Rabu, 20 Maret 2024

Tausiyah: Keutamaan Sedekah

1. Dialog Nabi Musa dengan Allah Ta'ala 

Dalam kitab Mukasyafatul QulubImam Al Ghazali, menceritakan dialog antara Nabi Musa As dengan Allah SWT. 

Nabi Musa adalah nabi yang mendapat gelar “Kalimullah”, artinya nabi yang dapat berkomunikasi langsung dengan Allah Ta'ala, (seperti Nabi Muhammad ketika Isra' Mi'raj). Sementara nabi yang lain berkomunikasi dengan Allah melalui perantara malaikat Jibril. 

Dalam dialog yang dikisahkan oleh Imam Al Ghazali itu, Nabi Musa terkesan 'kepo', ingin tau tentang sesuatu yang sebenarnya nampak remeh, tetapi ternyata mempunyai hikmah besar bagi kita semua. 

 

Musa : "Wahai Rabb, aku selalu menunaikan ibadah kepada-MU.  Aku ingin tahu, manakah diantara ibadahku yang membuat Engkau senang. Apakah SHALAT-ku?

Allah: "Sholat mu itu untukmu sendiri. Karena shalat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.”

 

Musa : “Apakah DZIKIR-ku?”

Allah:  “Dzikirmu itu untukmu sendiri. Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang.”

 

Musa : “PUASA-ku ?

Allah : “Puasamu itu untukmu sendiri. Karena puasa melatih diri memerangi hawa nafsumu"

 

Musa: ”Lalu ibadah apa yang membuat Engkau senang ya Allah?"

Allah: ”SEDEKAH. Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya Aku berada disampingnya. "


Dari dialog tersebut, kita pahami bahwa ternyata shalat, puasa dan dzikir masih belum membuat Allah menjadi senang, meski ibadah tersebut sangat tinggi nilai pahalanya. 

Kenapa demikian? Karena ibadah tersebut hanya berdampak baik terhadap pribadi pelakunya, tetapi tidak mengandung manfaat bagi orang lain. 

Sedangkan sedekah merupakan amal perbuatan yang bukan hanya berpahala bagi dirinya, tetapi juga membuat bahagia orang laindisitulah membuat Allah menjadi senang.

 

2. Amalan Yang Paling Dicintai Allah 

Tentang keistimewaan sedekah juga dijelaskan dalam sebuah hadis nabi:

Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai oleh Allah? 

Maka nabi Saw menjawab: idkhol al-surur ‘ala qolbi al-mu’min“  yaitu memasukkan rasa gembira kedalam hati orang mukmin (yang sedang mengalami kesusahan), yaitu: melepaskan kesulitannya, atau menghilangkan kelaparannya, atau melunasi hutangnya. 

Saking tingginya nilai kecintaan Allah Ta'ala terhadap amalan itu, sampai² Nabi menegaskan, "Aku lebih suka membantu saudaraku sesama muslim (yang sedang mengalami kesulitan) daripada beriktikaf di masjid ini (Nabawi) selama sebulan penuh". (HR. Ath Thabrani). 

Amal perbuatan yang membahagiakan orang lain, terutama yang sedang mengalami kesulitan, adalah perbuatan yang sangat disukai oleh Allah Ta’ala. 

 

3. Penyesalan Terhebat 

Tentang keistimewaan sedekah juga digambarkan dalam dalam Al Quran, bahwa seorang hamba Allah yang tengah menghadapi kematian ia memohon kepada Allah Swt agar waktu kematiannya ditunda sesaat lagi.   

Kematian ditunda untuk apa?  

Rabbi - Lau laa akhortanii ilaa ajalin qarib - Fa ash Shadaqa"  

artinya : Ya Tuhan-ku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah. (QS. Al Munafiqun ayat 10) 

Ia ingin waktu kematiannya ditangguhkan BUKAN untuk menegakkan shalat, bukan untuk puasa, dan bukan pula untuk pergi haji, TETAPI untuk SEDEKAH. 

Kenapa sedekah? Karena sedekah, selain amalan yang sangat dicintai Allah, juga merupakan amal kebajikan yang pahalanya akan terus mengalir meskipun ia sudah meninggalkan dunia. 

Sedangkan shalat, puasa, dan haji meskipun ibadah mulia yang pahalanya sangat besar, namun pahalanya hanya diberikan oleh Allah hanya sekali saat ia masih hidup. 

Sedekah...membahagiakan orang lain dan membahagiakan diri pribadi.

 

4. Tiga Ibadah Utama 

Dalam Islam ada tiga ibadah utama atau ibadah pokok, yaitu Shalat, Puasa dan Sedekah. Ketiganya harus ditunaikan semuanya secara seimbang. Bila salah satu ditinggalkan maka sia-sialah yang ibadah lainnya.  

Abdul Aziz bin Umair RA berkata,  Shalat hanya mengantarkanmu sampai setengah perjalanan surga. Puasa mengantarkanmu hingga ke depan pintu surga. Dan sedekah memasukanmu ke dalamnya (surga)” 

Menurut Abdul Aziz, bahwa seseorang yang hanya tekun shalat dan puasa tetapi tidak bersedekah, maka ia belum memenuhi syarat untuk masuk surga. Orang seperti ini hanya layak sampai di pintu surga saja. Dan sedekah merupakan ibadah penyempurna untuk memasukkannya ke dalam surga. 

Oleh karenanya, para ulama memberi warning ; Bila seseorang hanya sibuk dengan ibadah ritual saja (shalat, dzikir, puasa, haji, dsb), tetapi abai dengan ibadah sosial, maka jangan dulu merasa puas dan bangga.  Karena itu tandanya ia hanya mencintai dirinya sendiri, dan belum sepenuhnya mencintai Allah.  

Padahal dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali memerintahkan hambanya untuk shalat, puasa dan juga bersedekah. 

Bila seseorang mengabaikan perintah Allah untuk bersedekah maka itu berarti ia belum bisa dikatakan sebagai orang yang bertaqwa. 


5. Kedudukan Sedekah 

Di dalam Al-Quran, kata “shalat” pada umumnya digandengkan dengan kata "zakat" atau "sedekah."  Setidaknya ada 26 ayat yang berbicara tentang shalat yang bergandengan dengan perintah zakat atau sedekah. Seperti: 
Aqîmush-shalâta wa âtuz-zakâta, artinya: "Dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat" (QS. Al-Baqarah: 43)

Begitulah kedudukan sedekah dalam Al-Qur'an yang begitu penting sehingga bisa dikatakan kewajibannya setara dengan perintah untuk shalat. 

Dalam bersedekah lakukanlah baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Karena sedekah itu boleh dialakukan secara diam-diam, boleh juga terang-terangan. Yang gak boleh itu, diam-diam gak pernah sedekah.

> “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari, secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 274)
> “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (*QS. Al Baqarah: 271)
Memang ... sedekah terang-terangan berpotensi menimbulkan riya (pamer). Tapi jangan lupa, sedekah diam-diam juga berpotensi menimbulkan ujub (bangga diri).
Yang dilarang itu bukan terang-terangan atau diam-diamnya, tetapi yang dilarang itu riya dan ujubnya.
Jadi, tetaplah bersedekah dan berusahalah untuk ikhlas. Setidaknya sisihkan 2,5% dari rejeki yang diberikan Allah Swt kepadamu untuk fakir miskin. 

 

6. Panggilan Bersedekah

 

a. Gaza Palestia

 

c. Bencana Alam

 

c. Krisis ekonomi & lapangan kerja 

 

7. Orang Dermawan Menjadi Perhatian Allah 

Pada suatu peperangan yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, banyak orang Yahudi yang menjadi tawanan dan menghadapi hukuman mati.  

Ketika satu tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat jibril datang memberi tahukan kepada Rasulullah SAW, supaya orang Yahudi itu dibebaskan.  Diberitahukan bahwa orang Yahudi yang satu ini sangat dermawan, ia suka menjamu tamu, dan suka menolong fakir miskin.   

Ketika Rasulullah datang memberitahukan kepada orang Yahudi itu bahwa dia dibebaskan, dia bertanya heran: “Mengapa?”.  Nabi menjawab: “Allah baru saja memberitahukan padaku melalui malaikat Jibril bahwa engkau suka menjamu tamu, membantu orang miskin, dan suka memikul beban orang lain.”   

Kemudian orang Yahudi itu berkata: “Apakah Tuhanmu menyukai perilaku seperti ini?”. Nabi menjawab : ”Allah menyukai hambanya yang dermawan.”  Maka saat itu juga orang Yahudi itu memeluk Islam.  

Demikianlah perhatian Allah kepada orang yang dermawan. Allah memberikan keistimewaan kepada orang dermawan. Begitu istimewanya orang-orang yang dermawan, sehingga walaupun ia berdosa besar, orang dermawan mendapat perhatian khusus dari Allah Swt. Seperti perhatian Allah kepada orang Yahudi yang dermawan itu. 

8. Sedekah ciri orang bertaqwa 

Sedekah merupakan suatu perbuatan yang menjadi salah satu ciri bagi orang bertaqwa. Allah berfirman.  

Dzalikal kitaabu laa raiba fiihhudallil muttaqiin – alladziina yu’minuuna bil ghaibi - wa yuqiimuunash shalaata- wa mim maa razaqnaahum yunfiquun”  (QS. Al-Baqarah: 2-3), 

artinya: ”Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”

Dengan demikian maka orang yang tidak menyedekahkan sebagian hartanya (2,5%) bisa diakatakan sebagai otang yang tidak bertaqwa.

Semoga kita digolongkan sebagai orang yang tidak lalai dengan sedekah, sehingga kitra termasuk ke dalam golongan orang yang bertqwa. Amin YRA.

&&&&


Selasa, 12 Maret 2024

Telah Lunas Dengan Segelas Susu

Suatu hari seorang anak lelaki miskin yang sedang dalam perjalanan merasakan sangat lapar dan haus. Karena tak kuat lagi menahan rasa lapar, dia memberanikan diri mengetuk pintu sebuah rumah untuk meminta makanan.

Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda yang sebaya dengannya. Dia urung meminta makanan dan hanya meminta segelas airGadis muda itu tahu bahwa anak lelaki yang sangat pucat tersebut sebenarnya kelaparan, maka ia membawakan segelas susu hangat.

Setelah meminum susu anak lelaki itu secara perlahan bertanya, “Berapa harga susu yang menjadi hutangku?”

“Kau tidak berhutang apapun. Ibu mengajarkan kami untuk tidak meminta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab gadis itu.

“Kalau begitu, dari lubuk hatiku yang terdalam aku sangat berterimakasih.”

.

Tahun demi tahun berlalu, kedua anak tersebut tumbuh besar dalam dunianya masing-masing. Suatu ketika, si gadis yang telah dewasa tersebut menderita sebuah penyakit kronis yang para dokter di kotanya telah angkat tangan terhadap penyakitnya. Ia pun dibawa ke rumah sakit di kota besar.

Dokter Howard Kelly dihubungi untuk melakukan pemeriksaan medis. Setelah mempelajari riwayat pasien, dia segera bangkit dan bergegas menuju kamar wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran, dia menemui wanita itu dan terbersit seberkas pancaran aneh pada matanya. Kemudian, dia kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik, yaitu operasi untuk menyelamatkan nyawa wanita itu.

Setelah melalui perjuangan panjang operasi berjalan dengan sukses.  Wanita itu sembuh dan sangat bersyukur. Namun ada satu hal yang masih mengganjal dalam pikirannya, dari mana dia harus membayar biaya pengobatan yang tidak sedikit.

.

Saat menerima amplop tagihan dari rumah sakit, wanita itu merasa ketakutan. Ia tahu tidak akan mampu membayar biayanya, meskipun dengan mencicilnya seumur hidup. Dengan tangan bergetar ia membuka amplop itu. Betapa terkejutnya ketika ia menemukan catatan di pojok tagihan: “Telah dibayar lunas dengan segelas susu,” tertanda; Dokter Howard Kelly.

Ternyata, dokter yang mengoperasi wanita itu adalah anak laki-laki miskin yang dia tolong dahulu. Sang anak laki-laki masih ingat jasa si perempuan. Dia pun membalasnya dengan memberikan operasi gratis kepada wanita itu. 

.

Pesan moral:

Kisah nyata yang ditulis oleh Dr. Howard Kelly ini mengajarkan kepada kita tentang sebuah keyakinan, bahwa kita tidak akan pernah tahu balasan Tuhan terhadap sebuah kebaikan secara ikhlas terhadap sesama. Apalagi pertolongan itu diberikan lebih dari yang diminta oleh orang yang membutuhkan.

Yakinlah bahwa Tuhan maha mengetahui terhadap setiap apa yang kita lakukan, dan Tuhan adalah sebaik-baik pembalas terhadap setiap perbuatan.

> Sekecil apapun setiap perbuatan baik maupun buruk, niscaya Allah Swt pasti akan membalasnya (QS. Az-Zalzalah ayat 8)

> Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan ganti kepadanya dengan pahala banyak. (QS. Al-Baqarah ayat 245).

***

 

***** 

Kamis, 07 Maret 2024

Zaman Edan

Barangkali saat ini kita tengah mengalami situasi masyarakat yang disebut dengan “zaman edan”. Situasi yang dirasakan oleh kebanyakan orang sebagai situasi yang tidak menentu, penuh kecemasan dan penuh ketidak pastian.

Jamane jaman edan; Yen ora melu edan ora keduman; Sak beja-bejane wong sing edan; Luwih becik wong sing eling lan waspodo.

Artinya: Zaman sekarang adalah zaman edan (gila); Kalau tak ikut edan tak bakalan kebagian; Namun sebahagia-bahagianya orang yang ikut edan; Masih bahagia orang yang selalu sadar dan waspada.

Begitulah nasehat Ranggawarsita, pujangga terakhir dari kasunanan Surakarta yang tertulis pada Serat Kalatidha sekitar tahun 1860 Masehi.

Serat Kalatidha merupakan sebuah syair yang sangat mashur. Ketenaran Serat Kalatidha telah mencapai kota Leiden, Belanda. Di sana petikan dari Serat Kalatidha dilukis di tembok sebuah museum besar di Leiden.

.

Serat Kalatidha bukanlah ramalan seperti Ramalan Jangka Jayabaya, sebuah ramalan yang ditulis oleh Prabu Jayabaya dari Kerajaan Panjalu (Kediri) abad 12. Ramalannya ditulis dalam bentuk kakawin atau tembang Jawa.

Sementara Serat Kalatidha adalah sebuah syair yang terdiri dari 12 bait, berisi falsafah atau ajaran hidup bagi masyarakat Jawa. “Kala” berarti "jaman" dan “tidha” adalah "ragu". Kalatidha berarti zaman penuh keraguan atau kebingungan. Walau demikian banyak orang yang memberi arti Kalatidha dengan pengertian “zaman edan” mengambil makna dari bait ke tujuh serat ini, bait yang sangat popular.

Secara lengkap bait ketujuh Serat Kalatidha Ranggawarsita sebagai berikut: “Amenangi jaman édan; Ewuhaya ing pambudi; Mélu ngédan nora tahan; Yén tan mélu anglakoni boya kéduman; Begja-begjaning kang édan; Luwih begja kang éling klawan waspada”.

Artinya: Berada di zaman edan; Serba susah untuk bertindak; (Mau) ngikut edan tidak sampai hati; (Tapi) kalau tak ngikut edan tidak bakalan kebagian; (Namun) sebahagia-bahagianya orang yang edan; Lebih baik orang yang sadar dan waspada.

Di zaman edan, orang pandai belum tentu beruntung, sementara orang bodoh belum tentu sengsara (yang penting berani). Yang sukses adalah orang yang cerdik dan licik, sedangkan orang jujur meski pekerja keras hidupnya sengsara. “Jujur ajur, ala mulya” begitulah pepatah jawa dalam menggambarkan jaman edan, yang maknanya orang jujur malah bisa jadi hancur, karena ditinggalkan orang-orang tak bermoral sekitarnya, dan sebaliknya, orang “ala” (tidak baik moralnya) malah kehidupannya bisa jadi baik, karena berani berbuat dengan menghalalkan segala cara.

Di zaman edan, orang kaya makin kaya, sementara orang miskin semakin sulit untuk memperoleh kehidupan. Ingin mendapat pekerjaan apalagi jabatan harus menyuap. Maka hanya orang-orang kayalah yang akhirnya mudah mendapatkan pekerjaan dan jabatan. Sementara orang-orang miskin semakin terpinggirkan. Itulah konsekuensi logis dari sistem liberalis-kapitalisme, orang kaya mengeksploitasi orang miskin.

Di zaman edan, korupsi ada dimana-mana. Korupsi justru dilakukan oleh orang yang sudah kaya. Mereka terus menerus menguras uang negara. hartanya sudah bertumpuk namun masih saja merasa kurang dan kurang. Tanpa peduli dengan penderitaan orang miskin. Keserakahan telah menutupi hati nuraninya. Empati dan kepedulian sudah luntur dari qalbunya.

Di zaman edan, etika dan moral tidak dipedulikan lagi. Tidak ada kawan atau lawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan. Kawan bisa menjadi lawan, dan yang tadinya lawan bisa menjadi kawan asalkan menguntungkan. Syahwat dibiarkan tanpa kendali.

.

Menurut Prabu Jayabaya, di zaman edan nanti paradigma hidup menjadi terjungkir-balik (wolak walik ing jaman). Tata nilai buruk merajalela mengalahkan tata nilai luhur.

Situasi zaman edan “Rangga Warsita”, kemudian disebutkan dalam beberapa pepatah jawa antara lain:

Wong jujur ajur – wong ala mulya. Orang jujur nasibnya malah hancur (tidak beruntung), karena bakal ditinggalkan orang-orang sekitar yang buruk moralnya. Dan sebaliknya orang “ala” (tak berintegritas) malah mendapat kedudukan, karena ia berani menghalalkan segala cara (suap menyuap).

Wong apik ditampik - wong jahat munggah pangkat. Orang baik disingkirkan, sedangkan orang jahat, yang licik dan munafik justru mendapat kedudukan.

Wong lugu kebelenggu - wong mulyo dikunjoro. Orang yang lurus (apa adanya) malah terbelenggu, tidak mendapat tempat dan kepercayaan. Demikian pula orang mulia (yang menegakkan amar makruf nahi munkar) justru banyak yang masuk penjara.

Ngumbar nafsu angkoro murko. Kebanyakan manusia hanya berorientasi pada uang dan kedudukan, dengan melupakan nilai kebajikan. Mereka inginnya hidup serba mewah dengan mengumbar syahwat kekuasaan (nafsu angkoro murko).

Wani nglanggar sumpahe dhewe. Banyak orang dan pejabat yang tidak segan-segan melanggar sumpahnya sendiri. Mereka mudah mengumbar janji-janji namun tidak ditepati.

Ora ngendahake aturaning Gusti. Mereka sudah tidak lagi takut dan taat terhadap aturan Tuhan.

Podho seneng nyalahke. (Untuk memenuhi ambisi) antar mereka saling menyalahkan. Banyak orang suka mencari-cari kesalahan orang lain, dengan berbagai fitnah dan menebar kebencian.