Senin, 31 Juli 2017

Tombo Ati

Tembang jawa “Tombo Ati” alias “Obat Hati” sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa secara turun-temurun.  Tembang itu biasa didendangkan di pesantren-pesantren dan di masjid-masjid Nahdliyin menjelang pelaksanaan shalat berjamaah, sambil menunggu jamaah lain yang belum datang. Syair lagu yang berisi nasihat lima amalan ibadah sebagai pengobat hati itu menjadi populer setelah penyanyi religi Opick menyanyikannya dengan versi bahasa Indonesia.
Tembang “Tombo Ati” ini konon berasal dari Sunan Bonang, salah satu wali dari “Wali Songo” atau sembilan wali yang sangat mashur di tanah Jawa. Sunan Bonang menggunakan tembang itu sebagai media dakwah dalam penyebaran Islam di tanah Jawa (sekitar abad XV).
Dalam menggubah tembang itu Sunan Bonang terinspirasi oleh ajaran para ulama dan sufi terdahulu, diantaranya adalah Yahya bin Mu’adz Ar Razi, seorang sufi dan penyair terkenal asal Iran (abad IX).  Mu’adz mengajarkan cara-cara membersihkan qalbu, yang tentu saja merujuk kepada al-Qur’an dan Hadis, dengan 5 hal ”Dawa’ al qalb khomsah asya’”, yaitu: Pertama, Qira’atul qur’an bi at tafakkur (membaca Al Qur’an dengan perenungan); Kedua, Qiyamul lail (shalat malam); Ketiga, Mujalasah as-shalihin (bergaul dengan orang-orang shalih); Keempat, Khala’ al bathn (mengosongkan perut atau berpuasa); dan kelima, Tadzarru’ indzas sahr (dzikir di akhir malam hari).
Kelima amalan itu merupakan upaya untuk melipur hati seseorang yang sedang diliputi oleh kegundahan, kesedihan, kedukaan, kecemasan, hingga stress.  Dan yang lebih penting Dawa’ al qalb khomsah asya’ tersebut untuk menyembuhkan “penyakit hati”, seperti sombong, riya, tamak, dengki, dendam, fitnah dan sebagainya.  Dengan mengamalkan lima amalan itu insyaAllah penyakit hati secara perlahan dapat disembuhkan.
Syair lagu “Tombo Ati” yang saat ini sudah sangat popular di masyarakat kita tentu sudah mengalami perubahan dari syair aslinya gubahan Sunan Bonang. Syair lagu Opick itu sebagai berikut: “Tombo ati iku lima perkarane; Kaping pisan moco Quran lan ma’nane; Kaping pindo sholat wengi lakonono; Kaping telu wongkang sholeh kumpulono; Kaping papat kudu weteng ingkang luwe; Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe; Salah sawijine sopo biso ngelakoni; InsyaAllah Gusti Pangeran ngijabahi.
Artinya: “Obat hati itu ada lima perkara; Yang pertama membaca Al-Quran dan maknanya; Yang kedua melaksanakan shalat malam; Yang ketiga berkumpul dengan orang sholeh; Yang keempat mengosongkan perut (berpuasa); Yang kelima memperpanjang dzikir malam; Salah satunya siapa dapat melaksanakan; InsyaAllah Tuhan YMK mengabulkannya.
Bila ditelisik lebih mendalam, kelima poin syair tembang Tombo Ati tersebut mempunyai makna yang sangat luar biasa.  Bila diamalkan dengan baik maka manfaatnya bukan hanya dapat menghilangkan stress dan menghadirkan kegembiraan hati, tetapi lebih dari itu dapat membersihkan dan menghidupkan qalbu.
Hati atau qalbu merupakan elemen ruhani yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena ia berperan mengendalikan pikiran dan nafsu. Bila seseorang mempunyai hati yang “sehat” maka ia selalu ikhlas dan bersyukur yang membuat hidupnya indah dan bahagia. Tetapi bila hati seseorang “sakit” maka pikiran dan nafsunya diliputi sifat kedengkian, ketamakan, tidak bersyukur, selalu merasa kurang, sehingga hidupnya jauh dari kebahagiaan.
Oleh karenanya kebeningan hati harus selalu dijaga agar ia berfungsi dengan baik sebagaimana peran hakikinya. Cara untuk menjaga kesehatan dan kebeningan hati adalah dengan melakukan lima hal seperti pada syair tembang “tombo ati”.  Uraian berikut merupakan bahasan yang bersifat penjelasan terhadap lima poin tembang “Tombo Ati”, yaitu:
Pertama. Bergaul dengan Orang Shaleh
Kehidupan manusia seringkali diliputi kegelisahan. Kegelisahan terjadi biasanya karena adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Kegelisahan membuat manusia menjadi stres. Keadaan ini banyak dialami manusia baik pada orang kaya, orang miskin, orang dewasa, maupun remaja. Dan hal ini menyebabkan kehidupan manusia menjadi tidak bahagia.
Kegelisahan dalam kehidupan manusia berakar dari hatinya. Jika manusia memperturutkan keinginan hatinya, maka ia tidak akan pernah merasa puas, dan kegelisahannya akan semakin menyiksa diri, bahkan dapat berakibat fatal, ada yang sampai gila dan bahkan bunuh diri.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: Hendaklah kalian bersahabat dengan kawan yang tulus hatinya, karena mereka menjadi hiasan di kala bahagia dan menjadi perisai di saat terjadi bencana”. (Imam Nawawi, 1983:227)
Islam mengajarkan bahwa bergaul atau bersahabat dengan orang shaleh dan menjadikannya sebagai penolong, merupakan jalan yang tepat untuk mengatasi kegundahan hati. Dikala duka, mereka bisa menjadi pelipur hati, bahkan dapat membantu mencarikan solusi tanpa pamrih dan tidak bakal menjerumuskan.
Orang-orang baik dan shaleh memancarkan “aura positif” dari tubuhnya, yang berpengaruh positif terhadap pikiran dan batin orang di sekelilingnya. Aura adalah energi hidup berupa medan magnetik  yang terpancar dari tubuh manusia, di sekitar kepala dan bahu. Semakin banyak orang-orang shaleh disekeliling kita, maka semakin banyak pula aura positif yang terpancar. Sehingga akan semakin banyak aura positif yang bisa terserap oleh seseorang.
Kedua. Membaca Al Qur’an dan maknanya.
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis nabi, para ulama telah mengemukakan beberapa manfaat membaca Al Qur’an.  Selain merupakan bentuk ibadah yang mendatangkan rahmat, membaca al Qur’an ternyata juga mempunyai beberapa manfaat, yakni dapat menghilangkan kesedihan, menimbulkan ketenangan batin, dan bahkan  dapat menyembuhkan berbagai penyakit jasmaniah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad Al Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research yang berpusat Amerika Serikat, bahwa membaca atau mendengarkan bacaan al-Quran dapat menurunkan kesedihan, stress dan depresi, serta berdampak positif pada ketenangan jiwa.
Dalam melakukan penelitian, sang dokter ahli jiwa ini ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dalam laporannya yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.
Hasil penelitian Dr. Qadhi itu juga dipresentasikan pada konferensi tahunan Ikatan Dokter Amerika di Sant Louis, AS dengan tema: “Pengaruh Al-Qur’an Pada Manusia Dalam Prespektif Fisiologi dan Psikologi”. 
Ketiga. Melaparkan Perut (Puasa)
Puasa merupakan ibadah yang bukan hanya dilakukan oleh umat muslim, tetapi juga dilakukan oleh semua umat beragama. Karena tujuan puasa itu sangat baik dan bermanfaat, yaitu  melatih pengendalian emosi dan tahan penderitaan.
Esensi dari puasa sesungguhnya adalah pengendalian diri (self control).  Pengendalian diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam maupun dari luar. Dorongan dari dalam, berupa gejolak hawa nafsu seperti tamak, serakah, angkuh, egois, dan sebagainya.  Sedangkan dorongan
Pengendalian diri terhadap gejolak hawa nafsu agar tidak tamak, tidak serakah, tidak angkuh, tidak egois, dan sebagainya. Serta pengendalian diri terhadap pengaruh dari luar agar bersabar, tidak marah, tidak dengki, tidak bicara kotor, tidak emosional, dan sebagainya.
Nabi Muhammad bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah meninggalkan segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim).
Puasa bagi umat muslim, selain bertujuan untuk menjadikan orang bertaqwa, puasa mengandung banyak hikmah. Hikmah dan manfaat puasa banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun hadis nabi. Manfaat puasa antara lain: (1) Membersihkan hati; (2) Menguatkan jiwa, seperti: kesabaran,  tahan penderitaan, empati, dan kepekaan sosial; serta (3) Menyehatkan badan dan menyembuhkan berbagai penyakit
Puasa merupakan pembersih hati yang paling kuat, terutama untuk melawan hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan pangkal dari kotornya hati. Dengan puasa, hati menjadi semakin bersih, sehingga perasaan menjadi halus, menjadi peka, serta membuat pikiran jernih dan nafsu terkendali.
Puasa juga dapat menumbuhkan rasa empati.    Karena puasa mengajarkan pada orang untuk  merasakan betapa beratnya lapar dan haus itu, sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari. 
Puasa dapat menguatkan Jiwa. Karena dengan puasa jiwa seseorang ditempa supaya memiliki kekuatan dan daya tahan menanggung penderitaan, mengurangi hawa nafsu duniawi serta kepekaan sosial terhadap nasib kaum lemah (dhuafa).
Selain itu puasa juga berpengaruh positif terhadap kesehatan badan. Hal ini sudah banyak dibuktikan oleh para pakar medis dan kesehatan. Rasulullah bersabda: ”Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.” (HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim). 
Para ahli berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari pekerjaan memproses makanan yang masuk, untuk dilakukan pemulihan. Sebagaimana mesin dilakukan sevis agar tidak cepat rusak. Puasa adalah suatu metode untuk pemulihan lambung agar lebih sehat. Di dalam ajaran Islam, sesuai hadis nabi isi perut kita tidak boleh diisi terlalu penug. Isi perut harus, seperti yang dicontohkan nabi dibagi menjadi tiga, yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk udara.  Nabi melarang makan makanan hingga terlalu kenyang agar lambung sehat dan tidak mudah sakit.
Di Jerman ada lembaga yang bernama Fasten Institut (Lembaga Puasa), yang menggunakan puasa sebagai terapi untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu yang menurut pengobatan moderen belum dapat disembuhkan.
Keempat. Shalat Malam (tahajut).
Shalat malam (tahajud) dilakukan pada sepertiga malam terakhir (02.00 – 04.30). Sepertiga malam terakhir  merupakan saat dimana suasana sangat hening, sunyi dan tenang, sehingga secara psikologis akan mendatangkan kekhusu’an, ketenangan dan ketentraman hati.  Suasana seperti itu adalah saat yang paling baik untuk berdzikir, bertafakur, bermunajat dan memohon ampunan.
Berbicara mengenai kesehatan dan penyakit, secara teori timbulnya penyakit disebabkan oleh 3 faktor, yaitu faktor makanan, pikiran (stres), dan lingkungan (misal gigitan nyamuk, radiasi, dsb).   Menurut penelitian medis dan kesehatan, penyebab utama dari berbagai penyakit yang diderita oleh kebanyakan manusia adalah faktor pikiran (stres).  Stres yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit atau gangguan yang disebut psikosomatik.
Penyakit psikosomatik merupakan penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor psikologis.  Gangguan psikosomatik memunculkan keluhan fisik, seperti  gangguan lambung, jantung berdebar, sesak nafas, badan lemah, berkeringat, dan sebagainya.  Jadi bila ada orang yang mengalami gangguan psikosomatik dengan keluhan seperti yang disebutkan itu, sejatinya bukan fisiknya yang sakit tetapi jiwanya yang bermasalah, yakni stres.
Menurut penelitian medis, kadar stress dipengaruhi oleh “hormon kortisol” (hormon stres). Semakin banyak hormon kortisol, semakin tinggi pula tingkat stres seseorang. Kadar hormon kortisol mulai meningkat pada 2-3 jam setelah dimulainya tidur malam hari dan terus meningkat hingga waktu bangun di pagi hari.
Shalat tahajud, yang dilakukan pada sepertiga malam terakhir dapat menurunkan jumlah hormon kortisol yang meningkat saat tidur, dan menjadi seimbang kembali kemudian menstabilkan sistem imun (kekebalan) dalam tubuh.  Dengan demikian maka, shalat tahajut dapat menghadirkan ketenangan batin atau ketentraman jiwa, sehingga berpengaruh sangat positif terhadap pengendalian stres.
Kelima. Dzikir malam.
Dzikir adalah suatu aktivitas mengingat Allah dengan cara menyebut nama, memuji dan mengagungkan kebesaran-Nya (tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dsb), yang dilakukan secara berulang-ulang dengan penuh kesadaran. 
Dzikir bagi orang-orang barat dan agama selain Islam dikenal dengan istilah meditasi. Meditasi merupakan praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan selama jangka waktu tertentu.
Prinsip dasar dzikir adalah pengulangan kata atau kalimat pujian terhadap kebesaran Allah Swt.  Dalam dunia psikologi dikenal istilah Repetitive Magic Power (RMP), yaitu suatu tindakan atau perkataan yang diulang terus-menerus akan menumbuhkan kekuatan batin yang luar biasa dan akan menghasilkan perubahan karakter.
RMP ini merupakan suatu metode pengulang-ulangan agar nilai-nilai kalimat atau tindakan masuk dalam pikiran bawah sadar dan pada akhirnya membentuk karakter serta akan memunculkan kekuatan seperti yang kita diinginkan. 
Banyak ayat dalam al-Qur’an maupun hadis yang menganjurkan berdzikir untuk ketentraman hati dan kekuatan jiwa, antara lain  QS. Ar-Ra’du ayat 28 : “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” Dan QS. Al Anfal ayat 45 : “Dan sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak, supaya kamu mendapat kemenangan”.
Dari sudut pandang fisiologis, meditasi atau dzikir adalah metode anti-stres yang paling baik. Saat seseorang mengalami kecemasan, maka denyut jantung dan tekanan darah meningkat, pernafasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar adrenalin memompa hormon kortisol (hormon stres).  Semakin banyak hormon kortisol maka semakin tinggi tingkat stres seseorang. 
Selama melakukan meditasi, pernapasan dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang dalam kisaran antara 20 dan 30%, sehingga pernapasan menjadi tenang, detak jantung melambat, tekanan darah menjadi normal, dan tingkat produksi hormon stres menurun.
Membersihkan hati.
Kehidupan manusia seringkali diliputi kegelisahan. Kegelisahan terjadi biasanya karena adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Kegelisahan membuat manusia menjadi stres. Kegelisahan atau stress dalam kehidupan manusia berakar dari hatinya.

Menurut At-Taftazani, penyebab kegelisahan hidup manusia di  karenakan kehampaan spiritual yang dimiliki seseorang.  Solusi yang terbaik untuk mencapai hidup tenang dan tenteram adalah membersihkan hati.  Sesuai ajaran Sunan Bonang, membersihkan hati dapat dilakukan dengan melakukan lima hal seperti dalam syair tembang “Tombo Ati”, yaitu bergaul dengan orang-orang shaleh, membaca Al-Qur’an, berpuasa, shalat malam, dan berdzikir.

Jumat, 28 Juli 2017

Sembilan Filosofi Jawa Yang Diajarkan Oleh Sunan Kalijaga

1. Urip Iku Urup
"Hidup itu Nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik"

2. Memayu Hayuning Bawana
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak

3. Suro Diro Joyo Jayadiningrat, Lebur Dening Pangastuti 
"Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar"

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho
"Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan"

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kalangan
"Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu"

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman
"Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja"

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman
"Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi"

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka

9. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno

Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti

Kamis, 27 Juli 2017

Menghidupkan Qalbu; Resume

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. tiga unsur ruhaniah yaitu akal, nafsu dan qalbu/perasaan.

1.   Otak atau akal.
      Otak atau akal adalah salah satu instrumen manusia yang berfungsi untuk berfikir, untuk memecahkan suatu masalah, serta mengingat dan memahami suatu peristiwa atau kejadian.     Otak/akal inilah yang menggerakkan jasmani untuk melakukan suatu perbuatan.  


2.    Nafsu
       Nafsu adalah suatu kekuatan ruhaniah dalam diri manusia yang sangat bermanfaat, karena berfungsi sebagai pendorong semangat hidup.  Namun nafsu akan sangat berbahaya dan dapat mencelakakan manusia apabila ia tidak dikendalikan dengan baik, karena nafsu pada dasarnya cenderung mendorong kearah kejahatan.

Allah SWT berfirman dalam QS. Yunus 53 :

INNA NAFSA LA AMMARATUM BISSU’I ILLA MAA RAHIMMA RABBI

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan

Dalam khasanah Islam, nafsu ada dua, yaitu quwwah syaitaniah & quwwah rabbaniyah.   Quwwah syaitaniah (nafsu setan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kesesatan.   Sedangkan quwwah rabbaniyah (nafsu ketuhanan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kebajikan.  Diantara keduanya yang mempunyai potensi lebih besar adalah nafsu setan (sebagaimana firman Allah diatas).


3.    Hati atau qalbu.

       Hati berfungsi menjadi pembimbing terhadap apa yang sebaiknya dilakukan oleh otak.    Hati menyaring apa yang patut atau tidak patut dikerjakan oleh jasmani.   Kalau hati seseorang baik atau bersih  tentu dapat memberi arah kepada otak apa yang seyogyanya dilakukan.  Tetapi kalau hatinya tidak bersih atau kotor, maka potensi hati sebagai pembimbing tidak berfungsi dengan baik, karena tertutup kotoran-kotoran hitam.

Rasulullah SAW bersabda :

Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada segumpal daging (mughdah), bila ia sehat maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah hati (HR. Bukhari Muslim)

Jadi sesungguhnya inti dari diri kita sebagai manusia yang hidup dan berkehidupan adalah hati (qalbu).  Hati adalah potensi yang menentukan manusia menjadi mulia atau hina, yang membuat manusia merasa bahagia atau menderita.

(4)     jasmani.
Peran jasmani hanyalah menjalankan apa yang diperintahkan oleh otak, sebagai perwujudan dari apa yang dikehendaki oleh nafsu, yang telah mendapatkan pertimbangan dari qalbu.
Dari ketiga unsur ruhaniah tersebut, yang paling dominan dalam mempengaruhi aktivitas kehidupan kebanyakan manusia adalah nafsu.  Apabila nafsu tidak dikendalikan oleh qalbu, maka yang muncul adalah quwwah syaitaniah, yaitu keinginan yang cenderung ke arah kemungkaran.

Lebih jauh tentang hati/qalbu.

Hati merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia.   Ia menyimpan potensi ilahiyah, yang selalu memancarkan nilai-nilai mulia yang berasal dari Tuhan.  

Kalau hati seseorang bersih  tentu ia dapat memancarkan nilai-nilai ilahiyah dengan baik, sehingga dapat memberi bimbingan kepada otak tentang apa yang baik untuk  dilakukan.  Tetapi kalau hatinya kotor, maka peran hati sebagai pembimbing tidak berfungsi dengan baik, karena tertahan oleh kotoran-kotoran yang menyelimutinya.
Rasulullah SAW bersabda :

ALAA WA INNA FIL JASADI MUDH GHAH
IDZAA SHOLUHAT SHOLUHAL JASADU KULLUHU
WAIDZAA HASADAT FASADAL JASADU KULLUHU
ALAA WAHIYAL QALBU
Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada mughdah, bila ia sehat/baik maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia buruk/rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu (HR. Bukhari Muslim)

Hati juga bisa dikatakan sebagai alat indera ruhaniah, karena ia merupakan instrumen yang mempunyai kemampuan untuk melihat, berkata, mendengar dan memahami secara ruhaniah.

Disamping sebagai alat indera ruhaniah, hati juga merupakan pusat perasaan, yakni sebagai satu-satunya faktor yang menentukan manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah, ikhlas atau marah.  Orang menjadi bahagia atau menderita bukan ditentukan oleh harta, tahta, atau  kecantikan,  melainkan ditentukan oleh hati. 

Rasulullah SAW bersabda :
Berbahagialah engkau apabila mempunyai hati yang selalu bersyukur, lidah yang selalu berzikir, dan keluarga yang baik yang selalu membantu dalam urusan ibadah.

Walaupun pada dasarnya semua orang mempunyai hati, namun dalam kenyataannya tidak semua orang mempergunakan hatinya dengan baik.  Akibatnya, kebanyakan orang kehilangan manfaat hatinya, yang sebenarnya sangat ia butuhkan untuk mengatasi persoalan dalam hidupnya.
Allah SWT berfirman  :
WALAQOD DZARA’NA LI JAHANNAMMA KASYIIRAN MINAL JINNI WAL INSI -  LAHUM KULLU BULLAYAF KOHUNNA BIHAA
Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) (QS. Al-Araf: 179): 
Bahwa hati yang mampu memancarkan nilai-nilai ilahiyah adalah hati yang berfungsi atau hati yang hidup.  Sedangkan hati yang sudah tidak bisa menjalankan fungsi-fungsinya, bisa dikatakan hatinya telah mati atau telah beku.  Agar hati yang telah mati atau beku bisa berfungsi kembali sebagaimana mestinya, maka ia harus dibersihkan dan dihidupkan kembali.  
Ada beberapa cara untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati,  yaitu : 
(1)        Banyak mendekati kaum dhuafa.  
Rasulullah bersabda :
”Duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan terbebas dari kesombongan, dan menjadi orang besar disisi Allah” (HR.Abu Mu’aim)
Dalam suatu kisah, Allah Swt berseru kepada Nabiyullah Musa As.:
“Kalau engkau ingin mendekati-Ku, maka dekatilah mereka yang kehausan, yang kelaparan, dan yang kelelahan.  Karena sesungguhnya Aku bersamanya.”

(2)      Banyak bersedekah.
Bersedekah merupakan bentuk kepedulian terhadap nasib fakir miskin.  Mereka yang sudah tidak punya kepedulian terhadap nasib fakir miskin adalah pertanda bahwa hatinya telah beku.  Dan mereka ini oleh Allah Swt digolongkan sebagai pendusta agama.
Allah Swt berfirman : 
ARA-AITALLADZII YUKADZDZIBUBIDDIIN    FADZAALIKALLADZI  YADU’ – ’ULYATIIM    WALAA YAHUDHDHU ’ALAA THA’AAMILL MISKIN.  
Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?. Mereka adalah orang yang menelantarkan anak yatim dan tidak peduli terhadap nasib orang miskin                 (QS. Al-Ma’un : 1-2)
 (3)     Banyak berpuasa.
Puasa sesungguhnya mengajarkan pada seseorang untuk  ikut merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.
Dengan sering melaksanakan puasa maka seseorang akan semakin peka terhadap penderitaan yang dialami kaum dhuafa, dan hal ini akan membuat qalbu menjadi hidup.

(4)      Cara lain untuk menghidupkan qalbu adalah dengan banyak berzikir, banyak membaca Al-Qur’an, banyak shalat malam, dan sering bergaul dengan orang-orang shalih.

Dalam ilmu psikologi modern, diketahui bahwa kecerdasan manusia tidak terbatas pada kecerdasan intelektual saja, seperti yang dikenal pada ilmu psikologi terdahulu.  Akan tetapi kini sudah dikenal kecerdasan lain yang berpengaruh langsung pada kehidupan manusia.  Kalau dahulu kecerdasan hanya pada intelektualitas, yang dikenal sebagai IQ (intelegentia quotient), maka kini dikenal kecerdasan lain yaitu EQ (emotional quotient) atau kecerdasan emosional, dan SQ (spiritual quotient) atau kecerdasan spiritual.  Jadi sesungguhnya ada tiga kecerdasan utama pada diri manusia, yaitu IQ, EQ dan SQ.
Dikaitkan dengan tiga unsur ruhaniah manusia, maka IQ berkaitan dengan akal, EQ berkaitan dengan nafsu, dan SQ berkaitan dengan qalbu.
Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa sekitar 80% prilaku kehidupan manusia dipengaruhi secara langsung oleh EQ (emosional), sedangkan IQ hanya berperan maksimal hanya 20% saja.    Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar aktifitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh emosional atau nafsu. 
Agar nafsu yang berperan sangat besar itu dapat berpengaruh baik pada kehidupan manusia, maka ia harus dikendalikan secara baik oleh qalbu.  Dan agar qalbu dapat berperan sebagai pengendali nafsu secara maksimal, maka qalbu/hati harus selalu dibersihkan. 

Jadi inti dari manusia yang hidup dan berkehidupan sesungguhnya ada pada hati.  Hati adalah potensi yang menentukan manusia menjadi mulia atau hina, dan yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah.

Menghidupkan Qalbu

Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan Allah lainnya.   Selain berupa jasmani, manusia dilengkapi pula dengan tiga unsur ruhaniah yaitu akalnafsu dan perasaan/qalbu.   Dengan ketiga unsur ruhani itulah manusia menjadi sempurna, karena ia bisa berubah hakekat menjadi apa saja sebagaimana mahluk lainnya.

Ketika manusia menjadikan akal sebagai panglima, maka ia bisa berubah menjadi iblis atau syetan. Karena dengan akal ia bisa bertindak jahat, keji dan kejam seperti iblis.     Perampok atau penjahat yang profesional adalah manusia yang mempunyai otak cerdas. Mustahil seorang idiot bisa melakukan kejahatan besar dan keji.   Mereka bisa melakukan kejahatan besar, tidak lain karena adanya kecerdasan akal yang disalah gunakan.

Dan apabila manusia mengumbar nafsu-nya, maka ia tidak ubahnya seperti hewan, bahkan lebih hina lagi.   Bila manusia sudah dikuasai oleh nafsu maka hilanglah akal sehatnya. Bila manusia sudah dikuasai oleh nafsu maka ia bisa menjadi tamak, rakus, egois, tidak punya malu, tidak,punya empati, tidak tolerans dan sebagainya.  Tamak, rakus, egois, tak punya malu, tak punya empati adalah sifat-sifat  binatang.  Maka manusia yang tak bisa mengendalikan hasrat nafsunya dikatakan sebagai manusia binatang karena ia berperilaku seperti binatang.

Namun ketika manusia mempunyai hati yang bersih (qalbus saliim), maka ia dapat menjadi mahluk yang mulia seperti malaikat.  Karena hati yang bersih dapat mempengaruhi akal dan nafsu untuk menjalankan  fungsinya secara baik.

Dengan ketiga unsur ruhani itulah menjadikan manusia sebagai mahluk yang unik, karena ia bisa lebih jahat dari syetan, bisa lebih hina dari binatang, tetapi juga  bisa lebih mulia dari malaikat.   Manusia sendirilah yang memilih status kehidupannya dihadapan Allah SWT, karena ia adalah mahluk yang sempurna, yang diberi kebebasan untuk memilih.

Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiin. Tsumma radadnaahu asfala saafilin. Illal laadziina aamanuu wa ’amilush shaalihat.

(Sesungguhnya Allah  telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya kejadian. Kemudian Allah mengembalikannya kepada yang serendah-rendahnya. Kecuali bagi orang yang beriman dan beramal shalih.) (QS. At-Tiin ; 4-6)

 

Peran, fungsi dan hubungan ketiga unsur ruhaniah.

(1).   Pertama adalah otak atau akal.

Otak atau akal adalah salah satu instrumen manusia yang berfungsi untuk berfikir atau memecahkan suatu masalah.  Otak juga berfungsi untuk mengingat dan memahami suatu peristiwa atau kejadian.   Lebih dari itu otak adalah sebagai pusat gerak, yaitu instrumen yang berperan menggerakkan jasmani untuk melakukan suatu kegiatan. Kaki bisa berjalan, tangan memegang, mulut bicara, mata melihat , telinga mendengar adalah karena diperintahkan oleh otak.   Jadi jasmani hanya akan melakukan suatu kegiatan apabila diperintah oleh otak.   Namun demikian, otak tak hendak memerintahkan jasmani untuk melakukan suatu kegiatan apabila ia tidak didorong oleh suatu keinginan yaitu nafsu.

(2).    Yang ke-dua adalah tentang nafsu.

Para ahli dan pakar ilmu kejiwaan sepakat bahwa dalam setiap diri manusia terdapat apa yang disebut sebagai motive, atau dalam istilah psikologi adalah drive.  

Motive atau drive ini merupakan suatu kekuatan ruhaniah yang mendorong manusia untuk berbuat sesuatu.   Tanpa adanya motive atau drive, manusia tidak mempunyai kemauan untuk berbuat sesuatu.   Dalam istilah umum, kekuatan tersebut kita kenal dengan nafsu atau hawa nafsu.  

Dengan demikian maka nafsu merupakan suatu kekuatan yang sangat bermanfaat, karena ia berfungsi sebagai pendorong semangat hidup.    Namun, di sisi lain  nafsu akan sangat berbahaya dan dapat mencelakakan manusia apabila ia tidak dikendalikan dengan baik.    Jadi sesungguhnya nafsu mempunyai dua sisi yaitu positif dan negatif.  

Dalam khasanah Islam, nafsu positif ini disebut dengan quwwah rabbaniyah (nafsu ketuhanan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kebajikan.                Sedangkan nafsu negatif disebut dengan Quwwah syaitaniah (nafsu setan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kesesatan.   Diantara keduanya yang mempunyai potensi lebih besar adalah nafsu syaitaniah (nafsu negatif)

Allah Swt berfirman : Inna Nafsa La Ammaratum Bissu’i -  Illa Maa Rahimma Rabbi

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan (QS. Yusuf : 53).

Maka bisa digambarkan bahwa nafsu itu ibarat api.  Ia cenderung membakar apa saja sehingga bisa menjadi sebuah malapetaka, namun ia akan sangat berguna apabila dapat dikendalikan dengan baik.  

Demikian halnya dengan nafsu, ia akan sangat bermanfaat bila dikendalikan dengan baik. 

Siapa yang berperan mengendalikan nafsu?  ---  Ia adalah qalbu

 

(3).    Tentang hati atau qalbu.

Hati atau qalbu adalah instrumen ruhaniah yang menyimpan nilai-nilai ilahiyah, yaitu nilai-nilai mulia yang berasal dari Allah Swt.   Nilai-nilai ilahiyah itu adalah kejujuran, keadilan,  kepedulian,  tanggung jawab, kasih sayang, empati, syukur, sabar, ikhlas, dsb. Nilai-nilai mulia itu dikenal sebagai suara hati

Seorang ahli ilmu kejiwaan, Prof. Dr. Naya Diyarkara, menyatakan :   ”Semua manusia memiliki getaran hati yang sama, yang selalu menyuarakan nilai-nilai kebenaran, itulah fitrah.  Fitrah itu adalah bisikan Tuhan yang terekam dalam jiwa manusia”.

Dengan potensi yang memancarkan nilai ilahiyah itu, maka hati  berfungsi sebagai penyaring keinginan, dan berperan memberi pertimbangan kepada otak tentang apa yang sepatutnya dilakukan.   

Demikianlah hubungan antara ketiga unsur ruhani yaitu akal, nafsu dan qalbu.  Selanjutnya, bagaimanakah peran jasmani ?

         (4)     Peran jasmani.

Jasmani hanyalah menjalankan apa yang diperintahkan oleh otak, sebagai perwujudan dari apa yang dikehendaki oleh nafsu, yang telah mendapatkan bimbingan dari qalbu.

Dari ketiga unsur ruhaniah tersebut, yang paling dominan dalam mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia adalah nafsu.  Apabila nafsu tidak dikendalikan oleh qalbu, maka yang muncul adalah quwwah syaitaniah, yang cenderung mendorong ke arah kemungkaran.

 

QALBU

Lebih jauh kita membahas mengenai instrumen ruhaniah yang paling penting yaitu hati/qalbu.

Hati merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia.   Ia menyimpan potensi ilahiyah, yang memancarkan nilai-nilai mulia yang berasal dari Tuhan, yang berfungsi sebagai pembimbing jiwa. 

Kalau hati seseorang bersih  tentu ia dapat berfungsi sebagai pembimbing yang baik untuk melakukan perbuatan kebajikan.  Tetapi kalau hatinya kotor, maka peran hati sebagai pembimbing tidak berfungsi dengan baik, karena tertahan oleh kotoran-kotoran yang menyelimutinya.

Hati ibarat bohlam lampu, apabila kaca bohlam bersih maka ia dapat memancarkan sinar cahaya dengan baik. Namun apabila kaca bohlam itu ditutupi oleh kotoran-kotoran yang menempel di kacanya, maka sinar cahaya akan terhambat.  Semakin banyak kotoran yang menempel pada kaca bohlam maka semakin sedikit pula pancaran sinarnya.

Pada mulanya hati itu bersih tanpa noda seditkpun, itulah hati seorang anak bayi.  Namun kemudian hati itu dinodai oleh perbuatan-perbuatan buruk seperti maksiat, kufur, zalim, serakah, egois, dengki, dan sebagainya. 

Setelah noda-noda itu menumpuk semakin banyak, maka hati akan tertutupi dan tidak lagi bisa memancarkan nilai-nilai Ilahiyah.  Kalau sudah demikian maka hati menjadi beku atau mati.    Hati yang telah mati tidak dapat berfungsi lagi untuk mengendalikan nafsu, sehingga mengakibatkan rusaknya prilaku manusia.

Rasulullah SAW bersabda :

Alaa wa inna fil jasadi mudh ghah - Idzaa sholuhat sholuhal jasadu kulluhu.

Waidzaa hasadat fasadal jasadu kulluhu - Alaa wahiyal qalbu

Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada mughdah, bila ia sehat/baik maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia buruk/rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu (HR. Bukhari Muslim).

Selain memancarkan potensi ilahiyah, hati juga sebagai alat indera ruhaniah, karena ia mempunyai kemampuan untuk melihat, berkata dan mendengar secara ruhaniah.

·                     Hati punya mata yang disebut mata hati, yang selalu dapat melihat kebenaran.

·                     Hati juga punya mulut yang selalu membisikkan kebenaran, sehingga ucapannya dikenal sebagai kata hati.

·                     Hati juga punya telinga yang menangkap suara-suara kebenaran. 

 

Disamping sebagai alat indera ruhaniah, hati juga merupakan pusat perasaan, yakni sebagai pusat rasa yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah, ikhlas atau marah.  Orang menjadi bahagia atau menderita bukan disebabkan oleh harta atau tahta, melainkan ditentukan oleh hati. 

Harta dan tahta hanya merupakan sarana pendukung menuju kebahagiaan.    Dengan harta seseorang memperoleh kemudahan dalam mengatasi kebutuhan ekonomi.  Dengan tahta atau kedudukan seseorang memperoleh kehormatan dari masyarakat.       Namun apabila harta dan tahta tidak dikelola secara baik dan benar maka bisa jadi akan menimbulkan masalah bahkan bencana.

Tidak sedikit orang yang karena harta dan tahta hidupnya menjadi terbelenggu, kebebasannya terbatas, terikat oleh etika dan formalitas, cemas, stres dan bahkan tidak sedikit yang kemudian bunuh diri.    A’udzubillahi mindzalik.

Rasulullah SAW bersabda :

Berbahagialah engkau apabila mempunyai hati yang selalu bersyukur, lidah yang selalu berzikir, dan keluarga (lingkungan) yang baik yang selalu membantu dalam urusan ibadah.

Walaupun pada dasarnya semua orang mempunyai hati, namun dalam kenyataannya tidak semua orang mengelola hatinya dengan baik.  Akibatnya, kebanyakan orang kehilangan manfaat hatinya, yang sebenarnya sangat ia butuhkan untuk mengatasi persoalan dalam hidupnya.

Allah SWT berfirman  :

Walaqod Dzara’na Li Jahannamma Kasyiiran Minal Jinni Wal Insi -  Lahum Kullu Bullayaf Kohunna Bihaa

Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) (QS. Al-Araf: 179): 

Bahwa hati yang mampu memancarkan nilai-nilai ilahiyah adalah hati yang hidup.  Sedangkan hati yang sudah tidak bisa menjalankan fungsi-fungsinya, bisa dikatakan hatinya telah mati atau telah beku.  Agar hati yang telah mati atau beku bisa berfungsi kembali sebagaimana mestinya, maka ia harus dibersihkan dan dihidupkan kembali.  

Cara untuk membersihkan atau menghidupkan kembali hati adalah dengan dzikrullah (mengingat Allah).   Dzikir untuk mengingat Allah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu (1) dzikir qalbi (dzikir dengan hati), (2) dzikir lisan (dzikir dengan cara diucapkan) dan (3) dzikir amali (dzikir dengan perbuatan). 

Disini akan diuraikan sedikit tentang dzikir amali, antara lain adalah:

          (1)        Banyak mendekati kaum dhuafa.   

Kaum dhuafa adalah para fakir miskin, yaitu mereka yang sehari-hari mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.   Mereka sudah bekerja keras tetapi hasil kerjanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, apalagi untuk pendidikan yang baik.   Mereka adalah para buruh di pabrik, buruh tani, buruh nelayan, kuli bangunan, kuli pasar, pedagang asongan,  dsb.  

Dengan banyak atau sering mendekati kaum dhuafa yang hidupnya sangat memprihatinkan itu, maka akan membuat  hati menjadi lebih hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Rasulullah bersabda :

”Duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan terbebas dari kesombongan, dan menjadi orang besar disisi Allah” (HR.Abu Mu’aim)

Dalam suatu kisah, kepada Nabiyullah Musa As. Allah Swt berfirman:

“Kalau engkau ingin mendekati-Ku, maka dekatilah mereka yang kehausan, yang kelaparan, dan yang kelelahan.  Karena sesungguhnya Aku bersamanya.”

Orang yang dalam hidupnya hanya mengenal kemewahan, tentu kemewahan itu dirasakan sebagai sesuatu yang biasa, bukan lagi sebagai kenikmatan dan keindahan.  Hidup akan terasa nikmat apabila ia pernah merasakan hidup susah.  Sesuatu bisa dirasakan manis apabila kita pernah merasakan yang pahit. 

Ada satu ungkapan hikmah yang mengatakan bahwa, ”Kalau engkau biasa minum teh manis dengan 3 sendok gula, maka dengan 2 sendok gula engkau tidak merasakan manis”.

(2)      Banyak bersedekah.

Bersedekah merupakan bentuk kepedulian terhadap nasib fakir miskin.  Bersedekah akan menghapus dosa-dosa dan membersihkan kotoran hati.   Mereka yang enggan bersedekah berarti mereka sudah tidak punya kepedulian terhadap nasib fakir miskin, dan itu pertanda bahwa hatinya telah beku.  Dan mereka ini oleh Allah Swt digolongkan sebagai pendusta agama.

Allah Swt berfirman : 

Ara-aitalladzii yukadzdzibubiddiin    fadzaalikalladzi  yadu’ – ’ulyatiim    walaa yahudhdhu ’alaa tha’aamill miskin.  

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?. Mereka adalah orang yang menelantarkan anak yatim dan tidak peduli terhadap nasib orang miskin                 (QS. Al-Ma’un : 1-2)

Pada surat Ali Imran, Allah Swt juga  memperingatkan :

Lan tanaalul birra hatta  -  tunfiquu mimma tuhibbuuna. Wamaa tunfiquu min syai’in  faa innallaha bihii aliim.

Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum menafkahkan  sebagian harta yang kamu cintai.  Dan apapun yang kamu infakkan,  sungguh Allah maha Mengetahui.  (S. Ali Imran (3): 92).

(3)      Banyak berpuasa.

Apabila dikaji secara mendalam sesungguhnya banyak manfaat yang terkandung dalam aktifitas puasa.  Salah satu aktifitas puasa adalah menahan rasa lapar dan haus, aktifitas ini sesungguhnya mengajarkan pada seseorang untuk  ikut merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.

Dengan sering melaksanakan puasa maka seseorang akan semakin peka terhadap penderitaan yang dialami kaum dhuafa, dan hal ini akan membuat qalbu menjadi hidup.

 

Hati merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia, karena ia berperan sebagai pembimbing jiwa.  

Tidak semua mahluk Allah dikaruniai dengan hati, kecuali jin dan manusia.  Dan bagi kedua mahluk itu (yaitu jin dan manusia) disediakan surga dan neraka sebagai konsekuensinya.

Apabila ia mampu menjaga kebersihan hati, maka Allah SWT menyediakan surga baginya.   Dan bagi manusia yang mengotori hatinya, ia akan diancam dengan api neraka.

 

Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwahaa.  -  Qad aflaha man zakhaa haa.

Waqad khaaba man dassaa haa. 

(Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa, (dua potensi yaitu) kejahatan dan ketaqwaan.

Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan (hati)nya. Dan sungguh merugi orang-orang yang mengotori (hati) nya.  (QS. Asy-syams: 8-10)

 

Resume

Dalam ilmu psikologi modern, diketahui bahwa kecerdasan manusia tidak terbatas pada kecerdasan intelektual saja, akan tetapi dikenal kecerdasan lain yang berpengaruh langsung pada kehidupan manusia. 

Kalau dahulu kecerdasan hanya pada intelektualitas, yang dikenal sebagai IQ (intelegentia quotient), maka kini dikenal kecerdasan lain yaitu EQ (emotional quotient) atau kecerdasan emosional, dan SQ (spiritual quotient) atau kecerdasan spiritual.  Jadi sesungguhnya ada tiga kecerdasan utama pada diri manusia, yaitu IQ, EQ dan SQ.

Dikaitkan dengan tiga unsur ruhaniah manusia, maka IQ berkaitan dengan akal, EQ berkaitan dengan nafsu, dan SQ berkaitan dengan qalbu.

Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa sekitar 80% prilaku kehidupan manusia dipengaruhi secara langsung oleh EQ (emosional), sedangkan IQ hanya berperan maksimal hanya 20% saja.    Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar aktifitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh emosional atau nafsu

Agar nafsu yang berperan sangat besar itu dapat berpengaruh baik pada kehidupan manusia, maka ia harus dikendalikan secara baik oleh qalbu.  Dan agar qalbu dapat berperan sebagai pengendali nafsu secara maksimal, maka qalbu/hati harus selalu dibersihkan. 

Jadi inti dari manusia yang hidup dan berkehidupan sesungguhnya ada pada hati.  Hati adalah potensi yang menentukan manusia menjadi mulia atau hina, dan yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah.