Rabu, 26 Januari 2022

Sekilas tentang Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah persyarikatan gerakan Islam yang berorientasi pada gerakan dakwah, pendidikan dan sosial, dengan prinsip amar makruf nahi munkar. Muhammadiyah tidak terikat dengan aliran teologis, mazhab fikih, maupun tariqat apapun.

Dengan orientasi gerakan itu Muhammadiyah kini telah berhasil mendirikan: 176 universitas, 457 rumah sakit/klinik, 437 baitul mal, 19.951 sekolah, 102 pondok pesantren, 13.000 masjid, 635 panti asuhan, dsb.

Ciri khas Muhammadiyah adalah nirmazhab, tajdid (pembaharuan), terbuka, dan toleran.

Muhammadiyah beraliran “nirmazhab”, yakni tidak terpaku untuk mengikuti pemikiran salah satu dari 4 imam mazhab besar meski tetap mengakui ketinggian keilmuan mereka. Pola mazhab Muhammadiyah adalah Talfiqi, yaitu memadukan pemikiran antar mazhab kemudian merumuskan yang terbaik berdasarkan pertimbangan ijtihad jama’i.

Dalam hal fiqih Muhammadiyah mempunyai perangkat yang disebut Majelis Tarjih yang berperan untuk menentukan hukum fiqih melalui ijtihad jama’i. Dasar rujukan majelis tarjih dalam menentukan hukum fiqih dihadapkan pada tuntutan zaman yang berkembang adalah Al Qur'an dan hadits-hadits shahih, serta ijtihad ulama terdahulu.

Identitas Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid (pembaharu/modern) adalah berjuang agar umat Islam tidak tertinggal oleh modernitas zaman. Tidak terjebak pada persoalan-persoalan ibadah semata melainkan juga harus maju dalam segala hal, terutama pendidikan, sain dan teknologi.

Identitas tajdid Muhammadiyah ini yang membedakan dengan gerakan Islam lainnya seperti, NU dengan identitas ahlus sunnah wal jamaah; Al-Irsyad dengan identitas gerakan reformis; Persis dengan gerakan memberantas bid’ah, khurafat, dan takhayul; Jamaah Tabligh dengan identitas dakwah khuruj (keliling), dan sebagainya.

Dalam hal paham dan pemikiran keislaman, Muhammadiyah terbuka terhadap berbagai pemikiran termasuk kritik. Diskusi merupakan tradisi sejak dulu bagi Muhammadiyah. Seperti yang dikatakan Din Syamsudin, Muhammadiyah bersifat terbuka dan dinamis terhadap dinamika zaman. Tidak mungkin Muhammadiyah berpatok pada Dahlaniyah. 

Toleransi dalam Muhammadiyah dimaknai sebagai ukhuwah insaniyah. Muhammadiyah merawat ukhuwah tidak hanya sebatas kepada non-muslim tetapi juga terhadap sesama muslim.

Pada Muktamar ke-46 di Yogyakarta tahun 2010 menegaskan bahwa mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama.

Dalam hal ibadah Muhammadiyah selalu berpegang teguh pada Al Qur’an dan hadits shahih serta ijtihad jamai. Meski demikian Muhammadiyah menghormati perbedaan pendapat, tidak memaksakan kehendak, dan tidak menganggap pendapatnya paling benar.

Muhammadiyah juga menyelenggarakan Maulid Nabi. Tokoh dan orang-orang Muhammadiyah tidak menolak untuk menghadiri undangan tahlilan dan mengikuti qunut subuh bila berada ditengah-tengah jamaah lain.

Dalam hal politik, warga Muhammadiyah bebas menentukan pilihannya dan tidak terkooptasi oleh organisasi politik maupun kekuasaan. Namun dalam kasus penistaan agama oleh Ahok, Muhammadiyah menempuh jalur hukum beserta elemen lain.

https://www.kompasiana.com/rindangayu/61f253144b660d7fea720562/mengenal-sekilas-muhammadiyah?page=1&page_images=1

http://muhammadiyahsolo.com/20190516/model-tajdid-muhammadiyah-membangun-peradaban-utama-114 

Senin, 10 Januari 2022

Puasa Para Nabi Terdahulu

Oleh karena Rasulullah SAW sebagai nabi akhir zaman, maka perintah melaksanakan ibadah puasa zaman Rasulullah SAW jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan puasa zaman nabi-nabi sebelumnya. Oleh sebab itu, pada zaman modern sekarang ini tidak ada orang yang kesulitan menjalani ibadah puasa.

Ibadah puasa sebenarnya sudah ada sejak zaman nabi Adam. Hanya saja, di antara beberapa puasa itu ada yang bertahan diamalkan lebih dari satu nabi, tapi ada pula yang berbeda dan dikhususkan pada satu nabi. Puasa menjadi bentuk ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT seperti yang tertulis dalam kitab Taurat, Zabur dan Injil.

PUASA DAUD
Perintah puasa yang paling populer hinga sekarang ini adalah puasa Nabi Daud as. Puasa ini tergolong istimewa karena Nabi daud tidak hanya seorang prajurit, tetapi juga raja dan ahli perang terkemuka. Nabi Daud dikenal sebagai nabi yang berhasil mengalahkan musuh yang jauh lebih besar, yaitu Goliath.

Pelaksanaan ibadah puasa nabi Daud juga tergolong aneh bila dibandingkan dengan puasa nabi-nabi lainnya. Puasa nabi Daud dilaksanakan sehari puasa, sehari tidak. Bahkan, puasa Nabi Daud ini ternyata berlangsung hingga nabi Sulaiman, putranya dan nabi sesudahnya. Tidak hanya itu saja, pelaksanaan ibadah puasa itu disebutkan dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim as. Seperti diketahui, salah satu mukjizat beliau adalah kebal dari kobaran api ketika dibakar oleh raja Namrudz yang kejam.

Sepeninggal Nabi Daud, pelaksanaan puasa tersebut tidak lenyap begitu saja. Bahkan, hingga sekarang ini umat Nabi Muhammad SAW juga banyak yang menjalankan puasa Daud selain puasa Senin-Kamis.

PUASA MUSA
Perintah melaksanakan puasa bagi umat Nabi Musa merupakan rentetan dari kewajiban puasa yang diwajibkan pada umat Nabi Muhammad SAW, seperti dalam Q.S Al-Baqarah:183.

Puasa yang dijalankan oleh Nabi Musa beserta umatnya jauh lebih berat dari pada puasa nabi Muhammad SAW. Mereka diwajibkan berpuasa selama 40 hari 40 malam. Dalam Kitab Perjanjian Lama, puasa Nabi Musa merupakan cikal bakal puasa bagi umat Nabi Isa karena jenis puasanya juga sama. Bahkan, Nabi Musa berpuasa di Gunung Sinai ketika mendapatkan perintah ALLAH SWT.

Masalah puasa nabi Musa ini tercantum dalam Kitab Perjanjian Lama (Keluaran 34: 29): "Musa berada di sana bersama-sama dengan Tuhan 40 hari 40 malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air dan ia menuliskan pada loh itu segala perktaan perjanjian, yakni kesepuluh firman". Hal ini kemudian yang dikenal sebagai 10 Firman Tuhan.

Setelah melakukan puasa selama itu, Musa mengalami perubahan yang sangat dahsyat. dari wajahnya keluar cahaya yang menakjubkan bagi setiap orang yang memandangnya. Hal ini tertulis dalam Perjanjian Lama (Keluaran 34:30). Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, ia tidak tahu bahwa kulit mukanya bercahaya karena ia berbicara dengan Allah SWT.

Ada pula puasa yang dianjurkan pada Musa, yaitu berpantang tidak boleh melakukan sesuatu. Termaktub dalam Perjanjian Lama (keluaran: 34:14) bahwa Musa diharuskan memelihara Hari Raya Roti Tidak Beragi. Dengan ketentuan, selama 7 hari lamanya, Musa tidak boleh makan roti yang beragi. Hal itu ditetapkan dalam Bulan Abid, sebagai peringatan Musa dan kaumnya keluar dari Mesir atas kejaran Raja Fir'aun.

Jika kita meneliti kitab Perjanjian Lama, antara bahasa orang Yahudi, Aramaik, Arab dan Ethiopia ternyata menggunakan kata yang sama, yaitu Shaum (menahan nafsu). Kata ini berarti menghentikan aktivitas makan, minum, dan nafsu sekaligus menandai ungkapan penyesalan atas doa yang diperbuatnya. Oleh karena terjadi penyimpangan ajaran-ajaran yang sudah tidak sesuai dengan Kitab Perjanjian Lama, akhirnya tradisi puasa yang dilakukan oleh orang Yahudi terdahulu sekarang ini sudah jauh berubah. 

Hikmah Puasa

Saat ini kita baru saja memasuki bulan suci Ramadhan.         Kita telah memasuki hari ke ..... dalam pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.  Kita patut bersyukur kehadirat Allah SWT, karena kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan tahun ini, yaitu bulan yang sangat istimewa, bulan yang penuh berkah, rahmad dan ampunan.  Pada bulan ini pahala amal dilipat-gandakan, dan doa-doa kaum muslimin dikabulkan. 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang begitu istimewa, sehingga banyak nama atau penyebutan untuk bulan Ramadhan ini, ada yang menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah, bulan yang dimuliakan oleh Allah), bulan suci (bulan untuk pensucian diri dari dosa2), bulan berkah (karena mengandung banyak keberkahan), bulan maghfirah (bulan ampunan), dan sebagainya.  

Seorang ulama memberi sebutan pada bulan ini dengan nama bulan ”panen pahala”, atau bulan ”gebyar pahala”.   Disebut sebagai bulan ”panen pahala” karena begitu banyak pahala yang dapat kita peroleh pada bulan itu meski hanya dengan amalan yang kecil dan ringan.    Bila seorang mukmin mengerjakan amal kebajikan di bulan Ramadhan, maka Allah akan  menambahkan dengan ganjaran 70 kali lipat dari ganjaran yang biasa diberikan oleh Allah di hari-hari lainnya pada bulan biasa.  Di bulan Ramadhan, terdapat satu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan  (kira-kira 83 tahun, atau setara dengan umur manusia). Itulah yang disebut malam Lailatul Qadr.       Apabila seseorang mengerjakan satu amal kebajikan di malam Lailatul Qadr, maka Allah menilai ia seperti mengerjakan amalan tersebut selama 1000 bulan.  Subhanallah.

Karena begitu besarnya keistimewaan dan manfaat dalam kandungan bulan suci Ramadhan, sampai Rasulullah bersabda,

Law ya’lamun naasu -  maa fii hadasy syahri minal khairaati -      latamannaw  an yakuuna -  ramadhaana sunatu kulluhaa.

Andaikata manusia itu tahu apa saja yang ada dalam kandungan bulan suci Ramadhan, maka mereka tentu akan mengharapkan agar seluruh bulan dalam setahun itu menjadi Ramadhan semua.

Kita telah mengetahui betapa istimewanya ibadah puasa di bulan Ramadhan ini, tetapi kita jangan terburu gembira, tanpa mengetahui bagaimana menjalankan ibadah puasa secara baik dan benar.   Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, puasa tidaklah sekedar menahan lapar dan dahaga saja.     Akan tetapi puasa juga harus mengendalikan diri dari perbuatan sia-sia, serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji. 

Nabi Muhammad SAW bersabda, Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji. (HR. Al-Hakim)

Suatu ketika Rasulullah mendapati seorang wanita sedang memaki-maki budaknya di bulan ramadhan.   Lalu nabi meminta salah seorang sahabatnya untuk mengambilkan makanan dan mendekati wanita tadi.    Nabi berkata kepada wanita itu, ”makanlah”.       Wanita itu menjawab, ”Inni shaa’imah (Ya Rasulullah, saya sedang berpuasa)”.        Nabi berkata lagi, ”makanlah”.      Wanita itu menjawab lagi , ” Inni shaa’imah (saya sedang berpuasa).    ”Bagaimana mungkin engkau berpuasa  kalau engkau meperlakukan hamba Tuhan seperti itu”, sergah nabi.     

Kemudian nabi berkata : ”Alangkah banyaknya orang yang lapar, alangkah sedikitnya yang berpuasa”.  

Pada kesempatan lain Rasulullah menjelaskan perihal puasa kepada para sahabatnya,

KAM MIN SHAA-IMIN      LAISA LAHU MIN SHIYAAMIHI   ILLAL  JU-’U   WAL  ’ATHASYU

Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)

 

Tiga Golongan Orang Berpuasa

Tentang pelaksanaan ibadah puasa, imam Al-Ghazali membagi orang yang berpuasa itu dalam tiga golongan :

(1)     Golongan pertama, disebut Shaumul’awaam atau puasanya orang awam.   Mereka ini hanya melaksanakan puasa berupa tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri pada siang hari.   Hanya itu saja.  

Kalau puasa hanya tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri di siang hari,     sementara mulutnya tidak berpuasa, terus berdusta, memfitnah, juga tangannya mengerjakan hal-hal yang mungkar, dan kakinya tetap melangkah untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah, maka mereka itulah yang disebut dalam hadis sebagai :

Kam min haa-imin   Laisa lahu min shiyaamihi   illa ju-’u wal  ’athasyu

Berapa banyak orang yang puasa tetapi tidak mendapatkan pahala dan manfaat dari puasanya, kecuali hanya mendapatkan lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)

 

(2)     Golongan kedua, disebut shaumul khawaash.      Mereka  melaksanakan ibadah puasa bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri saja,  namun mereka juga mempuasakan seluruh anggota tubuhnya; mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan semua anggota badan yang lain dari perbuatan yang tidak baik.   Inilah puasa yang benar.

Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)

 

(3)     Golongan ketiga, disebut shaumul kawaashil khawaash.  Mereka ini dalam menjalankan ibadah puasa seperti golongan kedua, ditambah lagi hatinya juga ikut berpuasa. Inilah puasanya para ambiyaa wal mursaliin dan orang-orang saleh. Inilah ibadah puasa yang ideal karena mencakup puasa lahir batin.   Inilah puasa yang sangat sempurna.

Nabi Muhammad SAW bersabda, ” Barang siapa berpuasa, maka semuanya harus berpuasa. Anggota badannya berpuasa, hatinya juga berpuasa dari yang dilarang oleh Allah. Mereka itu akan diampuni oleh Allah segala dosanya”.

 

Empat Hal yang Harus Dijaga Dalam Berpuasa

Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita menjaga empat hal untuk memenuhi syarat berpuasa, agar puasa kita diterima oleh Allah SWT.  Menjaga empat hal ini akan mengantarkan kita kepada tujuan diwajibkannya puasa, yaitu taqwa kepada Allah SWT.   Empat hal yang harus dijaga adalah :

(1)        Pertama, agar kita selalu menjaga lisan.   Menjaga lisan dari perkataan dusta, fitnah, mengunjing, berkata kotor, dsb.   Dalam berpuasa ini kita diharapkan untuk mengurangi bicara, tujuannya untuk menghindari hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa.  Oleh karena itu, daripada berkata sia-sia apalagi mengandung dosa lebih baik diam, karena diamnya orang berpuasa itu adalah ibadah. 

(2)        Kedua, agar kita menjaga pendengaran.      Imam Al-Ghazali menjelaskan, apa saja yang dilarang diucapkan, Allah juga melarang kita untuk mendengarkannya.   Bila ada seseorang yang mengajak kita berbicara dengan nuansa ghibah apalagi fitnah, maka katakanlah ”maaf saya sedang berpuasa”.

(3)        Ketiga, supaya kita menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan sia-sia, serta dari perbuatan yang keji dan kotor.   Apabila kita berkumpul bersama rekan sejawad, maka hendaknya mengarahkan kegiatan itu untuk kegiatan yang bermanfaat, misal diskusi dsb.             Tetapi apabila tidak bisa, maka lebih baik tinggalkan dan lakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti membaca, berzikir, dsb atau mungkin tidur.   Karena forum berkumpul yang tak mempunyai tujuan akan cenderung kepada ghibah, bergunjing, dsb.

(4)        Keempat, agar kita menjaga penglihatan.        Menjaga penglihatan agar tidak melihat sesuatu yang tidak disukai Allah.       Apa saja yang dilarang untuk dikerjakan, seperti judi, mabok, dsb, maka kita dilarang pula melihatnya.      Tayangan TV Infotainment, seperti Gossip, Cros check, Intip, bibir plus, dsb, seyogyanya kita hindari daripada membatalkan pahala puasa.  Karena tayangan itu lebih banyak mengandung unsur ghibah.    Memang apa yang ditampilkan itu sesuai fakta, karena apabila tidak sesuai fakta maka hal itu merupakan fitnah, itu jelas perbuatan dosa.  Meski sesuai fakta, namun apabila yang ditampilkan itu mengungkap aib seseorang, atau membuat sakit hati bagi orang yang dijadikan obyek pemberitaan, karena menyangkut prifasi, maka itu adalah ghibah.   Ghibah dan fitnah sama-sama dilarang oleh agama dan hukumnya haram, dan haram pula untuk ditonton.  Hal ini sesuai dengan fatwa MUI DKI Jakarta, bahwa acara infotainment hukumnya haram.

Bila kita mampu melaksanakan keempat syarat ini, kata Al-Ghazali,  puasa kita tidak akan sia-sia, bahkan bermanfaat bagi kehidupan kita dan akan mengantar kita kepada derajat taqwa.

Berbeda dengan ibadah-ibadah lain, seperti shalat, zakat dan haji, ibadah puasa dapat dikatakan sangat pribadi dan personal.  Ini, karena tak ada yang dapat mengetahui bahwa seseorang sedang berpuasa, kecuali Allah SWT dan orang yang bersangkutan.

Karena kerahasiaannya itulah , maka puasa menjadi sepenuhnya milik Allah SWT.  Firman Allah dalam hadis Qudsy,

” Setiap amal perbuatan anak manusia menjadi miliknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu milik-Ku.  Aku sendiri yang akan membalas (memberikan) pahalanya.”


Manfaat Puasa

Tujuan utama diperintahkan manusia untuk puasa adalah agar sampai pada derajat taqwa. Namun selain memperoleh derajat taqwa, puasa mempunyai manfaat lain.   Puasa tidak hanya memberi pengaruh positif bagi kesehatan ruhani , akan tetapi juga mempunyai manfaat positif bagi kesehatan lainnya.   Banyak para pakar yang membahas hikmah dan filosofi ibadah puasa.                          

-     Ada yang mengaitkan puasa dengan kesehatan.                                                                     

-     Ada yang mengaitkannya dengan pendidikan kepribadian.                                                      

-     Serta ada pula yang mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.                          

(1)         Manfaat puasa bagi Kesehatan .       Menurut statistik ilmu kesehatan, 60% penyakit berasal adri perut.  Apabila perut tidak dikendalikan, maka banyak penyakit akan tumbuh. Berbagai penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia, puasa bisa membantu dalam membuang sel-sel yang rusak, sekaligus membuang hormon ataupun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh.   Puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam adalah rata-rata 14 jam, kemudian makan untuk durasi  waktu beberapa jam,   hal itu merupakan metode yang bagus untuk membangun kembali sel-sel baru.   Sehingga puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh, dengan cara peremajaan terhadap sel-sel yang tua.    Rasulullah SAW bersabda,  ”Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”   Di Jerman ada lembaga yang bernama Fasten Institut (Lembaga Puasa), yang menggunakan puasa sebagai terapi  untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu yang menurut pengobatan moderen belum dapat disembuhkan.

(2)         Manfaat puasa terhadap kepribadian, bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control).  Dengan berpuasa kita dilatih untuk mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar,  yaitu: Pengendalian diri untuk tidak marah, untuk tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk bersabar.   Puasa merupakan sarana untuk membentuk pribadi berakhlak mulia.

(3)         Puasa dapat menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.   Puasa menempa jiwa supaya memiliki kekuatan dan daya tahan menanggung penderitaan, mengurangi hawa nafsu keduniawian serta menggerakkan hati orang-orang kaya supaya menyantuni kaum dhuafa.

Setelah kita mengetahui hakekat dan filosofi dari puasa, maka kita bisa merasakan ternyata puasa itu sangat komprehensif.  Puasa bisa dikatakan berat bila kita tidak mempunyai ilmu yang cukup tentangnya,  dan sebaliknya, puasa akan dirasakan ringan dan menyenangkan bila kita mempunyai pengetahuan dan kesadaran akan makna puasa itu sendiri.

Selain berpengaruh positif terhadap aspek ruhaniah yaitu taqwa, ternyata ada hikmah lain (efek positif) yang terkandung dari puasa itu sendiri, yaitu sebagai pendidikan kepribadian,  serta sebagai cara untuk menjaga kesehatan.

Setelah kita mengetahui keistimewaan bulan ramadhan dan ibadah puasa, maka alangkah ruginya apabila kita tidak memanfaatkan momentum bulan ramadhan ini semaksimal mungkin.

-----


Apa manfaat Puasa.  

Puasa tidak hanya memberi pengaruh positif bagi kesehatan ruhani , akan tetapi juga mempunyai manfaat positif bagi kesehatan lainnya.   Banyak para pakar yang membahas hikmah dan filosofi ibadah puasa.                          

-     Ada yang mengaitkannya dengan pendidikan kepribadian.                                          

-     Ada yang mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.         

-     Serta ada pula yang mengaitkan puasa dengan kesehatan. 

 

a.         Manfaat puasa terhadap kepribadian, bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control).  Dengan berpuasa kita dilatih untuk mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar.  yaitu : Pengendalian diri untuk tidak marah, untuk tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk bersabar.   Puasa merupakan sarana untuk membentuk pribadi berakhlak mulia.

 

b.         Kemudian manfaat puasa bagi Kesehatan .       Berbagai penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia, puasa bisa membantu dalam membuang sel-sel yang rusak, sekaligus membuang hormon ataupun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh.   Dan puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam adalah rata-rata 14 jam, kemudian makan untuk durasi  waktu beberapa jam,   hal itu merupakan metode yang bagus untuk membangun kembali sel-sel baru.   Sehingga puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh, dengan cara peremajaan terhadap sel-sel yang tua.       Rasulullah SAW bersabda,  ”Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”


Bulan Ramadhan juga dijadikan sebagai bulan latihan, bulan training, atau bulan penempaan diri untuk membangun karakter berakhlak mulia.

Sebagai bulan latihan untuk membangun karakter berakhlak mulia, karena paling tidak ada tiga kecerdasan yang ditumbuhkan melalui latihan-latihan selama ibadah di bulan suci Ramadhan, yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual.

a.       Pertama, kecerdasan emosional. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan pengendalian diri dalam merespon berbagai macam keadaan.  Puasa merupakan sarana latihan pengendalian diri, yaitu :

Pengendalian diri terhadap hawa nafsu. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah meninggalkan segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim).         Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menyebutkan pengendalian hawa nafsu ini sebagai peperangan besar.  Nabi SAW bersabda, ”Sesungguhnya peperangan terbesar (di muka bumi) adalah peperangan melawan hawa nafsu dirinya sendiri .” (HR.Thabrani al Baihaqi).

Pengendalian diri ketika berhadapan dengan orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita.  Nabi SAW bersabda, “Jika ada seseorang yang menghinamu (menantangmu), membodoh-bodohkanmu, maka katakanlah bahwa, aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa (tiga kali).”

Pengendalian diri ketika menyintai dan membenci sesuatu supaya tidak berlebih lebihan.  Rasulullah bersabda, ”Batasi kecintaanmu terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan membencinya suatu ketika. Dan batasi kebencianmu terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan membutuhkannya (mencintainya) suatu ketika.” (HR. Imam Tarmidzi)

b.      Keduakecerdasan sosial.  Kecerdasan dalam pengertian selalu memiliki rasa empati, simpati dan selalu ingin menolong orang yang mendapatkan kesulitan.  Kecerdasan sosial ini akan mengkikis habis sifat egois, kikir dan materialis, dan digantinya dengan sifat-sifat kedermawanan.  Puasa mengajarkan pada seseorang untuk  merasakan betapa beratnya lapar dan haus itu, sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.

c.      Ketiga.   kecerdasan spiritual.  Kecerdasan ini berkaitan dengan arah dan tujuan hidup yang jelas, yaitu bukan semata-mata ingin mendapatkan jabatan dan materi yang sebanyak-banyaknya

 Marilah kita laksanakan puasa dengan penuh kekhusukan, dengan memperhatikan empat syarat bagi diterimanya ibadah puasa , yaitu : selalu menjaga lisan, menjaga pendengaran, menjaga penglihatan , dan menjaga anggota badan. 

Puasa Non Islam

Puasa tidak hanya dilakukan oleh umat muslim saja, tetapi juga dilakukan oleh pemeluk agama lain. Puasa yang dilakukan umat Muslim adalah tidak makan dan minum serta tidak melepaskan syahwat sejak pagi (subuh) hingga malam (maghrib). Waktu pelaksanaan puasa pun telah ditentukan yaitu selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Berbeda dengan umat Muslim, maka pelaksanaan puasa yang dilakukan oleh umat Yahudi, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha mempunyai pola yang berbeda satu sama lain.

1.  YahudiOrang Yahudi diwajibkan berpuasa setiap tahunnya selama 6 hari. Pelaksanaannya dilakukan pada hari-hari penting, seperti Yom Kippur. Aturan puasa umat Yahudi yaitu selain tidak boleh makan, minum dan syahwat, juga dilarang memakai sepatu kulit dan tidak menggunakan parfum.

2.  Kristen. Bagi umat Kristen berpuasa lebih ditekankan pada menahan diri dari keinginan duniawi. Puasa ini biasa dikenal dengan istilah puasa daging (pertobatan melawan keinginan duniawi).  Waktu pelaksanaan puasa tidak tertentu dan dirahasiakan.  Umat ini mengajarkan, berpuasa sebisa mungkin tidak memberitahukan, waktunya di rahasiakan, jadi tidak tentu kapan akan di lakukan atau kapan akan memulai. Para penganut puasa ini menyamarkan agar tidak terlihat berpuasa terhadap orang lain.

3.  Kristen Protestan.  Sedangkan umat Kristen Protestan berpuasa menghindari kebiasaan apa saja yang disukai, seperti puasa nonton tv, atau puasa mendengarkan lagu selama 1 minggu, atau 1 bulan, atau dalam waktu tertentu. Dengan demikian puasa ini merupakan puasa dalam segala hal, kemudian juga menjadi rutinitas para pemeluk alirannya.  Puasa dilaksanakan selama seminggu atau sebulan.  Sedangkan waktu pelaksanaan puasa agama  Kristen Protestan  secara resmi tidak ada pengumuman resminya sehingga hanya di atur oleh  pendeta masing masing  Gereja sebagai penggembalanya.

4.  Katolik. Bagi pemeluk Katolik berpuasa dengan makan kenyang sekali dalam sehari (24 jam) tetapi boleh minum (tidak termasuk dalam rangkaian puasa), dan hanya diwajibkan bagi yang berumur 18-59 tahun. Puasa bagi umat katolik, kini lebih menekankan dalam soal menahan hal-hal dari keinginan duniawi, yaitu daging, seperti halnya puasa umat kristen di atas. Lebih sepesifik umat katolik puasa ini pantang tidak makan dan tidak minum, menahan nafsu, dan hal lain yang amat di sukai selama 40 hari menjelang paskah atau  di kenal masa pra paskah.


5.  Hindu. Umat Hindu berpuasa pada hari-hari tertentu yang tiap daerah berbeda.  Bisa jadi waktu puasa umat hindu di India dan Indonesia tidak sama, bahkan masing-masing desa di Balipun juga berbeda. Umat Hindu di Bali melakukan puasa dikenal dg istilah Nyepi, yaitu tidak menyalakan api dan tidak menyalakan sinar lampu, mereka bersemedi sehari penuh mulai jam enam pagi hingga esok hari.

6.  BudhaPuasa dalam Agama Buddha dikenal dengan istilah Uposatha. Puasa umat Budha dilakukan 4 kali dalam sebulan (seminggu sekali), yang dilakukan setelah siang hari (12.00) sampai esok pagi (06.00).  Aturan berpuasa umat Buddha adalah tidak boleh makan, tapi boleh minum. Selain dilarang makan juga dilarang berbohong, berhias, nonton hiburan, dan syahwat.

Kalau kita mengacu pada Alqur’an, maka puasa diperintahkan bagi orang-orang yang beriman.   QS. Al-Baqarah: 183, “Yaa ayuhal ladziina  aamanuu,  kutiba ’alaikumush shiyaam  -  Kamaa kutiba ’alal ladzina min qablikum -  La’allakum tattaquun, artinya ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”

Ayat tadi menjelaskan bahwa bukan hanya kita, umat Nabi Muhammad saja yang diperintahkan berpuasa, tetapi umat Nabi lainpun (sebelum kedatangan Rasulullah Saw)  juga diperintahkan berpuasa.    Bahkan pelaksanaan puasa bagi umat sebelum nabi Muhammad lebih berat bila dibandingkan dengan puasa kita sekarang.

 

Nabi Daud melaksanakan puasa yang paling berat, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka dalam satu tahun. 

 

Nabi Musa bersama kaumnya diwajibkan berpuasa empat puluh hari setiap tahun.

 

Nabi Isa menjalankan puasa wajib tiga hari setiap bulannya.  

 

Sedangkan Nabi Adam diperintahkan untuk tidak mendekati (dan memakan) buah khuldi selamanya, yang ditafsirkan sebagai bentuk puasa pada masa itu.  Puasa semacam ini jangan dianggap enteng, karena kita belum tahu apa itu buah khuldi, seberapa besar menggodanya, apalagi jangka waktunya tak terbatas (selamanya).  Sampai-sampai seorang nabipun jatuh tergoda.


Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Sulaiman hingga Nabi Isa diperintahkan Allah untuk berpuasa tiga hari setiap bulannya.   Nabi Muhammad saw. sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan.  Nabi Muhammad juga mengamalkan puasa Asyura (yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram) bersama masyarakat Quraisy yang lain. 

&&&&&


PUASA BINATANG

Puasa ternyata bukan hanya dilakukan oleh manusia, tetapi juga dilakukan oleh binatang. Beberapa jenis binatang, seperti unta, buaya, kura-kura, ayam betina, ular dan ulat juga berpuasa tidak makan dan minum.  Bahkan mereka bisa kuat menahan lapar dan haus sampai berbulan-bulan lamanya. Namun hakekat dan tujuannya masing-masing berbeda.

Di beberapa wilayah tropis yang ekstrem, adanya musim kemarau panjang yang membuat sungai, danau, dan tanaman menjadi kering. Dengan berkurangnya sumber makanan, binatang di daerah tropis pun menyesuaikan diri dengan berpindah tempat, berpuasa, bahkan ada yang bersifat kanibal (memakan "sesamanya" yang lebih lemah).

Untuk beradaptasi terhadap perubahan musim dan potensi kekurangan sumber makanan, Allah SWT melengkapinya dengan kemampuan untuk berpuasa.

Puasa pada musim dingin disebut dengan istilah hibernasi (tidur panjang pada musim dingin). Binatang-binatang yang melakukan hibernasi antara lain adalah: anjing laut, singa laut, penguin, ulat bulu, dan sebagainya. Detak jantung mereka berjalan lambat hingga 2% dibandingkan dengan detak jantung pada saat normal. Konsumsi oksigen mereka pun berkurang hingga 3% dari konsumsi normal.

Sebaliknya, di daerah dengan musim panas dan kering yang berkepanjangan, binatang-binatang di sekitarnya juga berpuasa. Selain karena langkanya sumber makanan, juga menghindari terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan). Puasa pada musim panas disebut dengan istilah aestivasi (tidur panjang pada musim panas). Binatang-binatang yang berpuasa pada musim panas, seperti buaya, ular, serangga, bekicot, keong, katak, kepiting, dan capung. Ada yang berpuasa beberapa hari saja, tapi ada pula yang berpuasa hingga enam tahun, seperti keong.

Beberapa hewan melakukan puasa dengan kondisi, kemampuan dan tujuan yang berbeda, antara lain sebagai berikut:

1. Unta.

 

Unta merupakan hewan yang sangat mengagumkan, ia memiliki daya tahan tubuh yang sangat luar biasa. Unta mampu bertahan hidup dalam kondisi ekstremdalam perjalanan menyusuri gurun beratus-ratus kilometer  tanpa makan dan minum.

 

Unta memiliki cadangan makanan yang berada di punuknya. Bagian tubuh tersebut menyimpan sekitar 40 kg cadangan lemak yang bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu. Tidak heran jika Unta mampu berpuasa hingga delapan hari tanpa makan dan minum.

Lemak yang terletak di punuk ini diambil sedikit demi sedikit hingga hewan ini bisa kehilangan berat tubuhnya. Jika punuknya mengecil, artinya persediaan makanan unta sudah mulai menampel. 

2.   Buaya.

Buaya merupakan reptil liar yang memiliki rekor sangat mengangumkan dalam menahan untuk tidak makan dan tidak minum

Buaya biasanya dapat bertahan hidup tanpa makan dan minum selama beberapa bulan. Dalam beberapa kasus ekstrim, buaya bisa bertahan hidup selama tiga tahun lamanya puasa tanpa makanan.  Menakjubkan!.


3. Bekicot.

Bekicot adalah binatang yang makan makanan dari lumut dan dari daun-daun yang gugur. Ketika musim kemarau, dimana pohon-pohonan pada mongering maka bekicot akan melakukan hibernasi (tidur panjang tanpa makan dan minum) selama satu musim.

4. Beruang.

Beruang merupakan salah satu mamalia yang tergolong ordo carnivora. Di musim dingin, beruang dapat melalukan kebiasaan abadinya yaitu hibernasi (tidur sepanjang musim) dan akan terbangun jika dia merasa lapar.

Meski tidak hibernasi sekalipun, beruang mampu bertahan tidak makan dan minum selama 10 minggu atau kurang lebih 3 bulan.

5.   Kukang.

Kukang juga merupakan hewan yang sering melakukan puasa. Hal ini dilakukan karena kukang merupakan hewan pemalas dan lebih suka tidur seharian tanpa makan dan minum meski suasana disekitarnya bising. 

Bisa dikatakan bahwa sebenarnya puasa yang dilakukan kukang lebih disebabkan oleh sifatnya yang pemalas.

Seekor kukang baru akan bangun dari tidurnya untuk mencari makan jika ia sudah benar-benar merasa lapar. Namun, setelah ia merasa kenyang dengan hasil makannya, kukang pun akan kembali tidur dan berpuasa kembali. 

6.   Ayam Betina.

Ayam betina melakukan puasa setiap kali mengerami telurnya selama 3 minggu. Dengan berpuasa suhu badan ayam akan meningkat sehingga telur yang dierami dapat menetas menjadi anak-anak ayam.

Selama puasa, ayam betina dengan sabar mengerami telur-telurnya hingga ia tidak bisa beraktivitas, seperti makan, minum, hingga membersihkan diri di bawah terik matahari. Ia harus tetap konsisten memberikan kehangatan kepada telur-telurnya sampai menetas.  Bila sang induk tidak sabar menjalani proses tersebut, telur-telur itu akan busuk dan, anak ayam yang dinantikannya akan mati.

7.  Ikan Mujahir.

Ikan Mujair ketika sedang beranak, dia memelihara dan menjaga anaknya dengan menyimpannya didalam mulut. Dalam melindungi anaknya ikan mujair berpuasa, walaupun didepan mulutnya ada makan, ditahannya seleranya, dia berpuasa.

8. Ular.

Ular melakukan puasa ketika ia telah berhasil menyantap mangsa yang lebih besar dari dirinya. Ular berpuasa bisa mencapai waktu dua sampai tiga minggu. Tujuannya adalah menjaga agar proses pencernaan tetap berjalan stabil.

Saat berpuasa penuh, biasanya ular tidak akan melakukan aktivitas apa-apa. Ular hanya akan bersembunyi dan berdiam diri saja, walaupun di depan matanya melintas kodok, ayam dan burung ia tetap tak mau memangsanya. Dan saat itulah ular mengalami proses biologi yang kita kenal dengan proses ganti kulit.

Ular akan mengganti kulitnya yang tua dan kusam, dan berubah menjadi kulit yang segar. Namun, setelah masa puasa berakhir, dan mendapatkan kulit baru, sang ular tampil menjadi makhluk yang lebih sehat, lebih kuat dan energik.  Ia akan lebih ganas, dan aktif dalam mencari mangsa.

9. Ulat.

Ulat adalah hewan yang mengalami metamorphosis (perubahan bentuk). Dalam proses metamorfosis itu ulat melakukan puasa lebih kurang 14 hingga 16 hari berada dalam kepompong yang kemudian berubah menjadi kupu-kupu.

Hasil akhir dari metamorphosis bagi ulat adalah keluar dari kepompong dengan wujud yang sama sekali berbeda menjadi binatang bersayap indah rupawan yaitu kupu-kupu.

Ulat yang awalnya menjijikan dan dikenal sebagai perusak tanaman tersebut, berubah menjadi kupu-kupu yang anggun dengan sayap yang berwarna-warni, juga bermanfaat bagi penyerbukan bunga.

------------

Di antara sekian banyak puasa hewan yang dapat kita ambil pelajaran agar puasa kita mencapai derajat takwa, ialah puasanya ULAR dan puasanya ULAT.

PUASA ULAR

Agar ular mampu menjaga kelangsungan hidupnya, salah satu yang harus dilakukan adalah harus mengganti kulitnya secara berkala.  Tidak serta merta ular bisa menanggalkan kulit lama. Ia harus berpuasa tanpa makan dalam kurun waktu tertentu. Setelah puasanya tunai, kulit luar terlepas dan muncullah kulit baru.

Hikmahnya:

1.  Wujud ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama.

2.  Makanan ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama.

3.  Cara Bergerak sebelum dan sesudah puasa tetap sama.

4.  Tabiat dan Sifat sebelum dan sesudah puasa tetap sama.

 

PUASA ULAT

Ulat termasuk hewan paling rakus. Karena hampir sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan. Tapi begitu sudah bosan makan, ia lakukan perubahan dengan cara berpuasa. Puasa yang benar-benar dipersiapkan untuk mengubah kualitas hidupnya. Karenanya ia asingkan diri, badannya dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon sehingga tak mungkin lagi melampiaskan hawa nafsu makannya.

Setelah berminggu-minggu puasa, maka keluarlah dari kokon seekor makhluk baru yang sangat indah bernama kupu-kupu.

Hikmahnya:

1.  Wujud ulat sesudah puasa berubah menjadi kupu-kupu (indah mempesona)

2.  Makanan ulat sesudah puasa berubah mengisap madu

3.  Cara Bergerak ketika masih jadi ulat menjalar, setelah puasa berubah terbang di awang-awang.

4.  Tabiat dan Sifat berubah total.

Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam pemakan daun. Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga.

Kesimpulan:

Apabila puasa yang dilaksanakan tidak membawa perubahan menuju kepada derajat yang lebih baik yaitu taqwa, maka puasa itu tak ubahnya seperti puasanya ular.   Tetapi apabila puasa itu dilakukan seperti puasanya ulat yang membawa perubahan menjadi kupu-kupu yang indah mempesona dapat terbang dan mengsihap sari pati bunga, maka itulah tujuan puasa agar menjadi bertaqwa.

Agar kita dapat berpuasa seperti kupu-kupu maka kita harus mengetahui hakekat puasa, yaitu mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan nafsu yang datang dari dalam maupun dari luar.

Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)

Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita menjaga empat hal, yaitu: Lisan, Pendengaran, Penglihatan, dan seluruh anggota badan dari perbuatan sia-sia, serta dari perbuatan yang keji dan kotor.  

Semoga ibadah puasa kita mampu menghijrahkan diri kita agar semakin.  Amin YRA.

http://www.ilmusiana.com/2016/05/tumbuhan-dan-binatang-juga-berpuasa.html

 

 

5 ALASAN BINATANG BERPUASA

Manusia dan Binatang Berpuasa.

Puasa (tidak makan dan minum) ternyata bukan hanya dilakukan oleh manusia, tetapi juga dilakukan oleh binatang. Beberapa jenis binatang, seperti buaya, beruang, penguin, singa laut, kura-kura, ular dan ulat juga berpuasa tidak makan dan minum bahkan sampai berbulan-bulan lamanya. 

Di beberapa wilayah tropis ada musim kemarau yang panjang, membuat sungai, danau, dan tanaman menjadi kering. Dengan berkurangnya sumber makanan, binatang di daerah tropis pun menyesuaikan diri dengan berpuasa atau berpindah tempat.

Untuk beradaptasi terhadap perubahan ilkim yang membuat sumber makanan berkurang bahkan habis, Allah SWT melengkapi binatang-binatang itu dengan kemampuan berpuasa.  Mereka melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang tanpa makan dan minum selama musim kering pangan. Binatang-binatang yang melakukan hibernasi antara lain adalah: beruang, singa laut, buaya, ular, bekicot, ulat bulu, penguin, dan sebagainya.

Model Puasa Beberapa Binatang

Beberapa binatang mampu melakukan puasa (tidak makan dan minum) dalam jangka waktu yang panjang, namun alasan dan hakekatnya yang berbeda.  Unta misalnya. Unta merupakan hewan yang sangat mengagumkan, ia memiliki daya tahan tubuh yang sangat luar biasa. Ia mampu bertahan hidup dalam kondisi ekstremdalam perjalanan menyusuri gurun beratus-ratus kilometer  tanpa makan dan minum.  Unta memiliki cadangan makanan berupa lemak  yang berada di punuknya yang bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu. Unta mampu berpuasa hingga delapan hari tanpa makan dan minum.

Lain lagi dengan buaya. Buaya merupakan reptil liar yang memiliki rekor sangat mengangumkan dalam menahan untuk tidak makan dan tidak minum. Ia dapat bertahan hidup tanpa makan dan minum selama beberapa bulan. Dalam beberapa kasus ekstrim, buaya bisa bertahan hidup selama tiga tahun lamanya tanpa makanan. 

Hampir serupa dengan buaya adalah beruang. Beruang merupakan salah satu mamalia yang tergolong ordo carnivora. Di musim dingin, beruang dapat melalukan kebiasaan abadinya yaitu hibernasi (tidur sepanjang musim) dan akan terbangun jika dia merasa lapar.  Meski tidak hibernasi sekalipun, beruang mampu bertahan tidak makan dan minum selama 10 minggu atau kurang lebih 3 bulan.

Lain halnya dengan ayam betina. Ayam betina melakukan puasa setiap kali mengerami telurnya selama 3 minggu. Dengan berpuasa suhu badan ayam akan meningkat sehingga telur yang dierami dapat menetas menjadi anak-anak ayam. Bila sang induk tidak sabar menjalani proses tersebut, telur-telur yang dieraminya akan busuk, dan anak ayam yang dinantikannya akan mati.

Sedangkan ular melakukan puasa ketika ia berhasil menyantap mangsa yang lebih besar dari dirinya. Ular berpuasa bisa mencapai waktu dua sampai tiga minggu.  Saat berpuasa penuh, biasanya ular tidak akan melakukan aktivitas apa-apa. Ular hanya akan bersembunyi dan berdiam diri. Dan saat itulah ular mengalami proses biologi yang kita kenal dengan proses ganti kulit.  Setelah masa puasa berakhir, dan mendapatkan kulit baru, sang ular akan lebih ganas, dan aktif dalam mencari mangsa.

Sementara ulat dalam berpuasa sangatlah berbeda. Ulat adalah hewan yang mengalami metamorphosis (perubahan bentuk). Dalam proses metamorfosis itu ulat melakukan puasa lebih kurang 14 hingga 16 hari berada dalam kepompong.  Hasil akhir dari metamorphosis bagi ulat adalah keluar dari kepompong dengan wujud yang sama sekali berbeda menjadi binatang bersayap indah rupawan yaitu kupu-kupu.

Alasan Binatang Berpuasa

Dari beberapa contoh puasa binatang diatas, kita bisa simpulkan bahwa ada beberapa model dan tujuan puasa tiap-tiap binatang yang berbeda.  Setidaknya ada 5 model dan tujuan binatang berpuasa, yaitu :

Pertama, puasa model BEKICOT dengan cara tidur (hibernasi) sepanjang musim, tujuan puasanya adalah untuk ‘bertahan hidup’. Puasa dengan hibernasi yang dilakukan oleh buaya dan beruang karena untuk bertahan hidup dalam menghadapi perubahan musim dan kehabisan sumber pangan. 

Kedua, puasa model ULAR dengan alasan untuk ‘peremajaan fisik (lahiriyah)’.  Puasa model ini dilakukan oleh ular yang setelah kenyang dengan makanan yang telah disantapnya ia berganti kulit yang baru, sehingga fisiknya menjadi muda kembali.

Ketiga, puasa model ONTA dengan tujuan untuk melakukan ‘aktivitas yang berat dan panjang’.  Onta mampu menempuh perjalanan yang jauh dengan kondisi medan yang ekstrem tanpa adanya makanan dan minuman.  

Keempat, puasa model AYAM BETINA dengan tujuan untuk ‘reproduksi (berkembang biak), demi kelangsungan generasi’. Puasa ini dilakukan oleh ayam betina yang mengerami telornya agar menetas menjadi anak ayam.  

Kelima, puasa model ULAT dengan tujuan untuk ‘peningkatan kualitas jati diri. Puasa ini dilakukan oleh ulat sehingga berubah wujud menjadi kupu-kupu yang bisa terbang.

 

Antara Puasa Ular dan Ulat

Di antara beberapa alasan puasa hewan itu, rupanya puasa yang dilakukan oleh ular dan ulat dapat kita ambil sebagai pelajaran.

ULAR berpuasa dalam rangka menjaga kelangsungan hidupnya, salah satu yang harus dilakukan adalah harus mengganti kulitnya secara berkala.  Tidak serta merta ular bisa menanggalkan kulit lama. Ia harus berpuasa tanpa makan dalam kurun waktu tertentu. Setelah puasanya tunai, kulit luar terlepas dan muncullah kulit baru.

Pengaruh puasa bagi ular adalah: Pertama, wujud ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Kedua, makanan ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Ketiga, cara bergerak sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Dan keempat, tabiat dan sifat sebelum dan sesudah puasa tetap sama.

ULAT berpuasa untuk mengubah kualitas hidupnya. Ulat termasuk hewan paling rakus. Karena hampir sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan. Tapi begitu sudah bosan makan, ia lakukan perubahan dengan jalan berpuasa.  Ia berpuasa dengan cara mengasingkan diri, badannya dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon sehingga tak mungkin lagi melampiaskan hawa nafsu makannya.  Setelah berminggu-minggu puasa, maka keluarlah dari kokon seekor makhluk baru yang sangat indah dan dapat terbang bernama kupu-kupu.

Pengaruh puasa bagi ulat adalah:  Pertama, wujud ulat sesudah puasa berubah menjadi kupu-kupu. Kedua, makanan ulat sesudah puasa berubah mengisap sari pati bunga. Ketiga, cara bergerak ketika masih jadi ulat menjalar, setelah jadi kupu-kupu bisa terbang.  Keempat, tabiat dan sifat berubah total. Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam pemakan daun. Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga.

Bagaimana Cara Berpuasa Seperti Ulat

Apabila puasa yang dilaksanakan tidak membawa perubahan kualitas diri menjadi pribadi yang  derajatnya lebih baik yaitu taqwa, maka puasa itu tak ubahnya seperti puasanya ular.   Tetapi apabila puasa itu berdampak pada perubahan prilaku dan karakter berakhlak mulia, sebagaimana hakekat dan tujuan puasa agar menjadi bertaqwa, maka itulah puasa ulat.

Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah (2): 183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”.

Agar kita dapat berpuasa sebagaimana ulat yang bisa berubah menjadi kupu-kupu, maka kita harus berpuasa secara benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.  Hakekat puasa sesungguhnya adalah pengendalian diri (self control) terhadap berbagai dorongan nafsu agar menjadi pribadi akhlakul karimah (berkarakter mulia).

Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)

Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa dalam rangka memperoleh taqwa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita tidak sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga harus mampu menjaga empat hal dari perbuatan tidak baik, kotor dan keji, yaitu: penglihatan, perkataan, pendengaran, dan aktivitas  tubuh.  Bahkan untuk menjadikan puasa yang benar-benar berkualitas adalah ditambah dengan menjaga hati dan pikiran dari sesuatu yang tidak baik.  

Semoga ibadah puasa kita mampu membawa perubahan jiwa menjadi berakhlak mulia.  Amin YRA.