musuh-musuhnya, namun tidak ada satu pun yang berhasil masuk karena temboknya yang tinggi, tebal dan kuat. Suatu ketika, musuh menyuap penjaga pintu gerbang perbatasan itu. Apa yang terjadi kemudian? Musuh berhasil masuk. 

Orang Tiongkok 
berhasil membangun tembok batu yang kuat dan dapat diandalkan, tetapi gagal membangun integritas pada generasi berikutnya. Seandainya, penjaga pintu gerbang tembok itu memiliki integritas yang tinggi, ia tidak akan menerima uang suap itu yang tidak hanya menghancurkan dirinya tapi juga orang lain. 

Betapa sering kita meremehkan dan memandang sebelah mata terhadap arti penting sebuah integritas. Padahal, walaupun ada pengorbanan dan harga yang harus dibayar demi sebuah integritas, akan lebih banyak risiko dan akibat fatal yang terjadi jika harus mengorbankan integritas. Bila kita tidak memperhatikan sikap dan tindakan, kenikmatan sesaat seringkali berujung pada akibat buruk yang berkepanjangan.

MAKNA INTEGRITAS

Suatu penelitian menyatakan bahwa 
perbedaan antara negara berkembang (miskin) dan negara maju (kaya) tidak tergantung pada usia negara itu. Contohnya negara India dan Mesir, yang usianya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap terbelakang (miskin). Di sisi lain Negara seperti Singapura, Kanada, Australia dan New Zealand, negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun, saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di dunia, dan penduduknya tidak lagi miskin. 

Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin Jepang mempunyai area yang sangat terbatas, di mana daratannya delapan puluh persen berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan Tetapi, saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana suatu negara “
industri terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya. 

Swiss 
tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi sebagai segara pembuat coklat terbaik di dunia. Negara Swiss sangat kecil, hanya sebelas persen daratannya ang bisa ditanami. Swiss juga mengolah susu dengan kualitas terbaik. (Nestle adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia). Bank-bank di Swiss juga saat ini menjadi bank yang sangat disukai di dunia

Para eksekutif dari negara maju yang berkomunikasi dengan temannya dari negara terbelakang akan sependapat bahwa 
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan. Para imigran yang dinyatakan pemalas di negara asalnya ternyata menjadi sumber daya yang sangat produktif di negara-negara maju dan kaya di Eropa. Ras atau warna kulit juga bukan faktor penting. 

Lalu, apa perbedaannya? Perbedaannya adalah pada 
sikap atau perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan. Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-harinya mengikuti dan mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan yang salah satu dari prinsip dasar itu adalah integritas diri.

---  

INTEGRITAS diartikan dengan konsisten dalam memegang teguh kebenaran yang dipercayai dan mengamalkan kebenaran tersebut.  

Integritas = Karakter & Nilai Moral : Tangjur - Caset – Komplin



Taqwa

1. Taqwa (bahasa Arab) berasal dari kata "Waqa-Yaqi-Wiqayah", yang artinya "memelihara atau menjaga", yang bermakna menjaga diri agar selamat, atau menghindari dari bahaya/kerugian.

2. Pengertian taqwa adalah sikap kepatuhan seorang hamba terhadap Allah Swt, yaitu dengan mematuhi segala perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya, melakukan perbuatan baik (ma'ruf) dan menghindari perbuatan buruk (munkar). 3. Ketaqwaan merupakan prestasi tertinggi yang diraih oleh seorang hamba dalam pengabdiannya kepada Sang Khaliq. Dalam AQ Allah Swt berfirman, “Inna akramakum ‘indallaahi atqaakum”, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa”. (QS Al Hujurat (49) ayat 13). 4. Surga Hanya Untuk Orang Bertaqwa. a. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Ali Imran (3): 133) b. Orang Beriman Diperintahkan untuk Bertaqwa. “Hai orang-orang yang ber-iman, ber-taqwa-lah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (muslimun).” (Qs. Ali Imran: 102). ***** 5. Dalam Al-Quran terdapat 208 ayat (yang berkaitan dengan taqwa), antara lain pada surat: a. Al-Baqarah [2] ayat: 3,177&183 b. Ali Imran [3] ayat: 17&134 c. Adz-Dzariat [51] ayat: 17,18&19. 6. Sesuai ayat² Al-Qur’an, Taqwa meliputi: a. Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi, kitab-kitab, dan kehidupan akhirat (Rukun Iman), b. Mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa (Rukun Islam), c. Sabar (dalam menghadapi kesulitan), d. Menahan amarah, e. Memaafkan (kesalahan orang lain), dan f. Menepati janji. 7. Hakekat Taqwa, yakni: a. Sikap memelihara keimanan kepada enam hal (Rukun Iman), yang diwujudkan dengan... b. Melakukan ibadah yang duwajibkan (Rukun Islam), c. Melakukan perbuatan yang ma’ruf (baik), dan d. Menghindari hal-hal yang munkar (buruk). 8. Enam Ciri-ciri Khusus Orang Bertaqwa: a. Gemar Berpuasa, berpuasa wajib maupun sunnah. (QS.2:183) b. Gemar Shalat Malam dan banyak ber Istighfar. (QS.51:18 ; QS.3:17). c. Gemar Sedekah, dalam keadaan lapang maupun susah. (QS.2:3&177 ; QS.3:17&134 ; QS.51:19) d. Sabar dalam penderitaan dan kesempitan (QS.2:177) e. Menahan Amarah. (QS.3:134) f. Mudah Memaafkan. (QS.3:134) 9. Karakter Orang Bertaqwa: ia mempunyai karakter yang baik (ma’ruf) yaitu: jujur, adil, peduli, tanggung jawab, sederhana, ramah dsb. Dan tentu saja jauh dari sifat tercela (munkar) seperti: sombong, apatis, kikir, dengki, serakah, dsb. 10. Untuk mencapai derajat taqwa, iman saja tidak cukup (dalam pengertian hanya melaksanakan ibadah mahdhah (utama) saja, seperti shalat, zakat dan puasa, akan tetapi harus disertai pula dengan banyak berbuat kebajikan kepada sesama manusia (ibadah sosial). Taqwallah juga harus disertai dengan syukur, sabar dan ikhlas. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan kepada kita sekecil apapun. Sabar dalam menghadapi ujian berupa musibah dan cobaan-cobaan lain. Ikhlas dalam melakukan ibadah tanpa pamrih semata karena lillahi ta’ala. &&&& Taqwa = Iman + Amal Saleh Beriman saja belum menjamin seseorang akan memperoleh surga. Keimanan adalah keyakinan yang berpuncak pada komitmen untuk menjalankan ibadah dengan penuh penghayatan dan dengan kualitas terbaik yang bisa kita lakukan. Akan tetapi, baru sekedar “penghayatan”, “keyakinan” dan “komitmen”. Belum diamalkan. Dengan kata lain, keimanan adalah kondisi internal di dalam jiwa kita sendiri. Karena itu perlu dieksternalkan menjadi sebuah amalan saleh. Jadi keimanan berbasis pada keyakinan yang bersifat internal, sedangkan ketakwaan berbasis pada amal perbuatan yang bersifat eksternal. Jadi, bila orang yang sudah beriman ingin masuk surga maka ia harus mencapai tingkatan taqwa. Untuk bisa mencapai derajat taqwa orang beriman harus melakukan amalan saleh. Karena sesungguhnya “iman + amal saleh = taqwa”. Terkait dengan ibadah puasa, Allah juga menegaskan bahwa orang beriman diharuskan berpuasa supaya menjadi bertaqwa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Qs. Al Baqarah (2): 183). Ayat tersebut merupakan penegasan bagi orang yang beriman agar bersungguh-sungguh dalam berproses menuju ketakwaan. Lagi-lagi, keimanan harus ditingkatkan menjadi ketakwaan. Salah satu cara memproses keimanan agar menjadi ketaqwaan itu adalah dengan cara berpuasa, yang dalamnya kita melatih diri untuk menjadi lebih taat beribadah, lebih ikhlas menjalankannya, lebih sabar dalam menghadapi berbagai ujian, lebih dermawan dan berempati kepada kaum dhu’afa, lebih banyak membaca Al Qur’an dan berbagai kebajikan lainnya. Jika kita berhasil meningkatkan keimanan menjadi ketaqwaan, maka ganjarannya adalah kehidupan surgawi, di dunia maupun di akhirat. &&&&& AYAT² AL QUR'AN TENTANG TAQWA QS. Al Baqarah (2) ayat 2-5 : (mereka yang bertaqwa yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, QS. Al Baqarah (2) ayat 177: Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. QS. Al Baqarah (2) ayat 183; Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa. QS. Ali Imran (3) ayat 17: (orang yang bertaqwa yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. QS. Ali Imran (3) ayat 134: (orang yg bertaqwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Adz Dzariat (51) ayat 17-19: Mereka (orang yg bertaqwa) sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah); Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. &&&&& TAQWA MENURUT PARA SUFI Para Sufi, yaitu golongan orang-orang ahli tasawuf menafsirkan setiap huruf pada taqwa. Taqwa terdiri dari 4 huruf, yaitu “ta” , “qaf” , “wawu” dan “ya”, yang setiap huruf mencerminkan pribadi orang yang bertaqwa, yaitu: Pertama adalah huruf ”Ta”, yang merupakan symbol dari sifat Tawadhu, yang artinya “rendah hati”. Lawan dari sifat tawadhu adalah sombong. Kedua adalah huruf “Qaf”, yang merupakan simbol dari sifat Qanaah, yang artinya “merasa cukup”, yaitu kemampuan diri dalam menerima dan mensyukuri setiap anugerah Illahi. Lawan dari sifat qanaah adalah thama’ (tamak) atau rakus/serakah. Ketiga adalah huruf “Wawu”, yang merupakan symbol dari sifat Wara’, yang artinya “terpelihara/kesucian diri” . Lawan dari sifat wara’ adalah subhat atau haram. Keempat adalah huruf “Ya”, yang merupakan symbol dari sifat Yakin, yang artinya “mempunyai keyakinan” . Lawan dari sifat yakin adalah ragu atau tidak mempercayai. Penjelasan sederhana mengenai tawadhu, qanaah, wara’ dan yakin adalah sebagai berikut: a. Tawadhu. Tidaklah bisa dikatakan sebagai orang yang bertaqwa jika di dalam dirinya masih ada sifat sombong, karena sombong adalah salah satu sifat yang tidak disukai oleh Allah Swt. ”Maaf ya, saya bukannya sombong. Kalau untuk menyumbang sepuluh juta saja sebenarnya saya bisa, tetapi saya khawatir nanti dikatakan sombong. Jadi lebih baik ya secukupnya sajalah, yang penting ikhlas”. Orang yang menyatakan bahwa dirinya tidak sombong seperti ini sesungguhnya dia adalah sombong. Menyatakan ketidak sombongan, pada hakekatnya adalah kesombongan juga. b. Qanaah. adalah kemampuan diri dalam menerima dan mensyukuri setiap anugerah Illahi. Qona'ah merupakan bentuk kekayaan dan kebahagiaan sejati, sebab kebahagiaan bukan semata-mata karena kaya harta melainkan karena kaya hati. Sebaliknya, jika sikap qona'ah lenyap dari seseorang maka dia akan melangsa sepanjang hidupnya, sebab orang yang tidak mengenal qona'ah dalam hidupnya maka dia tidak akan merasakan bahagia meskipun memiliki banyak harta. Tidaklah bisa dikatakan sebagai orang yang bertaqwa jika di dalam dirinya masih ada keserakahan. Keserakahan adalah sikap tidak pernah bersyukur dan tidak pernah merasa cukup dengan rizki yang telah diperolehnya. c. Wara’ artinya “terpelihara/kesucian diri” . Lawan dari sifat wara’ adalah subhat atau haram. .….Wara’, ialah meninggalkan syubhat ( sesuatu yang di dalamnya ada keraguan). d. Yakin. Kalau masih ada keraguan ... ------- Karakter Taqwa : Jujur, Adil, Bertanggungjawab, Peduli, Sederhana, Ramah, Komitmen dan Disiplin (Jurdil- Tangli – Dermah- Komplin) b. Rasulullah Saw bersabda: “Akmalul mu’miniina imaanan ahsanuhum khuluqan“, “Orang mukmin yang paling sempurna keimannya adalah orang yang sempurna akhlaknya” (HR. Tarmidzi).

Kontra Terorisme Intelijen TNI AL

TNI AL memiliki dua pasukan khusus yang siap menangani aksi terorisme, mereka adalah Detasemen Jalamangkara (Denjaka) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska).

Dua pasukan ini melaksanakan tugas yang spesifik, yaitu kontra terorisme yang dilaksanakan secara tertutup dengan menerapkan kaidah operasi intelijen. Pada 20 Desember 2015, Denjaka dan Kopaska bergabung ke dalam Latihan Operasi Intelijen Kontra Terorisme yang diselenggarakan oleh Staf Pengamanan/Intelijen TNI AL. Sebanyak 50 personel diturunkan untuk menyelesaikan latihan operasi klandestin selama dua minggu, yang diselenggarakan di Megamendung Puncak, Perairan Tanjung Priok dan Gedung Pelni Kemayoran Jakarta. Misi operasi dalam Latihan tersebut adalah mengatasi pembajakan kapal di laut sekaligus menyelamatkan ABK yang disandera di sebuah apartemen yang tersembunyi. Karena misi harus dilakukan secara tertutup maka para prajurit pasukan khusus tersebut harus melaksanakan operasi intelijen. Beberapa di antara mereka menyamar sebagai nelayan untuk misi pembajakan di laut, dan menyamar sebagai petugas kebersihan gedung untuk misi pembebasan sandera. Setelah mendapatkan informasi akurat dari unit intel mengenai keberadaan sandera, unit aksi segera bergerak menyelamatkan sandera dan melumpuhkan para teroris. Komandan Latihan Operasi Intelijen Terorisme, Kolonel Dedi Kalimana menjelaskan bahwa prioritas dalam misi tersebut adalah penyelamatan jiwa sandera. Oleh karenanya operasi harus dilakukan secara hati-hati dan tertutup (klandestin) agar para teroris tidak mengetahui gerakan pasukan khusus. Prinsip pergerakan pasukan klandesti ini adalah Cepat, Tepat dan Senyap (tertutup). Untuk menjaga kerahasiaan gerakan, maka mereka harus menguasai prinsip-prinsip dasar gerakan agen klandestin (intelijen), yaitu kedok, konselmen, kompartementasi dan komunikasi sandi. Hal yang paling penting dalam operasi ini adalah team work, karena satu dengan personel lain saling support dan saling bergantung. Oleh karenanya latihan semacam ini harus sering digelar secara periodik untuk memelihara ketrampilan perorangan dan membangun kerjasama tim. https://www.liputan6.com/photo/read/2394368/tni-al-gelar-latihan-intelijen-kontra-terorisme?page=1