Rabu, 31 Maret 2021

Terdapat Hadits Yang Disalahgunakan Untuk Taat Buta Pemerintah

… “Dengar dan patuh pada pemimpin. Meskipun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas, tetap dengar dan patuh.”  … Bahwa hadits yang dijadikan sebagai dasar dari sikap pasif itu *telah dipotong dari konteks-nya*. 

 

Potongan ini adalah bagian paling akhir dari hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Hudzaifah bin al-Yaman yang cukup panjang. Dengan memotongnya dari matan hadits secara keseluruhan, bahkan dari konteksnya, lalu berfokus hanya pada bagian ini saja, sangat wajar jika *kesimpulan yang dihasilkan menjadi pincang*.

 

… *Imam Abdul Haq ad-Dihlawi* dalam kitabnya Lama’at at-Tanqih menegaskan bahwa maksud dari kalimat “meskipun punggungmu dicambuk dan hartamu dirampas” adalah *dalam konteks kasus personal* yang terjadi antara seseorang dengan sang penguasa. 

 

Jadi, meskipun *potongan hadits ini* kita terima, ia *tidak berlaku untuk kezaliman yang bersifat masif dan menyangkut orang banyak*.


Kesimpulan dari potongan hadis diatas *tidak sejalan dengan sekian banyak ayat dan hadits* yang:

# Mendorong untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar,

# Berkata benar di depan penguasa yang zalim,

# Tidak boleh ada kepatuhan kepada makhluk dalam bermaksiat pada Khaliq,

# Orang yang diam terhadap kezaliman sama dengan setan yang bisu,

# dan nash-nash (ayat dan hadits) lainnya yang senada.  


Contoh :

“Sesungguhnya Alquran dan kekuasaan akan bercerai, maka jangan kalian tinggalkan Alquran. Ketahuilah, akan ada para pemimpin yang memerintahmu. *Jika kamu patuh, mereka akan menyesatkanmu. Tapi jika kamu menentang, mereka akan membunuhmu* .” (HR. Imam Thabarani).

https://www.republika.co.id/berita/qi5etu320/hadits-taat-pemerintah-meski-punggungmu-dicambuk-benarkah


 *Telaah Sanad Hadits “Tetap Taat Meski Punggungmu Dipukul..*

… Kesimpulan

Setelah melihat pemaparan di atas, maka *tambahan pada hadits Hudzaifah* yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai mutaba’ah (hadits yang semakna dengan kesamaan pada rawi sahabat) *bukan pada hadits utama*.

Tambahan “Engkau tetap mendengar dan taat kepada pemimpin, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil, tetaplah mendengar dan taat” dalam hadits atas *adalah tambahan yang lemah secara sanad*.  Karena rawi yang meriwayatkan bernama Abu Sallam tidak mendengar langsung redaksi tambahan tersebut dar sahabat Huzaifah bin Yaman.

Inilah yang menjadi titik lemah hadits ini menurut Daruquthni. Dan sanad pendukung pada hadits ini juga tidak cukup kuat untuk meningkatkan derajat hadits ini. Wallahu a’lamu bissowab


https://www.kiblat.net/2019/08/28/telaah-sanad-hadits-tetap-taat-meski-punggungmu-dipukul/

  

Kamis, 11 Maret 2021

Ruh dan Jiwa (FB)

Hakikat manusia itu ada pada JIWA.
Ibarat komputer, tubuh itu hardware dan jiwa itu software. Sedangkan ruh itu adl power/listrik yg berfungsi sekedar utk menghidupkan.

Jiwa ditiupkan ke dalam tubuh manusia bersama ruh, ketika berupa janin dalam kandungan berusia 120 hari. Di dalam ruh itu ada Jiwa, dan di dalam jiwa ada akal, nafsu dan perasaan (qalbu).

Kita sering mendengar istilah “ruh baik” atau “ruh jahat”.  Padahal sejatinya yang baik dan buruk itu adalah jiwa, yang berada dlm ruh. Jiwa itulah yg akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.

Ketika kita sembahyang/shalat maka yang melakukan itu adalah jiwa, sementara ruh itu hanya mengikuti jiwa untuk menggerakkan raga menyesuaikan syariat.

Ketika kita tidur, maka tubuh dijaga oleh Ruh agar tetap hidup. Sementara Jiwa mengembara ke alam Mulk atau Malakut, maka terjadilah mimpi. 

Selasa, 09 Maret 2021

Insinuasi, Satire, Sarkasme & Metafora

Insinuasi (Sindiran); merupakan penolakan terhadap suatu sikap yang disampaikan secara langsung atau tidak terang-terangan. 

 

Satire (sindiran halus). Satire pada dasarnya digunakan untuk menyindir secara halus, bahkan bisa dijadikan sebagai lelucon, artinya, satire tidak melukai hati seseorang. Satire merupakan sindiran yang bisa membuat yg disindir tertawa bahkan senang. 

Contoh: # Lagu yang kau nyanyikan bagus, tapi lebih bagus bila kau tak menyanyi. #  Nyaman sekali makan di sini, sampai tikus dan kecoa saja ikut bergabung dengan kita.

Selain itu, satire bisa disampaikan dalam bentuk ironi, yaitu menyatakan suatu hal tetapi dalam bentuk sebaliknya. Contoh : # Yah namanya juga ahli surga, pasti benar terus.

 

Sarkasme (sindiran keras) ialah cemoohan atau ejekan kasar yang disampaikan dengan kata-kata pedas dan kasar.

Contoh: # Saat seseorang melakukan sesuatu terlalu lambat: "Bisakah Anda melakukannya lebih lambat lagi?" # Ketika sesuatu yang buruk terjadi: "Oh, inilah yang saya butuhkan hari ini!" # Ketika ada sesuatu yang tidak menarik: "Saya senang bisa berada di sini selama tiga jam ke depan." 

 

Metafora (kalimat kiasan) adalah majas yang menggunakan kata2 yang bukan arti sebenarnya atau kata kiasanberdasarkan persamaan atau perbandingan untuk melengkapi gaya bahasa.


Kamis, 04 Maret 2021

Ujub dan Riya'

UJUB berbeda dengan RIYA

Kadangkala RIYA dapat dihindari, tapi UJUB masih ada.

Contoh :

Kita sholat tahajjud diam². Tidak ada yang tahu dan tidak kita ceritakan pada orang lain,  dengan harapan agar tidak RIYA

maka saat kita tidak menceritakan amalan kita, kita berhasil menghindari RIYA.

Semata-mata kita beribadah karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain.

Jangan cepat berpuas diri dulu, karena syaitan terus berusaha menggelincirkanmu.

Tiba-tiba  dalam hati berkata-kata, karena muncul rasa bangga terhadap diri sendiri.

" Hebat aku ini, bisa bangun setiap malam tak pernah ketinggalan sholat tahajjud, sementara orang lain tertidur pulas."

Saat hati berkata begitu, itulah yang dinamakan  UJUB.

Walaupun berhasil untuk tidak RIYA',

tetapi masih belum berhasil untuk tidak UJUB.


UJUB adalah perasaan kagum atas diri sendiri.

Merasa diri hebat, berbangga diri ... terpesona dengan kehebatan diri.

UJUB adalah penyakit hati yang paling tersembunyi.

Perasaan UJUB bisa datang dalam berbagai bentuk.

DIANTARA NYA :

" Orang yang rajin ibadah merasa kagum dengan ibadahnya".

" Orang yang berilmu, kagum dengan ilmunya".

" Orang yang cantik, kagum dengan kecantikannya".

" Orang yang dermawan, kagum dengan kebaikannya".

" Orang yang berdakwah, kagum dengan dakwahnya".

 

Sufyan At-Tsauri Mengatakan :

"UJUB adalah perasaaan kagum pada dirimu sendiri,  sehingga kamu merasa bahwa kamu lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya dibanding orang lain".

Padahal  semua kelebihan yang kita dapatkan  adalah kelebihan yang kita dapatkan dari Allah.

Karena itu selayaknya kekaguman hanyalah kepada Allah, bukan kepada diri sendiri.

Dan ingatlah syaitan akan selalu menggiring manusia untuk masuk ke dalam fikiran berbangga kepada diri sendiri, agar amalan manusia tidak mendapat nilai.

IMAM NAWAWI. 

Rahimahulloh berkata :

"Ketahuilah bahwa keikhlasan niat terkadang dihalangi oleh penyakit ujub. Barangsiapa ujub dengan amalnya sendiri, maka akan terhapus amalnya." (Syarh Arba’in).

Naa'udzu billaahi min dzalik.

*Jauhi sifat Ujub,  jadikan amalan kita 100% karena pengabdian kepada Allah.

 

BAGAIMANA CARA  MENGURANGI SIFAT UJUB :

1. Setiap kali terbetik di hati tentang kehebatan diri, segera istighfar memohon ampun kepada Allah.

2. Mengganggap semua kelebihan  adalah milik Allah.

3. Berdoa mohon bantuan Allah agar hati kita bisa beribadah dengan ikhlas

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 

Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Qur'an surat Al An'am - 162)

Semoga Allah membantu kita mengikis penyakit ujub yang ada di hati.

Aamiin Ya ALLAH...

Yaa Rabbal Alamiin... 

Konsep Pensiun Ala Rasulullah

Kebanyakan dari kita sudah terpola untuk berpikir ingin hidup tenang di hari tua, duduk-duduk tanpa beban, hanya bermain dengan cucu, reunian jalan-jalan ke sana ke mari.

Kita ingin hidup di zona nyaman...

Atau kita hanya berpikir menghabiskan masa tua hanya dengan shalat dan membaca Quran dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain...

Itulah mindset kita.

Setidaknya itulah fenomena yang terjadi di sekitar kita.

Ketika kita belum memasuki usia pensiun pun, kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif.

Kita kehilangan gairah.

Bahkan mungkin kehilangan arah,

mau apa..?

mau ke mana..?

untuk apa...?

Hanya ingin hidup tenang di zona nyaman.

Hanya ingin bersenang-senang, tak ingin bergerak.

Kita bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri. Makin tak peduli dengan sesama.

Kita merasa sudah saatnya istirahat...

Bukankah begitu??

Seperti itu pula dulu saya berfikir.

Sebenarnya, adakah Islam mengajarkan pola pikir semacam itu tentang hari tua..?

Alhamdulillah… Allah memberi jawaban dg mempertemukan aku pada seseorang,, sambil membaca Al Qur'an Surah Al-Insyirah: 7-8.

"Maka apabila engkau sudah selesai mengerjakan satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain."

"Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."

Lalu saya teringat,, kitab Sirah Nabawiyah

Rasulullah memulai hidup baru di usia 40 tahun.

Demikian pula sahabat-sahabat beliau, seperti :

Abu Bakar Siddiq yang lebih muda 2 tahun enam bulan dibanding Rasulullah

Di usia itu,

Rasulullah dan para sahabat memasuki perjuangan baru, meninggalkan kenyamanan yang selama ini mereka rasakan...

Harta, mereka infaqkan.

Martabat manusia mereka perjuangkan.

Bukannya bersantai dan stagnan, tapi mereka makin aktif dan dinamis.

Di usia tua Rasulullah

tidak sibuk dengan shalat dan membaca al Quran saja.

Mulai usia 53 tahun justru beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia.

Membangun masyarakat madani (civil society) di Madinah.

Tidak hanya hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia.

Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam kehidupan sosial.

Artinya,

memasuki usia pensiun bukan alasan kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri.

Hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat.

Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya,

tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya.

Pensiun beliau Saw adalah kematian...

Begitu juga sahabat-sahabat Rasulullah yang lain.

Mereka pensiunnya setelah wafat.

Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, contohnya.

Bahkan Abu Ayyub al-Anshari berangkat  berperang menghadapi Byzantium pada usia 93 tahun.

Konsep pensiun yang umum dipahami masyarakat membuat kita lupa bahwa bertambah usia itu berarti kesempatan hidup kita makin berkurang.

Manusia sukses versi Islam itu menurut hadist adalah:

“Manusia terbaik di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”

Bertambah usia, justru kita harus makin merambah dunia. Berbagi dan menjadi sosok bermanfaat.

Bukan berpikir untuk hidup santai dan sekadar menghabiskan waktu dengan hal-hal tak jelas.

Lagipula, makin pasif seseorang, makin cepat pikunlah ia.

Alhasil, jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua, selain menyiapkan uang agar tidak berkekurangan, yang lebih penting adalah menyiapkan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua, sampai saatnya menutup mata..

Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru.

Tua bukan alasan untuk putus asa dan berhenti. Merasa tua dan berpikir "bukan saatnya lagi untuk hidup aktif dan dinamis adalah bukan pilihan yang tepat"

Justru,  kita harus lebih hidup dan bersemangat.

Tidak ada kata pensiun untuk menjadi manusia sukses di mata Allah SWT. 

Kewajiban Menjenguk Orang Sakit

Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazahnya, mendatangi undangannya, dan mendoakannya ketika bersin. (HR. Imam Muslim).

Wahai anak Adam, tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau menjenguk hamba-Ku yang sedang sakit niscaya engkau akan mendapati-Ku, karena sesungguhnya Aku ada di sisinya (hadis qudsi riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah).

“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

-----

https://tabungwakaf.com/kewajiban-menjenguk-orang-sakit/

https://bincangsyariah.com/ubudiyah/anjuran-menjenguk-orang-sakit/

https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/keutamaan-menjenguk-orang-sakit 


Doa Mohon Kesembuhan Orang Sakit

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma Rabbannaasi Adzhibil Ba’sa Wasy Fihu,

Wa Antas Syaafi,

Laa Syifaa-a Illa Syfaauka, Syifaan Laa Yughaadiru Saqaama.”

 

Artinya:

Ya Allah, Rabb manusia, hilangkan penyakit dan berikan dia kesembuhan,

Engkau Dzat Yang Maha Menyembuhkan.

Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain.

-----

DK

Ya Allah ya Rabb … Dzat yang maha penyembuh

Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu

Kami mohon kepadaMu ya Rabb …

Angkatlah penyakit saudara kami (fulan)

Berikanlah kepadanya kesembuhan yang paripurna. 

 

Ya Allah ya Rabb …

Berilah kekuatan dan kesabaran (fulan) dalam menerima ujian sakit dariMu

Ringankanlah penderitaannya

Ampunilah segala khilaf dan kesalahannya

Jadikanlah sebab sakitnya sebagai penggugur dosa2 nya

 

Ya Allah …

Berikanlah kepada (fulan) kesembuhan yang paripurna. 

Limpahkanlah rahmadMu kepadanya

Amin Ya Rabbal alamin.



Mertua Langka (Cerpen)

“Mah, ada nenek datang.” Suara anakku terdengar sampai ke dapur.

“Mampus dah gue, mertua datang aku nggak punya apa-apa, beras habis, kulkas kosong, apa yang akan aku katakan padanya.”

Saat suamiku masih bekerja aku selalu mengiriminya uang pun saat suamiku dipecat saat pandemi aku tetap mengiriminya uang hasil aku jualan dagangan orang lain dan hasil ngojek suamiku, agar dia tidak tahu anaknya sedang susah.

Biarlah ibu mertuaku tahunya kami hidup enak terus.

“Eh ibu, mari masuk, Bu ?” aku bawakan tasnya ke dalam kamar setelah aku salim.

Anakku pun salim dan langsung mengajak neneknya bermain di depan.

Sepertinya mertuaku akan menginap lama, karena tas yang dibawa agak banyak.

“Sebentar ya, Bu, Nisa bikinin minum dulu.”

Saat itulah kesempatan aku lari ke warung.

“Teteh mau ngebon dulu ya, nanti saya bayar kalau mas Wawan udah pulang.”

“Iya, Mbak selow aja.”

Untung teteh warungnya orangnya baik banget. Aku ngebon  beras, minyak, gula, teh, kopi.

“Teh, nanti yang ambil mas Wawan ya, saya nitip dulu.”

“Siap Mbak.”

Tak lupa aku kirim pesan ke mas Wawan.

[Mas, nanti ambil belanjaan di warung Teh Murni, aku ngebon dulu, ibu kamu datang, sebelum pulang copot dulu jaket ngojek kamu ya, pura-pura kamu pulang kerja terus habis belanja juga].

[Ok]

Aku lalu pulang lewat pintu belakang dan membuat minum untumy ibu mertuaku, aku gorengin pisang kebetulan kemarin dikasih sama yang punya kontrakan.

“Ayo, Bu diminum dulu sama goreng pisang mumpung anget.”

“Iya, gimana keadaan kalian ? Ibu mau nginep di sini seminggu boleh ya ? Lagi jenuh di rumah.”

“Iya boleh, Bu.”

Itu artinya aku sama mas Wawan harus acting selama seminggu.

“Wawan belum pulang kerja ?”

“Sebentar lagi, Bu, tuh dia.”

Mas Wawan pulang dengan membawa belanjaan yang tadi aku bon di warung, dia juga membeli soto ayam Sokaraja kesukaan ibu mertua dan tentunya pulang tanpa jaket ojek.

Ibu mertua tampak bangga banget melihat anaknya pulang kerja membawa belanjaan. Sementara aku sibuk whatsApp teman untuk meminjam uang, karena seminggu di rumah artinya aku harus punya stok uang yang banyak.

Alhamdulillah aku dapat pinjaman dari ibu kontrakan. Sebenarnya  bukan pinjaman tetapi aku mengambil lagi uang yang udah aku bayarkan untuk kontrakan sebulan separuh. Aku janji akan menggantinya setelah aku dapat komisi dagangan orang.

Selama seminggu mas Wawan selalu berangkat dengan baju rapih dan pulang saat jam kantor juga pulang, agar ibu tidak curiga.

Aku pun masak makanan yang enak-enak agar ibu tahu anaknya tak susah di rantauan.

“Enak nih kalau ada nenek, makannya enak-enak mulu!” ujar anakku polos.

“Emang biasanya makannya nggak enak ?”

Aku senggol anakku agar menengok lalu aku kedipin mataku.

“Enak sih, tapi lebih enak kalau ada nenek,” jawab anakku setelah aku kedipin.

Aku takut dia jujur bahwa selama pandemi makannya seadanya yang penting masih tiga kali sehari.

“Wan, itu kasur kamu keras banget, ibu sakit badannya, beliin kasur inoac dong biar nyaman tidurnya.”

Aduh, uang dari mana buat beli kasur dadakan, padahal itu aku udah ngalah tidur di kasur lantai. Akhirnya aku mendatangi tukang kredit yang bisa kasih kasur dengan sistem arisan bulanan.

Aku sama mas Wawan izin pergi bilang mau beli kasur padahal aku ambil di tukang kredit, yang penting ibu bisa tidur nyaman.

“Asik kasur baru, aku tidur sama nenek lagi ya ?” ujar anakku kegirangan.

Ibu mertuaku terlihat bangga banget dengan anaknya yang bisa memenuhi keinginannya. Pagi-pagi sebelum mas Wawan berangkat.

“Wan, ibu pengen banget makan steak yang kata orang-orang dagingnya empuk itu loh.”

“Iya, Bu nanti pulang kerja Wawan bawain.”

Mas Wawan bicara padaku tentang keinginannnya. Aku kasih persediaan uang yang aku punya.

“Beliin aja, Mas, belum tentu besok-besok dia kepengin.”

Aku selalu menuruti apa pun keinginan mertuaku, bagaimana pun dia sudah melahirkan dan membesarkan mas Wawan, giliran anaknya sudah dewasa malah menghidupi aku yang jelas-jelas orang lain makanya aku merasa perlu membalas budi.

Selama di kontrakan ibu sering aku tinggal pergi karena aku harus mengantar dagangan pesanan orang menggunakan sepeda.

Ibu tidak keberatan karena ada anakku yang menemaninya.

“Pokoknya ibu jangan ngapa-ngapain ya, jangan megang kerjaan apa pun, tunggu saya pulang ya bu, Nisa antar dagangan dulu.”

“Iya hati-hati, Nis.”

Saat malam hari kita lagi ngobrol-ngobrol.

“Wan, besok kamu kan libur, ibu pengin jalan-jalan ke pantai sambil makan ikan bakar, enak banget kayanya.”

Aku dan mas Wawan saling pandang, harus ke mana lagi aku pinjam uang.

“Iya, Bu besok kita jalan ya ?” ujarku. Sekarang ibu istirahat ya biar besok seger, pantainya agak jauh soalnya,” lanjutku.

Setelah ibu tidur aku dan mas Wawan sibuk mencari pinjaman, akhirnya aku gadaikan cincin lima gram mahar menikah dulu, nanti  aku tebus, yang penting saat ini aku dapat uang.

Esoknya aku pesan taxi online menuju pantai, melihat ibu bahagia rasanya aku dan mas Wawan pun ikut bahagia, belum tentu ketika kita banyak uang ada kesempatan menyenangkan beliau.

Seminggu sudah ibu mertuaku di kontrakanku. Saatnya ibu pulang, aku membelikannya tiket untuk pulang dan tak lupa aku memberinya uang untuk pegangan.

Aku dan mas Wawan mengantar sampai pool bis jurusan kota asal kami.

“Hati-hati ya bu, handphone jangan sampai nggak aktif, kabari kalau ada apa-apa, kalau sudah sampai juga kabari ya, Bu,” ujarku khawatir.

Aku catat nomer Bis, takut ada apa-apa aku bisa melacaknya.

Aku pulang dengan mas Wawan dan langsung berhitung hutang yang harus aku bayar dan jumlahnya tidak sedikit.

“Maafkan ibu ya, Nis,” ucap mas Wawan merasa bersalah.

“Ngapain minta maaf , Mas, ibumu ya ibuku juga, smoga Allah memberi kita jalan keluar untuk membayar hutang-hutang ini.”

Saat aku membersihkan kamar, aku melihat ada kertas di meja dan sebuah amplop.

‘Untuk anakku dan menantuku yang tukang bohong’

Terima kasih sudah membahagiakan ibu selama tinggal di tempat kalian. Semoga Allah memberkahi hidup kalian.

…………Tertanda…………

Ibu dan mertua kalian.

Aku membacanya keras-keras membuat aku dan mas Wawan menahan tangis.

Aku buka amplop di bawah kertas tadi. Ada uang lima juta di dalamnya. Seketika aku menangis.

“Ibuuuu.... “

Mas Wawan pun menangis.

“Maafkan Wawan, Bu.”

Aku segera menuju warung teh Murni mau membayar hutang sembako kemarin.

“Loh sudah dibayar sama ibu mertua mu Mbak, kemarin beliau ke sini di antar sama Adi anakmu.”

“Ya Allah.”

Aku pun bergegas ke ibu kontrakan mau melunasi bayaran kontrakan.

“Udah nggak usah, ibu mertuamu sudah melunasinya, malah itu kontrakanmu sudah dibayar setahun.”

Aku terduduk lemas.

“Ya Allah ibu maafkan menantumu sempat mengeluhkan kedatanganmu.”

Aku pulang dan menceritakan kepada mas Wawan. Dia pun menangis dan berlari mengambil handphone.

Segera dia telpon ibunya yang baru saja menuju pulang.

Tetapi mas Wawan tak bisa bicara apa-apa dia hanya menangis di telfon.

[Sudah jangan menangis, ibu nggak pernah mengajari anak ibu berbohong tetapi kali ini kebohongan anak dan menantu ibu sungguh membuat ibu bahagia].

[Makasih ya Bu ...]


Filosofi Makrifat IT

Supaya terkoneksi ke Sidratul Munthaha, laksanakan 5 RUKUN ISLAM secara terstruktur, sistematis dan massif (TSM), yakni:

1. Dua kalimah syahadat sebagai Pasword untuk memasuki Jaringan Islam yang benar, steril, tdk terkontaminasi Virus Syirik - menduakan AllAh SWT dst.

2. Sholat dg Niat yg benar dan mengan menjadikan Ka'bah sbg kiblat Maha BTS, bukan kearah lain,

3. Melaksanakan Puasa Ramadhan utk meraih Maha "PULSA" 1000 bln Lailatul Qodar.

4. Ber Zakat bagi yg mampu utk Mensterilkan Virus dalam jiwa dan raga.

5. ber Haji bagi yg mampu sbg Sumber Pulsa Paripurna. Zakat dan haji hrs dilaksanakan bagi yg mampu, krn bila tidak dilaksanakan akan menjadi virus yg akan mrusak jaringan komunikasi Islamnya berujung "Hang" nya koneksi ke Allah SWT, dengan mempraktekkan al Quran dan Hadis sbg sumber "pulsa" dunia akhirat.

 

2 Miyard "mikrokosmos", pemilik "Password" Syahadat, yang "Software" nya menggunakan "Jaringan" sholat dr sajadah di ujung dunia manapun menuju Kiblat Ka'bah sbg "BTS - menara penguat signal", agar kuat signalnya "berselancar" menapaki jalur Mi'raj Rasullullah menembus 7 lapis langit ke Sidratul Munthaha, "online" bersama "makrokosmos"

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah sebagai "Mahakosmos" untuk diRahmati "charging, diantivirus", didengar dan dikabulkan doa2 nya. 

Dan setelah selesai rakaat terakhir, "software sholat" tadi menukik kembali ber"khemistri " dengan "hardware-microcosmos" tengah salam dirakaat akhir diatas sajadah, menjadi insan yg amanah dunia akhirat.  InsyaAllah. 

Selasa, 02 Maret 2021

The Path To Wisdom

Jalan Kebajikan Hidup (dalam falsafah Jawa)
1. Wong sing KRUNGU durung mesti weruh
2. Sing WERUH durung mesti ngerti
3. Sing NGERTI durung mesti bisa
4. Sing wis BISA durung mesti bener
5. Sing BENER durung mesti temanja
6. Sing TEMANJA durung mesti adil
7. Sing ADIL durung mesti wicaksana
8. Sing WICAKSANA durung mesti waskita (waspada/antisipatif)
9. Sing WASKITA durung mesti mlebu Swarga
10. Sing MLEBU SWARGA durung mesti ketemu gusti allah
Artinya :
1. Orang yang mendengar belum tentu menyaksikan
2. Orang yang menyaksikan belum tentu mengerti
3. Orang yang mengerti belum tentu bisa (melaksanakan)
4. Orang yang mampu belum tentu benar
5. Orang yang benar belum tentu temanja (ada buktinya)
6. Orang yang temanja belum tentu adil
7. Orang yang adil belum tentu bijaksana
8. Orang yang bijaksana belum tentu waskita (waspada/antisipatif)
9. Orang yang waskita belum tentu masuk sorga
10. Orang yang masuk sorga belum tentu bertemu Tuhan YME 

Islam Kejawen DK

Sejak dahulu kala beratus tahun sebelum penanggalan Masehi (SM), masyarakat Jawa kuno dikenal mempunyai kepercayaan animisme dan dinamisme, yaitu percaya adanya kekuatan roh-roh nenek moyang dan kekuatan ghaib pada benda-benda tertentu, seperti batu besar, pohon beringin, dan sebagainya.

Namun sebenarnya sebagian masyarakat Jawa lainnya juga ada yang mempunyai kepercayaan tentang ketuhanan, bahwa seluruh jagat alam semesta ini ada yang menciptakan, menguasai dan mengaturnya.

Dzat atau sesuatu kekuatan yang dipercaya sebagai pencipta, penguasa dan pengatur seluruh jagat alam, termasuk manusia ini mereka namai dengan sebutan Gusti Kang Murbeng Dumadi yang berarti Tuhan yang menciptakan segala sesuatu dari yang tiada menjadi ada)

Konsep ketuhanan Gusti Kang Murbeng Dumadi bagi masyarakat Jawa kuno itu mendasari tiga keyakinan, yaitu: Pertama, manusia bisa hidup karena ada yang menghidupkan dan memberi hidup, dialah Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua, Gusti Kang Murben Dumadi iku “ora sare” (tidak tidur), maksudnya Tuhan YME mengetahui segala hal yang terjadi di dunia termasuk segala perbuatan manusia, tak ada satupun yang luput dari pengawasan dan campur tanganNya.

Ketiga,Manungso urip ngunduh wohe pakartine dhewe” maksudnya manusia hidup akan menuai buah (hasil) dari apa yang ditanamnya (diperbuatnya). Setiap perbuatan baik maupun buruk manusia akan dia terima balasan dan akibatnya.

Konsep kepercayaan masyarakat Jawa terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu bukan disebut sebagai agama tetapi dikenal sebagai kepercayaan Kejawen.

Konsep ketuhanan itu tentu diciptakan oleh orang ‘bijak’ yang mempunyai daya cipta, daya rasa dan daya karsa yang sangat tinggi. Dia bisa dikatakan sebagai seorang filsuf seperti Socrates, filsuf Yunani yang hidup 400 tahun SM, atau Lao Tse, filsuf Cina yang hidup juga hidup sekitar 400 tahun SM.

Sebagian orang mempercayai bahwa para filsuf yang mengajarkan nilai-nilai kebajikan pada masyarakat adalah seorang nabi. Dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi Muhammad bahwa jumlah seluruh nabi yang ada diseluruh dunia adalah 124 ribu orang, mereka hidup dan berada di setiap zaman dan setiap wilayah. Dengan begitu maka filsuf Jawa yang mengajarkan konsep “Gusti Kang Murben Dumadi” itu juga dipercaya sebagai seorang nabi.

Konsep ketuhanan Kejawen itu kemudian menjadi landasan bagi para filsuf Jawa dalam mengajarkan “Tatanan Paugeraning Urip” yaitu tata laku manusia dalam menjalani kehidupan, seperti: “Mamayu hayuning bhawana ambrato dur hangkara” artinya keharusan menjaga kelestarian alam dan mencegah kerusakan; “Ngunduh wohing pakarti,” maksudnya anjuran untuk selalu berbuat baik dalam kehidupan masyarakat; “Lembah manah lan Andhap asor,” artinya bersikap rendah hati; “Aja adigang, adigung, adiguna,”  artinya jangan bersikap sombong, dan sebagainya.