Selasa, 28 Desember 2021

Rezeki Kuasa Allah

*IKHTIAR KUASA MANUSIA, REZEKI KUASA ALLAH*

 

Yang kerja keras *belum tentu mendapat banyak*.

Yang kerja sedikit belum tentu mendapat sedikit.

 

Karena sesungguhnya sifat Rezeki adalah *mengejar, bukan dikejar*.

 

Rezeki akan mendatangi,

bahkan akan mengejar,

hanya kepada orang yang *pantas didatangi* ....

 

Maka, pantaskan dan patutkan diri untuk pantas di datangi, atau bahkan dikejar rezeki.

Inilah *hakikat ikhtiar* ...

 

Setiap dari kita *telah ditetapkan rezekinya* sendiri-sendiri.

Karena ikhtiar adalah kuasa manusia, namun rezeki adalah kuasa Allah Azza Wajalla.

 

Dan manusia tidak akan dimatikan, hingga ketetapan rezekinya telah ia terima, seluruhnya.

 

Ada yang diluaskan rezekinya dalam bentuk *harta* ...

Ada yang diluaskan dalam bentuk *kesehatan* ...

Ada yang diluaskan dalam bentuk *ketenangan* , keamanan...

Ada yang diluaskan dalam kemudahan menerima *ilmu* ...

Ada yang diluaskan dalam bentuk keluarga dan anak *keturunan yang shalih* ...

Ada yang dimudahkan dalam *amalan dan ibadahnya* ...

 

Dan yang paling indah, adalah *diteguhkan dalam hidayah Islam* ...

 

Hakikat Rezeki bukanlah hanya harta,

Rezeki adalah seluruh rahmat dan anugerah atau karunia Allah SWT

 

Adapun jenis rezeki dari Allah SWT adalah sebagai berikut:

 

1. *Rezeki Yang Telah Dijamin*.

 

‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

 

"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."

(Surah Hud : 6).

 

2. *Rezeki Karena Usaha*.

 

‎وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

 

"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya." (Surah An-Najm : 39).

 

3. *Rezeki Karena Bersyukur*.

 

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

 

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (Surah Ibrahim : 7).

 

4. *Rezeki Tak Terduga*.

 

‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 

"Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (Surah At-Thalaq : 2-3).

 

5. *Rezeki Karena Istighfar*.

 

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا

 

"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.” (Surah Nuh : 10-11).

 

6. *Rezeki Karena Menikah*.

 

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ

 

"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya." (Surah An-Nur : 32).

 

7. *Rezeki Karena Anak*.

 

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ

 

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.” (Surah Al-Israa' : 31).

 

8. *Rezeki Karena Sedekah*

 

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً

 

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.” (Surah Al-Baqarah : 245).

 

#Selamat beraktifitas... semoga rizki kita hari ini dan hari-hari berikutnya selalu berkah untuk semuanya. Aamiiin

 

copas

 

Yang Habis, Yang Tersisa

*YANG HABIS, YANG TERSISA* 🚨

(Tantangan untuk DKM)

 

Mulai ketemu alasan kenapa sebagian pengurus masjid lebih senang *menghabiskan dananya untuk asset fisik*, ketimbang habis dibagi ke ummat, seperti sembako atau menyediakan makan di masjid. Karena asset fisik ini bisa dilihat, dipandang-pandangi, dikagum-kagumi, dan dianggap cuma ngubah uang masjid jadi barang.

 

Bagitu juga dengan kebanyakan kaum muslimin, *semangat sekali* wakaf tanah, semangat bangun madrasah, tetapi ketika bicara gaji ustadz, gaji pengajar, makan santri, dirinya *mendadak pelit*. Entah kenapa. Akhirnya gedung-gedung entitas dakwah nganggur gak ada program, karena manusianya habis.

 

Ada *cacat berfikir pada konsep belanja anggaran dakwah*. Pembelanjaan yang dirasa tepat itu hanya apabila uang jadi gedung, jadi menara, jadi marmer, jadi asset bergerak yang bisa dipamer-pamer. Sementara belanja yang habis, operational expenditure, opex, seperti upah takmir, bagi beras ke dhuafa, bayarin kontrakan saudara kita yang di PHK, gak dianggap tepat dan strategis.

 

Akhirnya *ambulance masjid dipamer-pamer* di halaman masjid, tapi gak ada supirnya, karena gak ada post gaji dedicated supir. Apalagi bicara operasional pelayanan ummat. jauh lauh. Kalo ada jenazah, tetap saja *keluarga harus bayar*.

 

Akhirnya *Rumah Quran* gagah berdiri, samping masjid, grand openingnya heboh, gurunya gak ada. Andai kata ada, santri nya kurang gizi, nyediain makannya gak mau, ngasih opex untuk Rumah Quran nya itungan. Pelit banget.

 

Padahal yang habis itulah yang tersisa nanti di akhirat.

 

Simak hadist cukup panjang berikut ini, baca perlahan, semoga ada keinsyafan di hati.

 

***

 

"Ketika Sayyidah Aisyah Ra menghidangkan makanan kesukaan Rasulullah yaitu paha domba (kambing). Rasulullah bertanya : "Wahai Aisyah, apakah sudah engkau berikan kepada Abu Hurairah tetangga kita ? Aisyah menjawab: "Sudah ya Rasulullah."

 

Kemudian Rasulullah bertanya lagi:

"Bagaimana dengan Ummu Ayman?" Aisyah kembali menjawab: "Sudah ya Rasulullah." Kemudian Rasulullah bertanya lagi tentang tetangga-tetangganya yang lain, adakah sudah di beri masakan tersebut, sampai Aisyah merasa penat menjawab pertanyaan-pertanyaan Rasulullah."

 

Sampai Aisyah menegaskan kalau semua makanan sudah habis dibagikan kepada tetangga. Yang tersisa hanya beberapa potong daging untuk disantap Rasulullah dan Aisyah.

 

"Aisyah kemudian menjawab:

"Sudah habis ku berikan, Ya Rasulullah ... Yang tinggal apa yang ada di depan kita saat ini ..." ujar Aisyah.

 

Mendengar jawaban sang istri, Rasulullah lantas tersenyum dan mengatakan kalimat singkat namun mendalam.

 

"Engkau salah Aisyah, *yang habis adalah apa yang kita makan ini dan yang kekal adalah apa yang kita sedekahkan* ." (HR. At-Tirmidzi)

 

*

 

"Yang habis adalah yang kita makan ini, yang tersisa apa yang kita sedekahkan." Ini harusnya jadi cara berfikir mendalam.

 

Maka tenang saja, infaq yang kita bagi ke dhuafa disekitaran wilayah masjid, itulah nanti yang tersisa di akhirat. Saldonya di akhirat. Pasti dilipatgandakan Allah. Gak akan hilang.

 

Maka rileks saja, makan-makan yang disediakan ke ummat, itulah yang nanti tersisa di akhirat, menumpuk disana. Gak akan hilang kok Pak, Bu. Maka ramailah masjid, *makmurlah masjid*.

 

Sedangkan marmer insyaAllah bernilai wakaf, ketika dipakai terus oleh ummat. Kalo masjidnya sepi, kan kasihan marmer wakafnya, gak jalan jariyah wakafnya.

 

Makadari itu, cukup-cukuplah kita jadi pemuja-muja bangunan, pemuja-muja keindahan kubah, pemuja-muja tingginya menara, *namun masjid sepi program*.

 

Banyak juga masjid yang megah dan bagus, programnya bagus juga. Ini baru top. *An Namirah Lamongan, Izzatul Islam Bekasi*. TOP. Masjid bagus, program gak malu-maluin.

 

Jangan sampai kita larut ke budaya Fir'aun, bikin bangunan tinggi piramid, mengkilap pualam, berlekuk harta benda kemewahan didalam chamber nya, tapi hanya untuk kuburan.

 

Lalu apa bedanya dengan bangunan yang dibangun megah, tetapi gak ada pelayanannya untuk ummat? Gak menjawab kelaparan, gak menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat, gedung megah yang sepi, kan jadi mirip sama gaya-gayanya Fir'aun.

 

*

 

Ini foto salah satu entitas dakwah yang ada di Indonesia, *Balai Saji*. Saya bukan pengurusnya, jadi cuma nyeritain aja. Founder nya Kak Nirwana Tawil

 

Ini foto Balai Saji tiga, deket terminal Batu Ampar Balikpapan. *Dipadati oleh saudara kita yang lemah dan membutuhkan bantuan*. Maka Balai Saji nya ramai banget dan dramatis di titik ini.

 

Tempatnya sederhana, konon ruko sewa, kursi makannya plastik, mejanya kayu biasa, sederhana, gak banyak habis untuk perkakas perkakas yang gak perlu.

 

Piringnya melamin, gelasnya melamin, sederhana, kontainer minumnya plastik, disajikan di panci-panci cantik sederhana. Udah gitu aja. Gak akrobat macem-macem.

 

Tapi menu makan jangan ditanya. Menu makan tiga macem, lauk hewani, lauk nabati, sayur mayur, ada es sirup, kadang malah ada susu segar.

 

Menurut saya secara objektif, ini waras ya, Balai Saji ini gak pusing di bangunan, gak pusing di hiasan, gak pusing di ornamen aneh-aneh, tapi fokus pada menu yang memang fundamental, karena makanan itulah yang di makan.

 

Semua boleh makan, itu slogannya, valuenya. Maka kalo ada yang datang, mereka welcome, mereka orang-orang Balai Saji gak pernah memandang curiga, mau bolak balik dua kali ya monggo.

 

Semua boleh bungkus bawa pulang, itu juga motto mereka. *Kalo Anda datang ke Balai Saji bawa Alphard*, Anda tetap boleh makan, boleh bungkus, mau kemeja Anda jutaan rupiah, tetap Anda boleh makan. Bungkus boleh.

 

Mereka orang-orang Balai Saji gak pernah curiga, khawatir, sayang-sayang menu, gak ada itu di benak mereka. Jebrat jebret untuk ummat. Makanya setiap dhuafa yang datang, nyaman, senang, gak ngerasa harga dirinya di injak-injak.

 

*

 

Saya rasa begitu ya, kita ini mau bangun Masjid, bukan bangun Piramid. Tolong dibedakan. DNA Qorun tukang koleksi harta benda itu tolong dibuang jauh-jauh dalam mengelola masjid.

 

*Habiskan anggarannya pak, habiskan untuk ummat*, realisasikan itu kas masjid baik-baik. Ummat nunggu peran masjid. Muliakan kehidupan para Ahli Quran.

 

Alirkan anggaran ke para *anak-anak muda sholih hafidz Quran*, jadikan Imam tetap masjid.

 

Alirkan anggaran ke para takmir pengelola Baitul Maal, rekrut eks bank, gaji, karyakan di Masjid. Mereka ngumpulin uang untuk riba bisa kok, apalagi ngumpulin ziswaf, pasti lebih baik.

 

Alirkan anggaran ke perawatan masjid. AC itu freonnya tolong diperhatikan. Cleaning Service itu tolong yang dedicated, jangan yang musiman. Malu sama tempat dugem maksiyat, lebih bersih dari masjid.

 

Alirkan anggaran secara imbang pada inftastruktur dan operasional, pada capex dan opex, pada mobil dan bensinya, pada mobil dan supirnya, pada AC dan isi ulang freonnya.

 

Semoga difahami ya,

Yang habis itulah, yang tersisa disana.

 

*URS - Pengasuh Masjid BerkahBOX*

 

Masjid Tempat Mengeluh

*MASJID TEMPAT MENGELUH*

.

Pekan lalu saya membaca berita ini..

Ada seorang ayah yang tertangkap CCTV mencuri kotak infaq masjid.

Namun aneh dari pencuri lainnya.. beliau meninggalkan pesan yang cukup membuat hati merasa janggal.

.

Beliau mengaku hal tersebut dilakukan karena dasar terpaksa sebab untuk membelikan HP anaknya untuk sekolah online. Dan yang lebih membuat saya jadi sedikit trenyuh adalah *niatannya untuk mengembalikan dana infak itu* setahun lagi.

.

Ketika mau menulis dan mengulasnya, saya maju mundur. Khawatir ada beragam pro dan kontra. Tapi pagi ini akhirnya saya post juga.

.

Entah apa yang orang pikirkan.. tapi hati kecil saya kok berkata. "Ini Bener.. pas sudah.."

.

Sebab beginilah seharusnya fitrah berpikirnya orang susah dan lemah saat *mencari solusi... ke MASJID..!!*

Cuma caranya aja yang salah.

.

Tapi artinya.. Dalam hati kecil beliau tahu. Yang bisa saya datangi *cuma masjid*. Sebab insyaallah orangnya baik-baik dan penuh kemakluman. Kalaupun ketangkap, semoga dimaafkan.

.

Dari pada datang *ke tetangga dihina*.

Datang ke *pejabat diusir*.

 

Maka ia memilih datang ke masjid. Tempat dimana syiar agama dibangun. *Tempatnya orang-orang baik berkumpul*.

.

Yang selama ini mengajak untuk saling menolong dalam kebaikan.

.

Maka..

Andai di setiap masjid menuliskan besar-besar di papan saldonya dengan kalimat..

.

Bapak ibu jama'ah..

Saldo ini milik kaum muslimin..

Jika ada yang *kelaparan, hubungi kami*.

Jika ada yang nggak bisa bayar anaknya sekolah, hubungi kami.

Jika ada yang terancam terusir dari kontrakannya, hubungi kami.

Jika ada yang tak bisa bayar biaya berobat, hubungi kami.

.

*Tangismu adalah tangisan kami..*

Ceriamu adalah ceria kami..

Saatnya bangkit menatap masa depan bersama Takmir Masjid Al Anu.....

.

Tertanda,

Takmir Masjid

.

(Note: Kalimat terakhir terinspirasi dari yang kepikiran pasang baliho di lokasi bencana)

.

️ ********

.

Andai begitu.. beeuuuhhhh. Syahdu guys. Kalau perlu, pakai spanduk besar di depan masjid.

.

Sampaikan ke jama'ah:

*"Masjid adalah tempatmu berkeluh kesah"*

.

Ya ngeluh ke Alloh lewat munajat...

Ya curhat ke takmir supaya dapat langkah nyatanya.

 

Maka harusnya di setiap masjid, setidaknya masjid Agung, Masjid Jami' atau masjid Raya, disediakan *pojok konseling untuk kesulitan masyarakat*.

.

Biar jama'ah tahu, kemana harus curhat. Mereka butuh sentuhan spiritual yang menenangkan hati agar tak salah langkah.

.

Ngobrol santai dengan semangkok mie instan dan secangkir es teh manis. Mungkin jadi sebab terangnya pikiran.

Ditambah siraman qalbu dengan ayat Qur'an dan hadits Rasululloh yang sesuai dengan masalah yang sedang mereka hadapi pasti jadi lengkapnya jalan keluar.

.

*Inilah masjid sebagai solusi*.

.

Kalau sudah demikian, maka mau tidak mau. Masjid jadi kreatif *mengelola finansial*.

Mulai dari pemasukan sampai pengeluaran.

.

Pengeluarannya beragam..

Untuk biaya pendidikan sekian.

Pinjaman lunak sekian.

Makan gratis sekian.

.

Sudah bukan jamannya *saldo masjid menumpuk*. Pakai semuanya untuk umat. Kalau perlu minus.. 😁😁

Agar *jama'ah tergerak ikut berinfak* lagi karena ada Why-nya. Yaitu nutupin minusnya masjid.

.

Masjid harus pinter ngeluarin duit. Sudah tak bisa lagi kita bisa mengandalkan pejabat ya katanya peduli rakyat. Sudahlah..

Jangan lagi mengharapkan mereka.

.

Beliau-beliau juga tengah lelah dan sibuk menggunakan uangnya untuk baliho dan spanduk demi rakyat bisa pandai membaca lancar dari kejauhan tanpa harus mengeja.

Itu kerja yang harus kita apresiasi, demi meningkatkan minat baca negeri ini yang katanya berada di peringkat 75 dari 85 negara.

.

Urusan rakyat biar rakyat juga yang mengatasi.

 

Masjid harus siap. Sediakan kotak-kotak untuk beragam keperluan.

• Untuk pembangunan.. sendiri.

• Untuk kebutuhan umat.

• Untuk jamuan makan jama'ah.

• Untuk biaya pendidikan.

Dll..

.

Sehingga jama'ah tahu harus memasukkan infak, wakaf, zakat dan sedekahnya kemana sesuai keinginan hatinya. Pun supaya Takmir tak khawatir salah akad.

.

Kalau pengeluaran sudah banyak, maka pemasukan juga akan dipikir. Bahwa infaq bukanlah satu-satunya sumber.

.

Takmir harus bisa berpikir bagaimana caranya masjid punya usaha yang *menopang kegiatan sosialnya*. Akhirnya pasti jadi punya.

.

Sebab ada itu biasanya karena dipikirin.

Insyaallah jadi punya "UMKM - Usaha Meningkatkan Kekayaan Masjid". Hehe..

.

Dan untuk para takmir masjid. Ayo kita songsong masjid yang demikian.

.

Karena sejatinya, *tugas Takmir* (Pemakmur Masjid) itu ada 4 kata Alloh.

.

"Sesungguhnya yang *memakmurkan masjid Alloh* hanyalah orang-orang yang *beriman* kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan *sholat*, menunaikan *zakat*, dan *tidak takut* (kepada apa pun) kecuali kepada Alloh. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah: 18)

.

1. Beriman kepada Alloh dan Hari Akhir

2. Melaksanakan Sholat

3. Menunaikan Zakat

4. Tidak Takut Apapun Kecuali Alloh

.

*Bagaimana kita bisa beriman pada Alloh dan hari akhir jika saudara kelaparan saja kita tak tahu dan tak mau tahu*.

 

Nggak perlu takut *saldo habis* ... hanya boleh takut kepada Alloh. Takut dengan murkaNya Alloh kalau sampai itu duit amanah jama'ah tidak terkelola dengan baik.

.

Saya ingat satu hadits tentang hutang..

Bahwa munculnya "Doa Bebas Hutang" yang diriwayatkan Abu Umamah Radhiallahu'anhu itu lantaran Rasululloh sholallahu'alaihi wassalam bertanya menyapa Abu Umamah yang terlihat (gerak-geriknya) sedang susah.

.

Dari hadits ini kita belajar..

 

Bahwa *tugas Takmir itu adalah MENYAPA JAMA'AH*.

 

Bagaimana tahu kesulitan jama'ah kalau takmirnya hanya ingin dihormati. Berjalan angkuh merasa penting. Tak ada sapa tak ada salam.

.

*Yang ada hanya larangan* :

 

🚫 "Dilarang tidur di masjid".

🚫 "Dilarang ngecharge Handphone".

🚫 "Dilarang membawa anak-anak".

Dan larangan lainnya.

.

Itu bukan masjid yang kita inginkan..

Itu bukan masjid yang kita rindukan.

.

Semoga setelah ini, akan banyak masjid yang kemudian bermunculan memakmurkan jama'ah. Bukan yang terus menuntut minta dimakmurkan.

 

Masjid adalah tempat mengeluh. Dan biarkan masyarakat mulai melihat itu di masjid-masjid kita.

.

Dan terakhir.. ️ Kalau ada yang mengenal dimana lokasi masjid ini. Tolong infokan ke Takmir-nya, *saya siap mengganti isi kotak infaq* yang hilang jika dirasa setahun terlalu lama. Hubungi saya melalui Relawan Sijum atau tulis kontaknya di kolom komentar. Tak perlu dipermasalahkan terlalu jauh jika benar demikian adanya.

.

Salam,

*Andre Raditya*

Pelayan Nasi Jumat Indonesia

.

#AyoBuatBaik #MasjidMultiManfaat #YayasanNasiJumat #BerbagiMakan #SiJum


Sabtu, 25 Desember 2021

Rasulullah di Tegur Allah Swt

Rasulullah pernah di tegur oleh Allah karena mengabaikan orang tuna netra, yaitu Abdullah bin Ummi Maktum.

Ia adalah sepupu Siti Khadijah, yang artinya sepupu dari Nabi Muhammad juga. Ibu Abdullah punya panggilan “Ummi Maktum” karena melahirkan anak yang buta total sejak lahir. Itulah yang membuat orang Mekkah lebih sering memanggilnya dengan “Ibnu Ummi Maktum”.

Saat itu, Nabi Muhammad sedang berdialog dengan para pembesar Quraisy dengan harapan mereka bisa memeluk Islam. Kemudian datanglah Abdullah bin Ummi Maktum hendak mendapatkan pengajaran Islam dari Nabi. Namun karena Rasulullah sedang bersemangat dialog dengan lawan bicaranya, membuat Nabi tak begitu mengacuhkan kedatangan Abdullah yang buta itu.

Maka kemudian Allah menegur Rasulullah dengan turunnya surat Abasa ayat 1-16. Allah menegur Nabi Muhammad karena mengacuhkan dan memalingkan wajahnya dari Abdullah yang hendak mendapatkan pengajaran Islam dari Nabi. Teguran yang sampai membuat Nabi merasakan sakit luar biasa seakan terkena pukulan keras.

QS. Abasa ayat 1-16: “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (alasan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dst … “ 




Kamis, 23 Desember 2021

The Three Magic Words (Tolong, Maaf & Trimakasih)

Menghargai Orang Lain

Di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan.

Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut..


Yang terhormat Pak Direktur…

Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata ‘tolong’, setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan ‘maaf’, saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya mengubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan ‘terima kasih’ kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.

Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan.

Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya.

Terima kasih sekali lagi. Semoga Allah meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Aamiin.

Setelah sejenak keheningan

menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.

Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut.

Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.


Tiga kata ‘terima kasih‘, ‘maaf‘, dan ‘tolong” adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Itulah "The three magic worrds"

Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan?

Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya.

Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Pemimpin bukan sekadar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu kita semua perlu membiasakan mengucapkan tiga kata pendek tersebut dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan.

Dengan mampu menghargai orang lain. minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.


Sabtu, 04 Desember 2021

Membatalkan Puasa Sunah Untuk Menghormati

Abu Said Al Kudri pernah membuatkan makanan untuk Rasulullah Saw dan para sahabatnya yang berkunjung ke rumahnya.

Ketika makanan dihidangkan, ada di antara mereka yang berkata, “Aku sedang berpuasa.” Lalu Rasulullah Saw berkata: Saudara kalian telah mengundang kalian dan sudah repot untuk kalian. Beliau kemudian berkata; Batalkanlah dan ganti puasamu di hari yang lain jika kamu menghendakinya.

(HR. Imam al Baihaqi dari Abu Said al Kudri)

 

Rasulullah Saw berkunjung ke rumah Umu Hani’ kemudian beliau disuguhi jamuan minuman, maka Nabi meminumnya. Kemudian Nabi menawarkan minuman Umu Hani’ dan ia berkenan untuk meminumnya.

Selanjutnya, ia berkata, “Yaa Rasulullah sesungguhnya saya sedang berpuasa”. Maka Rasulullah Saw menjawab, “Orang yang puasa sunah itu mempercayakan dirinya (jika berkehendak puasa maka berpuasalah dan jika berkehendak membatalkan maka batalkanlah.) (HR. Ahmad 26893, Turmudzi 732, dan dishahihkan Al-Albani) 

Dikutip dari laman Ditjen Bimas Islam Kemenag RI 

Jumat, 03 Desember 2021

Gusti Allah Tidak Ndeso

Suatu kali, budayawan nyentrik Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun, ditodong dengan pertanyaan beruntun.

“Cak Nun,” kata sang penanya, “Misalnya pada waktu bersamaan tiba-tiba Sampeyan menghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu: pertama, pergi ke masjid untuk shalat Jumat.
Kedua, mengantar pacar berenang, dan ketiga, mengantar tukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak lari. Mana yang Sampeyan pilih?”

Cak Nun menjawab lantang, “Ya nolong orang kecelakaan.”

“Tapi Sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?” kejar si penanya.

“Ah, mosok Allah ndeso gitu,” jawab Cak Nun. “Kalau saya memilih shalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidak ngajak-ngajak,” katanya lagi. “Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surga orang yang memperlakukan sembahyang sebagai credit point pribadi. Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harus ditolong, Tuhan tidak berada di masjid, melainkan pada diri orang yang kecelakaan itu.”

“Kata Tuhan,” lanjut Cak Nun, “Kalau engkau menolong orang sakit, Aku-lah yang sakit itu. Kalau engkau menegur orang yang kesepian, Aku-lah yang kesepian itu. Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, Aku-lah yang kelaparan itu.”

Masih kata Cak Nun, kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya. Shalat memang wajib tapi untuk Allah… (tidak dipamerkan kepada orang lain). Sedangkan tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah output sosialnya. Yakni kasih sayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih, kemesraan dengan orang lain, memberi, dan membantu sesama.

Idealnya, orang beragama itu seharusnya memang mesti shalat, ikut misa, atau ikut kebaktian, tetapi juga tidak korupsi dan memiliki perilaku yang santun dan berkasih sayang.

Karena agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap. Agama mengajarkan pada kesantunan, belas kasih dan cinta kasih sesama.

“Bila kita cuma puasa, shalat, baca Al-Quran, pergi ke kebaktian, ikut misa, datang ke pura.
Menurut saya, kita belum layak disebut orang yang beragama. Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, menyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama,” terang Cak Nun.

Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan hanya dari kesalehan personalnya, melainkan juga kesalehan sosial. Maka dari itulah, orang beragama adalah orang yang mestinya bisa menggembirakan tetangganya. Orang beragama ialah orang yang mestinya menghormati orang lain, meski beda agama.
Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan sosial pada kaum mustadh’afin (kaum tertindas), juga tidak korupsi dan tidak mengambil apa yang bukan haknya.

“Karena itu, orang beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. Bukan orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid, sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan…” tandas Cak Nun.