Jumat, 31 Maret 2017

Radikalisme Sekuler

Pernyataan KH. Ma'ruf Amin di Republika online Senin 27 Maret 2017 menarik digarisbawahi. Beliau menyatakan bahwa radikalisme agama dan radikalisme sekuler merupakan ancaman serius bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Kelompok radikalisme agama merupakan gerakan yang dapat mengganti Pancasila dengan agama. Orang-orang yang terpengaruh paham tersebut tidak memiliki komitmen kebangsaan.

Sedangkan radikalisme sekuler adalah sekelompok orang yang mendeligitmasi agama, mereka ingin agama tak berkontribusi di dalam kehidupan.

Radikalisme agama selama ini sudah banyak dibahas. Bahkan negara telah membentuk badan khusus bernama Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) dan dilengkapi lagi sebuah detasemen khusus bernama Detasemen Khusus 88 (Densus 88).

Yang menarik adalah negara tidak mewaspadai bahaya radikalisme sekuler yang  juga bertentangan dengan ideologi negara Pancasila.  

Sampai saat ini tidak ada aparat negara yang berteriak keras tentang perlunya mewaspadai paham radikalisme sekuler yang merebak di Indonesia.

Tidak ada dibentuk badan khusus penanggulangan bahaya sekulerisme. Tidak ada detasemen khusus yang ditugaskan untuk itu.

Apa itu radikalisme sekuler?

Harvey Cox, seorang pakar sekulerisme, merumuskan 3 pilar sekulerisme, yaitu:
1. Dischanment of nature,
2. Desacralization of politics, dan
3. Deconsecration of values.

Dischanment of nature
Artinya kehidupan dunia harus disterilkan dari pengaruh ruhani dan agama.
Sekuler liberal membatasi peran agama sebatas persoalan personal.
Agama hanya cukup sampai dinding masjid atau gereja. Di luar itu, akal manusia lah tuhannya.
Sekuler radikal ingin menyingkirkan agama dari kehidupan.  Ini beti (beda tipis) dengan komunisme.

Desacralization of politics
Artinya dunia politik harus dikosongkan dari pengaruh agama dan nilai spiritual.
Politik se-mata2 urusan akal manusia.
Agama dan segala simbolnya dilarang terlibat dalam urusan politik.
Agama sendiri, politik itu wilayah tersendiri yang harus dipisahkan.
Keduanya tidak bisa disatukan.

Deconsecration of values
Maksudnya tidak ada kebenaran mutlak. Nilai-nilai bersifat relatif.
Doktrin ini menisbikan kebenaran yg ada dalam kitab2 suci.
Bagi mereka kitab suci itu hanya buatan manusia.
Oleh karena itu penganut paham ini suka mengolok-ngolok kitab suci mereka sendiri, termasuk kitab suci orang lain.

Mudah- mudahan Indonesia bebas dari ancaman ideologi sekuler radikal ini. 
Wallahu a'lam bishshawwab.


*** Taufiequrachman Ruki (Irjen Pol. (Purn), Mantan Ketua KPK).

Kamis, 30 Maret 2017

Potret Buruk Islam - Sepuluh Tesis Anti Kebencian (Feinbild Islam – Zehn Thesen gegen Hass)

Seorang politikus dari partai CDU (Kristen-Demokrat) yang pernah 18 tahun duduk di parlemen Jerman, Jürgen Todenhöfer, telah membaca Quran.  Setelah membaca, mengamati dan berpikir, ia menulis. Hasilnya: sebuah buku “Feinbild Islam – Zehn Thesen gegen Hass” (Potret Buruk Islam - Sepuluh Tesis Anti  Kebencian), yang terbit di akhir tahun 2011. Berikut ringkasannya:

1. Barat Lebih “Brutal“ dari Dunia Islam

Todenhöfer, dalam tesis pertama, mengingatkan fakta sejarah yang sering terlupa di dua abad terakhir. Barat jauh lebih brutal daripada dunia Muslim. Jutaan warga sipil Arab tewas sejak kolonialisme dimulai. Atas nama kolonialisasi, Prancis pernah membunuh lebih dari dua juta penduduk sipil di Aljazair, dalam kurun waktu 130 tahun.   Atas nama kolonialisasi, Italia pernah menggunakan phosphor dan gas mustard untuk menghabisi penduduk sipil di Libya. Atas nama kolonialisasi, Spanyol juga pernah menggunakan senajata kimia di Marokko.

Tidak berbeda di era setelah perang dunia kedua. Dalam invansi Perang Teluk kedua, semenjak tahun 2003, UNICEF menyebutkan, 1,5 juta penduduk sipil Irak terbunuh. Sepertiganya anak-anak. Tidak sedikit dari korban terkontaminasi amunisi uranium. Di Baghdad, hampir setiap rumah kehilangan satu anggota keluarganya.

Sebaliknya, di dua abad terakhir, tidak satu pun negara islam menyerang, mengintervensi, mengkolonialisasi Barat. Perbandingan jumlah korban mati (dunia Islam: dunia Barat) adalah 10:1. Problema besar dunia, di dua abad belakangan ini, bukan kebrutalan Islam, tapi kebrutalan beberapa negara-negara Barat.

2. Mempromosikan Anti-Terorisme, Melahirkan Terorisme

Terorisme jelas tidak dibenarkan. Menilik secara objektiv, terorisme justru lahir dari politik anti-terorisme Barat yang keliru. "Seorang pemuda muslim," tulis Todenhöfer, "yang secara rutin memantau berita di televisi, hari demi hari, tahun demi tahun, akan situasi di Irak, Afghanistan, Pakistan, Palestina dan di tempat lain, di mana perempuan, anak-anak dan penduduk sipil, dihabisi oleh Barat dengan brutal, justru diprovokasi untuk menjadi seorang teroris."

Beruntung saja, sebagian besar pemuda islam tidak terpancing. Mereka memilih jalan yang berbeda. Di Tunisia, Mesir, Libya, Marokko, dan negara-negara muslim lainnya, mereka menjawab ketidak-adilan yang menimpa mereka melalui jalan demokrasi dan teriakan kebebasan, bukan teror dan kekerasan.

3. Terorisme: Fenomena Dunia, Bukan Fenomena Islam

Pemeo favorit di setiap diskursi bertemakan terorisme: “Tidak setiap muslim teroris, tapi seluruh teroris adalah muslim.” Selain jauh dari benar, dengan data dan fakta, propaganda ini mudah dipatahkan.

Data resmi Badan Kepolisian Eropa, Europol, menyebutkan: Dari 249 aksi teror di tahun 2010, hanya tiga yang pelakunya berlatar belakang Islam. Bukan 200, bukan 100 – tapi tiga! Data di tahun-tahun sebelumnya, juga tidak kalah mengejutkan: Dari 294 aksi terror di tahun 2009, hanya satu yang berlatar belakang Islam. Hanya satu dari 515 aksi teror di tahun 2008. Hanya empat dari 583 di tahun 2007.

4. Hukum Internasional untuk Semua

Di hadapan hukum internasional, dunia Barat selalu mentematisir, dan merekam dengan baik, 3500 korban terorisme yang jatuh atas nama “teror-Islam“ semenjak pertengahan 1990-an (termasuk korban WTC, pada 11/9). Tapi mengapa ratusan-ribu warga sipil yang terbunuh dalam intervensi di Irak tidak pernah ditematisir?

Lebih jauh, Todenhöfer bertanya kritis: “mengapa elite Barat, tidak pernah sekalipun menimbang; membawa George W. Bush dan Tony Blair ke hadapan mahkamah internasional, atas serangan sepihaknya ke Irak? Apakah hukum internasional hanya berlaku untuk orang-orang non-Barat?“

Perang, bukan jawaban untuk aksi-aksi terorisme. Perang, hanya manis untuk mereka yang tidak mengenalnya. Teroris yang membunuh orang-orang tidak berdosa, bukanlah pejuang kebebasan, bukan pahlawan, bukan pula syuhada. Mereka mengkhianati agama mereka. Mereka adalah pembunuh.

5. Muslim, Toleransi dan “Perang Suci“

Bukan Muslim, yang atas nama kolonialisasi membunuh 50 juta nyawa di seantero Afrika dan Asia. Bukan Muslim, yang atas nama perang dunia pertama dan kedua menghabiskan 70 juta nyawa. Bukan pula Muslim, yang menggencarkan genosida terhadap 6 juta orang-orang Yahudi.

Islam tidak mengenal kata suci dalam kaitannya dengan perang. Jihad bermakna sungguh-sungguh di jalan Tuhan. Tidak ada satu tempat pun di Quran yang memaknakan jihad dengan perang suci. Karena perang tidak pernah suci, dan kesucian hanya ada di jalan perdamaian.

6. Kontekstual Quran dan Islam-Teroris

Permasalahan besar dalam perdebatan Quran di dunia Barat, adalah setiap orang bernafsu membicarakannya, sangat-sangat sedikit yang pernah membacanya.

Sebagian besar mereka tidak lagi rasional dan ilmiah. Hanya mengutip beberapa tekstual yang mengesankan islam pro “perang” tanpa pernah mau tahu konteksnya. Padahal pesan-pesan Quran yang dikesankan seperti itu, spesifik diterima Muhammad, dalam konteks perlawanan antara penduduk Mekkah dan Madinah, waktu itu.

Seperti Musa dan Isa, Muhammad tidak dilahirkan pada situasi dunia yang sedang vakum, apalagi damai. Mereka hadir pada saat moralitas dunia bobrok, penuh perang, perjuangan dan perlawanan.  Adalah sangat lumrah beberapa tekstual yang terkesan pro “perang” itu bisa ditemukan di Quran, semudah bisa ditemukan di kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru.

Secara semantis, diksi “islam-teroris”, “kristen-teroris” atau “yahudi-teroris” adalah sebuah penyesatan bahasa. Terorisme, menurut Todenhöfer, berdiri di atas instrumen setan, tidak boleh dikaitkan dengan kesucian Tuhan dan keagamaan. Memang benar, di dalam Islam, Kristen, atau Yahudi ada ideologi teror - tapi bukan ajaran agamanya. Ideologi ini tidak mengantarkan mereka ke surga, tapi ke neraka.

7. Fakta atau fake ?

Kalimat andalan kritikus anti-Islam di barat: “siapa yang menginginkan panggilan azan terdengar di kota-kota kami, harus membiarkan juga lonceng gereja berbunyi di kota-kota mereka!" Padahal nyatanya: Di Teheran, semisal, berdiri banyak gereja. Loncengnya berbunyi tidak jarang, dan tidak pelan. Lebih jauh, anak-anak kristen memiliki pelajaran agamanya sendiri (sesuatu yang luxus untuk anak-anak muslim di Barat).

Barat megidentifikasi jilbab sebagai simbol pengekangan dan ketertindasan. Dari survey resmi, wanita-wanita pemakai jilbab, yang begitu dipedulikan barat itu, justru berkata bukan (tetapi atas kesadaran pribadi). Sinisme jilbab, sebagian besar justru datang dari mereka yang tidak berjilbab dan anti-jilbab. Memaksa seseorang berjilbab, jelas menyalahi hak asasi. Tidak jauh berbeda, dari prosesi pemaksaan untuk melepasnya.

Barat menuduh perempuan-perempuan islam tidak berpendidikan. Fakta dari dunia islam menjawab lain. Secara statistis, perempuan di negara-negara mayoritas islam, justru lebih berpendidikan dibanding Barat: 30% Profesor di Mesir perempuan, padahal di Jerman jumlahnya hanya sekitar 20%. Lebih dari 60% mahasiswa di Iran adalah perempuan. Di Uni Emirat Arab, sudah semenjak tahun 2007, mahasiswa perempuan menginjak angka yang sulit dipercaya: 77%.

8. Seorang Muslim = Seorang Yahudi = Seorang Kristen

Tidak ada seorang bayi pun terlahir sebagai seorang teroris. Barat harus memperlakukan seorang Muslim, persis seperti seperti mereka memperlakukan seorang Kristen atau Yahudi.

Tidak jarang kita dengar politikus dan aktivis Barat, demonstratif, mengumbar kalimat penuh kebencian terhadap Islam. Frank Graham, penasehat George W. Bush, menyebut Islam sebagai “agama iblis dan sihir”. Politikus kanan Belanda, Geert Wilders, menyebut Islam sebagai “agama fasis”. Thilo Sarrazin, politikus Jerman memberikan thesis: “secara genetis, anak-anak dari keluarga Islam, dilahirkan di bawah tingkat kecerdasan rata-rata.”

Bayangkan sejenak, jika Frank Graham, Greet Wilders, dan Thilo Sarrazin mengganti objek tesis-nya bukan kepada "Islam", tetapi menjadi "Yahudi" atau “Kristen”. Tidakkah ucapan seperti itu akan menjadi badai kemarahan yang dahsyat? Mengapa Barat boleh mengatakan hal-hal penuh fasistik dan rassist terhadap Islam, yang justru di kalangan orang-orang Kristen dan Yahudi sesuatu yang tabu? Barat harus mengakhiri demonisasi Islam dan Muslim.

9. Muslim Melawan Teror

Di tesis kesembilan, Todenhöfer mengajak umat Islam, melalui sebuah reformasi sosial, menjejak Nabi Muhammad yang berjuang untuk sebuah Islam yang beradab dan toleran. Untuk tatanan ekonomi dan politik yang dinamis, bukan statis – sambil mempertahankan identitas keagamaannya. Untuk persamaan yang penuh, pria dan wanita. Untuk kebebasan beragama yang nyata.

Tidak seperti politikus umumnya, Muhammad, bukan seorang reaksioner. Dia adalah seorang revolusioner, berani berpikir dan berani mematahkan belenggu tradisi. Islam di masa Muhammad bukanlah agama stagnan, apalagi regresif, tetapi pembaruan dan perubahan. Muhammad berjuang untuk perubahan sosial, ia pahlawan orang miskin dan orang lemah. Dia mengangkat hak-hak kaum perempuan, yang di periode sebelumnya nyaris tidak ada.

Muhammad bukan seorang fanatik atau seorang ekstrimis. Dia hanya ingin membawa orang-orang Arab, yang kala itu terjebak pada belenggu politeistik, untuk kembali ke sumber aslinya yang murni, agama Ibrahim, persis seperti yang disuarakan Musa dan Isa.

Terorisme, yang berada di sekelumit dunia Islam pada hari ini adalah distorsi ajaran Muhammad. Ini adalah kejahatan melawan Islam. Dunia Islam tidak boleh membiarkan citra baik Islam, yang dibangun Muhammad 14 abad yang lalu, dihancurkan seketika oleh ideologi kriminal ini. Dunia Islam perlu memerangi ideologi terorisme ini, persis seperti Muhammad memerangi berhala-berhala dari periode pra-Islam.

10. Politik Bukan Perang

Kalimat bijak pernah mengajarkan: "ketika kamu tidak bisa menaklukan musuhmu, peluk dia!"

Masalah kompleks di Timur tengah, hanya bisa diselesaikan dengan jalur politik, bukan dengan perang. Barat harus membuka pintu diskusi yang lebih lebar untuk dunia Islam. Barat harus membuka ruang bilateral dan unilateral lebih besar untuk negara-negara Arab. Kesatuan dan stabilitas yang perah terjadi di Uni Eropa, nyatanya, tidak berdiri di atas invansi senjata, tapi di atas politik diplomatisasi yang penuh visi.

Sebuah visi akan sebuah dunia, yang setiap negara di dalamnya dihargai. Sebuah penghargaan yang tanpa diskriminasi. Politik anti-diskriminasi yang dibangun di atas keadilan dan kebebasan, bukan perang, apalagi penindasan.***
-----


ditulis Yudi Nurul Ihsan, Mahasiswa Indonesia S3 di Jerman.

Rabu, 29 Maret 2017

Islam dan Terorisme


Piere Vogel alias Sholahuddin Abu Hamzah, seorang da’i di Jerman, pernah dicecar pertanyaan oleh wartawan tentang keterkaitan Islam dengan terorisme.

Maka beliaupun menjawab;

~ Siapakah yang memulai Perang Dunia I ? Apakah kaum muslimin?

~ Siapakah yang menyalakan Perang Dunia II ? Apakah kaum muslimin?

~ Siapakah yang membunuh 20 juta jiwa penduduk asli Australia? Apakah kaum muslimin?

~ Siapakah yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima Nagasaki? Apakah kaum muslimin?

~ Siapakah yang membunuh lebih dari 100 juta jiwa suku Indian kulit merah yang merupakan penduduk asli benua Amerika? Apakah kaum muslimin?

~ Siapakah yang melakukan perbudakan terhadap kurang lebih 180 juta jiwa orang Afrika dan 88 % dari mereka akhirnya meninggal dunia kemudian mayat mereka di buang ke laut samudera? Apakah kaum muslimin?

Tidak. Semua itu tidak dilakukan oleh kaum muslimin...!!!

Sebelumnya, kamu harus tentukan apa definisi teroris dengan benar.

Jika suatu kesalahan dilakukan oleh non muslim, hal itu hanya disebut tindak kriminal.
Akan tetapi, ketika kesalahan yang sama dilakukan seorang muslim, ia langsung divonis sebagai teroris.

Maka dari itu, janganlah kamu membandingkan sessuatu dengan standar ganda.
Dengan begitu, akan kamu ketahui siapa teroris sesungguhnya...!!


(Writed by: M Faishal Fadhli a.k.a Ichang Stranger)

Kata-Kata Serapan Dari Bahasa Arab

Menurut penelitian, kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab sangat banyak. Jumlahnya diperkirakan mencapai 2000 - 3000 kata. Segaian kata-kata Arab ini masih utuh, dalam artian sama antara pengucapan lafal dan maknanya, dan ada sebagian lagi yang berubah.
.
Dan jika ingin diklasifikasikan dari segi perubahannya, maka bisa kita bagi menjadi 3 :
.
🌴 Lafal dan sesuai dengan aslinya. artinya tetap.
🌴 Lafal dan arti berubah dari lafal dan arti semula.
🌴 Lafalnya benar, artinya berubah.
.
Dan berikut ini contoh-contoh dari sebagian kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Arab :
.
A
Abadi ( ﺃﺑﺪﻱ )
Adat ( ﻋﺎﺩﺓ )
Adil ( ﻋﺎﺩﻝ )
Ahad ( ﺃﺣﺪ )
Ahli ( ﺃﻫﻞ )
Aib ( ﻋﻴﺐ )
Ajal ( ﺃﺟﻞ )
Akal ( ﻋﻘﻞ )
Akhir ( أخير )
Akhlak ( أخلاق )
Akrab ( ﺃﻗﺮﺏ )
Alamat ( ﻉﻻﻣﺔ )
Amanah ( ﺃﻣﺎﻧﺔ )
Alam ( ﻋﺎﻟﻢ )
Alat ( ﺁﻟﺔ )
Asal ( ﺃﺻﻞ )
Asli ( ﺃﺻﻠﻲ )
Awal ( ﺃﻭﻝ )
B
Bab ( ﺑﺎﺏ )
Badan ( ﺑﺪﻥ )
Bahas ( بحث )
Batin ( ﺑﺎﻁﻥ )
Batal ( ﺑﻄﻞ )
Bait ( ﺑﻴﺖ )
Bakhil ( بخيل )
Bala ( ﺑﻼﺀ )
C
D
Dahsyat ( ﺩﻫﺸﺔ )
Dakwah ( ﺩﻋﻮﺓ )
Dai ( ﺩﺍﻋﻲ )
Doa ( ﺩﻋﺎﺀ )
Daerah ( ﺩﺍﺋﺮﺓ )
Dewan ( ﺩﻳﻮﺍﻥ )
Daftar ( ﺩﻓﺘﺮ )
Dalil ( ﺩﻟﻴﻞ )
Daur ( ﺩﻭﺭ )
Derajat ( ﺩﺭﺟﺔ )
Dunia ( دنيا )
Dzikir ( ﺫﻛﺮ )
E
F
Faidah ( ﻓﺎﺋﺪﺓ )
Fakir ( ﻓﻘﻴﺮ )
Fana ( ﻓﻨﺎﺀ )
Fikir ( ﻓﻜﺮ )
Fitnah ( فتنة )
Fithrah ( ﻓﻄﺮﺓ )
G
Ghaib ( ﻏﺎﺋﺐ )
Gamis ( قميص )
H
Hadiah ( هدية )
Hal ( ﺣﺎﻝ )
Hadir ( ﺣﺎﺿﺮ )
Hasad ( ﺣﺴﺪ )
Haid ( ﺣﻴﺾ )
Hajat ( ﺣﺎﺟﺔ )
Hamil ( ﺣﺎﻣﻞ )
Haram ( حرﺍﻡ )
Hasil ( ﺣﺎﺻﻞ )
Hewan ( ﺣﻴﻮﺍﻥ )
Hidayah ( ﻫﺪﺍﻳﺔ )
Hijrah ( ﻫﺠﺮﺓ )
Hukum ( ﺣﻜﻢ )
Hakim ( ﺣﺎﻛﻢ )
Hak ( ﺣﻖ )
Hakikat ( ﺣﻘﻴﻘﺔ )
Hayat ( ﺣﻴﺎﺓ )
Hibah ( ﻫﺒﺔ )
Hikayat ( ﺣﻜﺎﻳﺔ )
Hikmah ( ﺣﻜﻤﺔ )
Hormat ( ﺣﺮﻣﺔ )
Hina ( ﻫﻴﻦ )
Huruf ( ﺣﺮﻭﻑ )
I
Ilmu ( ﻋﻠﻢ )
Ilmiah ( ﻋﻠﻤﻴﺔ )
Iman ( ﺇﻳﻤﺎﻥ )
Insan ( ﺇﻧﺴﺎﻥ )
Istilah ( ﺍﺻﻄﻼﺡ )
Istirahat ( ﺍﺳﺘﺮﺍﺣﺔ )
Isyarat ( ﺇﺷﺎﺭﺓ )
J
Jadwal ( ﺟﺪﻭﻝ )
Jamaah ( ﺟﻤﺎﻋﺔ )
Jasad ( ﺟﺴﺪ )
Jawab ( ﺟﻮﺍﺏ )
Jenis ( ﺟﻨﺲ )
Jilid ( ﺟﻠﺪ )
Jumat ( ﺟﻤﻌﺔ )
K
Kabar ( ﺧﺒﺮ )
Kalam ( ﻛﻼﻡ )
Kalang kabut ( العنكبوت)
Kalimat ( ﻛﻠﻤﺔ )
Kalbu ( ﻗﻠﺐ )
Kamis ( ﺧﻤﻴﺲ )
Kamus ( ﻗﺎﻣﻮﺱ )
Karib ( ﻗﺮﻳﺐ )
Kertas ( ﻗﺮﻃﺎﺱ )
Kias ( ﻗﻴﺎﺱ )
Kisah ( ﻗﺼﺔ )
Kitab ( ﻛﺘﺎﺏ )
Kuliah ( ﻛﻠﻴﺔ )
Kuburan ( ﻗﺒﺮ )
Kursi ( ﻛﺮﺳﻲ )
L
Lisan ( ﻟﺴﺎﻥ )
Laik ( لائق )
M
Madrasah ( ﻣﺪﺭﺳﺔ )
Majalah ( ﻣﺠﻠﺔ )
Majlis ( ﻣﺠﻠﺲ )
Makalah ( ﻣﻘﺎﻟﺔ )
Makhluk ( ﻣﺨﻠﻮﻕ )
Maklum ( ﻣﻌﻠﻮﻡ )
Makna ( ﻣﻌﻨﻰ )
Makruf ( ﻣﻌﺮﻭﻑ )
Maksud ( ﻣﻘﺼﻮﺩ )
Malaikat ( ﻣﻼﺋﻜﺔ )
Markaz ( ﻣﺮﻛﺰ )
Masalah ( ﻣﺴﺄﻟﺔ )
Masjid ( ﻣﺴﺠﺪ )
Mati ( ﻣﻴﺖ )
Misal ( ﻣﺜﺎﻝ )
Miskin ( ﻣﺴﻜﻴﻦ )
Mungkin ( ﻣﻤﻜﻦ )
Munkar ( ﻣﻨﻜﺮ )
Mustahil ( ﻣﺴﺘﺤﻴﻞ )
Musibah ( ﻣﺼﻴﺒﺔ )
Mushalla ( ﻣﺼﻠﻰ )
Musyawarah ( ﻣﺸﺎﻭﺭﺓ )
N
Nabi ( ﻧﺒﻲ )
Nasib ( نصيب )
Najis ( نجس )
Nikmat ( نعمة )
Nafas ( ﻧﻔﺲ )
Nasab ( ﻧﺴﺐ )
Nafkah ( ﻧﻔﻘﺔ )
Nikah ( ﻧﻜﺎﺡ )
Noktah ( ﻧﻘﻄﺔ )
O
P
Paham ( ﻓﻬﻢ )
Pasal ( ﻑﺻﻞ )
Pikir ( ﻓﻜﺮ )
Q
R
Rahmat ( ﺭﺣﻤﺔ )
Rahim (رحم )
Rasul ( ﺭﺳﻮﻝ )
Rejeki ( ﺭﺯﻕ )
Riwayat ( ﺭﻭﺍﻳﺔ )
Rabu ( ﺃﺭﺑﻌﺎﺀ )
Rakyat ( ﺭﻋﻴﺔ )
Risalah ( ﺭﺳﺎﻟﺔ )
Ruh ( ﺭﻭﺡ )
Rujuk ( ﺭﺟﻮﻉ )
S
Saat ( ﺳﺎﻋﺔ )
Sabar ( صبر )
Sabtu ( ﺳﺒﺖ )
Sabun ( ﺻﺎﺑﻮﻥ )
Sah ( ﺻﺢ )
Safar ( ﺳﻔﺮ )
Sahabat ( ﺻﺤﺎﺑﺔ )
Salam ( سلاﻡ )
Salju ( ﺛﻠﺞ )
Sehat (صحة )
Sajak ( سجع )
Sedekah ( ﺻﺪﻗﺔ )
Sekarat ( ﺳﻜﺮﺍﺕ )
Serikat ( ﺷﺮﺍﻛﺔ )
Sebab (سبب  )
Silaturrahmi ( ﺻﻠﺔ ﺍﻟﺮﺣﻢ )
Sihir ( ﺳﺤﺮ )
Sujud (سجوﺩ )
Surat ( ﺳﻮﺭﺓ )
Syirik ( ﺷﺮﻙ )
Syukur ( ﺷﻜﺮ )
Selamat ( ﺳﻼﻣﺔ )
Senin ( ﺍﺛﻨﻴﻦ )
Selasa ( ﺛﻼﺛﺎﺀ )
Setan ( ﺷﻴﻄﻠﻦ )
Siasat ( ﺳﻴﺎﺳﺔ )
Sifat ( ﺻﻔﺔ )
Silsilah ( ﺳﻠﺴﻠﺔ )
Shalat ( ﺻﻼﺓ )
Soal ( ﺳﺆﺍﻝ )
Sohib ( ﺻﺎﺣﺐ )
Sulthan ( ﺳﻠﻄﺎﻥ )
Sunnah ( ﺳﻨﺔ )
Syarat ( ﺷﺮﻁ )
Syair ( ﺷﺎﻋﺮ )
T
Taat ( ﻃﺎﻋﺔ )
Tabiat ( ﻃﺒﻴﻌﺔ )
Tauhid ( ﺗﻮﺣﻴﺪ )
Tabib ( ﻁﺑﻴﺐ )
Takhayul ( ﺗﺨﻴﻞ )
Takabbur( ﺗﻜﺒﺮ )
Takdir ( ﺗﻘﺪﻳﺮ )
Tawakkal( ﺗﻮﻛﻞ )
Tawadhu( ﺗﻮﺍﺿﻊ )
Tamak ( ﻁﻣﻊ )
Tamat ( ﺗﻢﺕ )
Taubat ( ﺗﻮﺑﺔ )
Telaah ( ﻡﻃﺎﻟﻌﺔ )
Tertib ( ﺗﺮﺗﻴﺐ )
Tafsir ( ﺗﻔﺴﻴﺮ )
U
Umat ( ﺃﻣﺔ )
Umum ( ﻋﻤﻮﻡ )
Umur ( ﻋﻤﺮ )
Unsur ( ﻋﻨﺼﺮ )
Ustadz ( ﺃﺳﺘﺎﺫ )
V
W
Wasit ( ﻭﺍﺳﻂ )
Was-was  ( ﻭﺳﻮﺍﺱ )
Wajah ( ﻭﺟﻪ )
Wajib ( ﻭﺍﺟﺐ )
Wakil (وكيل )
Waktu ( ﻭﻗﺖ )
Wali ( ﻭﺍﻟﻰ )
Warisan ( ﻭﺭﺍﺛﺔ )
Wilayah ( ﻭﻻﻳﺔ )
Wujud ( ﻭﺟﻮﺩ )
X
Y
Yakin (يقين )
Yakni ( ﻳﻌﻨﻲ )
Yatim ( يتيم )
Z
Zalim ( ﻇﺎﻟﻢ )
Zakat ( ﺯﻛﺎﺓ )
Zaman ( ﺯﻣﺎﻥ )
Ziarah ( ﺯﻳﺎﺭﺓ )
Zuhud (زهد )
.
Demikian contoh kata-kata serapan dari bahasa Arab. Semoga ilmu ini bisa menambah wawasan kita.