Senin, 10 Juni 2019

Harta, Anak & Istri adalah Ujian

DULU kita sering merasa heran kenapa putra kyai atau pemimpin pondok pesantren ada saja yang nakal. Seolah-olah kalau nasihat dan ajaran kebaikan kyai hanya mempan untuk orang lain namun tidak untuk keluarganya sendiri. Saya juga sering menemukan para orang alim dan menjadi tokoh masyarakat yang biasanya mampu memecahkan masalah orang lain, namun seringkali “tampak” gagal dalam mendidik putra-putrinya sendiri.

Hikmahnya ternyata adalah seringkali ujian berat untuk SABAR dan IKHLAS bagi orang yang beriman yang diberikan Allah bukan melalui orang lain, namun melalui keluarga sendiri. Seperti kisah Nabi Nuh dengan putranya, Nabi Ibrahim dengan istrinya (Sarah), Nabi Luth dengan istrinya, Nabi Ya’kub dan putra-putranya, Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya,  dan Nabi Muhammad dengan paman-pamannya,  berikut ini:

Kisah Nabi Nuh.

Nabi Nuh dengan sabar telah berdakwah selama sembilan ratus lima puluh tahun untuk menyembah Allah. Namun dakwah yang begitu panjang tidak banyak menyadarkan kaumnya. Akhirnya Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera (kapal) yang sangat besat di puncak bukit, dan memerintahkan kaumnya yang taat dan berbagai jenis hewan untuk naik ke dalam bahtera tersebut. Ketika azab Allah berupa banjir besar menenggelamkan apa saja yang ada di muka bumi, Nabi Nuh melihat putranya yang ingkar kepada ajarannya untuk naik ke atas perahu, namun putranya tersebut menolak untuk diselamatkan dan memilih mencari dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.

Kisah Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim yang telah berkeluarga dengan Sarah belum juga dikaruniai keturunan. Atas saran Sarah kemudian Nabi Ibrahim menikahi Hajar yang kemudian memiliki anak bernama Ismail. Sedangkan dengan Sarahpun akhirnya dikarunia putra yang diberi nama Ishaq. Masalahnya timbul ketika Sarah begitu cemburu terhadap Hajar akhirnya mengusir hajar dari rumahnya. Nabi Ibrahimpun membawa Hajar dan Ismail hijrah ke jazirah arab yang tandus dan meninggalkannya di sana. Suatu ketika Nabi Ibrahim ingat dengan nazarnya untuk memberikan apasaja yang Allah inginkan jika beliau dikaruniai putra. Allah menguji Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putra yang dikasihinya sebagai tebusan atas nazar tersebut. Sungguh ujian yang sangat berat, namun Nabi Ibrahim, hajar dan Ismail dapat melaluinya dengan baik.

Kisah Nabi Luth.

Kaum Nabi Luth yang dikenal dengan kaum Sodom dan Gomorah adalah kisah yang sangat populer. Dakwah Nabi Luth pada kaumnya untuk menyembah Allah dan menjauhi kemaksiatan pada akhirnya tidak banyak berhasil sehingga Allah menurunkan laknat dan azab pada kaum homoseksual ini dengan hujan batu. Allah menyelamatkan nabi Luth dan pengikutnya, kecuali istri Nabi Luth sendiri yang ingkar pada ajaran Nabi Luth.

Kisah Nabi Ya’kub.

Nabi Ya’kub menikahi dua puteri pamannya, Laban, yang bernama Layya (Lea) dan Rahil (Rachel). Dari Layya Nabi Ya’kub memperoleh anak-anak: Rubail (Ruben), Syam’un (Simeon), Lawi (Lewi), Yahudza (Yahuda, dari nama inilah diambil nama Yahudi), Yasakhir, Zabilun dan Dina (satu-satunya perempuan). Dari Rahil Nabi Ya’kub memperoleh dua putera: Yusuf dan Bunyamin. Nabi Ya’kub lebih mengasihi Yusub dan Bunyamin karena Rahil meninggal dunia setelah melahirkan Bunyamin. Masalahnya terletak pada sifat iri dan dengki putra Nabi Ya’kub yang tua-tua dari istri Layya sehingga mereka mencelakai Yusuf dengan membuangnya ke sebuah sumur kering dan berkata kepada ayahnya kalau Yusuf diterkam bianatang buas dengan membawa bukti baju Yusuf yang diolesi darah kambing, dengan tujuan untuk merebut cinta dan perhatian nabi ya’kub. Nabi Ya’kub sangat sedih atas perbuatan mereka.

Kisah Nabi Yusuf.

Nabi Yusuf adalah putra Nabi Ya’kub yang menjadi korban dari sifat iri dan dengki saudara-saudara dari ibu yang berbeda. Nabi Yusuf dibuang ke sebuah sumur namun atas ijin Allah, Nabi Yusuf selamat dan menjadi pembesar di kerajaan mesir.

Kisah Nabi Ayub

Nabi Ayub seorang nabi yang gagah, kaya raya, mempunyai beberapa orang istri dan banyak anak.  Beliau diuji oleh Allah dengan dibangkrutkan ushanya, semua anak-anaknya meninggal dunia, ditimpa penyakit kulit hingga membusuk 18 tahun lamanya.   Nabi Ayub diasingkan oleh masyarakat yang awalnya memuja dan menghormatinya.  Bahkan istri-istrinya, satu persatu meninggalkannya. Hanya seorang istri yang setia, sabar dan mengurusnya, justru ia paling cantik di antara semua.  Kemudian mereka hidup terpencil di sebuah gua.

Semua ujian dan cobaan tidak menggoyahkan sedikitpun iman dan kesabarannya. Nabi Ayub kemudian diberi kesembuhan dan lulus ujian.  Kesabarannya patut diteladani meskipun diuji dengan kehilangan seluruh harta, keluarga dan serangan penyakit. 

Kisah Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad merupakan keturunan dari bangsawan suku Qurais. Paman-pamannya adalah tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh. Paman nabi Muhammad yaitu: Haris, Abu Thalib (Abdu Manaf), Zubair, Hamzah, Abu Lahab (Abdul Uzza), Ghaidaq, Muqawwam, Dhirar, `Abbas, Qusam, Abdul Ka`bah dan Hajal (Mughirah). Namun hanya Abbas dan Hamzah saja yang beriman dan menjadi pengikut Nabi Muhammad. Justru yang membuat Nabi Muhammad sedih adalah pamannya Abu Thalib (ayah dari Ali bin Abi Tahlib ra) yang telah membesarkan dan melimndungi Nabi Muhammad, sampai akhir hayatnya tidak beriman kepada Nabi Muhammad.

Anak dan Istri adalah Ujian

Namun jika kita sadari bersama, ujian terberat yang dirasakan oleh orang beriman justru dari keluarga sendiri. Hal ini karena anak dan istri memiliki ikatan emosional yang kuat denga diri kita. Sampai-sampai Allah memperingatkan kita dengan beberapa firmanNya.

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 64:14)

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ” (QS 8:28)

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS 63:9)

Kedua ayat tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa anak, istri dan harta akan menjadi bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah untuk lebih mendekatkan diri pada Allah atau kita semakin jauh dari Allah.

Pada ayat pertama Allah mengajarkan kepada kita untuk mengabil sikap memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka jika kemudian mereka menjadi musuh kita, bukan malah mengutuk anak dan istri kita. Rasanya terlalu berlebihan juga jika Ibu Malin Kundang sampai mengutuk Malin Kundang (baca: Anak atau Orang Tuakah yang Durhaka?) hanya karena tidak diakui sebagai ibu. Seharusnya Ibu Malin Kundang memaafkan dan mendoakan agar putra dan menantunya selamat dan diampuni oleh Allah. Sungguh Allah mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia yang memiliki derajat tinggi dengan memiliki sifat pemaaf. Hal ini juga diperkuat oleh ayat ketiga diatas.

Ayat kedua diatas merupakan peringatan bagi kita, bahwa harta dan anak-anak kita juga merupakan ujian dan cobaan. Seringkali orang berbuat korupsi agar anak dan turunannya bisa hidup bahagia dengan menumpuk harta kekayaan. seolah-olah kita ingin menjamin anak dan cucu kita tidak akan sengsara dengan jaminan kekayaan. Maka jangan sampai kita mengorbankan akhirat untuk mengejar dunia.

Ujian bagi Orang yang Beriman

Pepatah inggris menyebutkan “No pain No Gain” yang artinya kurang lebih tidak ada kesenangan tanpa dicapai dengan susah payah. Demikian juga dengan orang beriman, karena Allah tidak akan menggratiskan tiket masuk surga tanpa bayaran pahala (ujian). Allah tidak akan menaikkan level game kehidupan kita tanpa terlebih dahulu melewati ujian keimanan kita sesuai dengan firmal Allah.

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS 3:186)

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS 21:35)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS2:155)

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS 67:2)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. ” (QS 2: 214)

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS 29:2-3)

“Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.” (QS 25:20)

Beberapa Hadist Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan tentang ujian kehidupan bagi orang yang beriman

” Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapai - nya dengan amal-amal kebaikkannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu.” (HR. Athabrani)

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan kepada-nya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberian-Nya. Kalau dia tidak ridho dengan pem berian-Nya maka Allah tidak memberi -nya berkah. (HR. Ahma)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasululloh saw. bersabda , “ Ujian akan selalu menyertai hidup orang mu’min, entah pada dirinya, anak-nya maupun hartanya sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan terbebas dari dosa.” (Turmudzi)

“Apabila Allah menyenangi hamba-Nya , maka dia diuji , agar Allah mendengar permohonannya ( kerendahan dirinya ).” (HR.Al Baihaqi)

“Apabila Aku menguji hamba-KU dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar maka Aku ganti kedua matanya dengan surga. ” (HR.Ahmad)

“Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang diderita - nya , Apabila harus melakukannya , hendaklah dia cukup berkata, : “ Ya Allah , tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku , & wafatkanlah aku jika kematian baik untukku. ” (HR. Bukhari)

“Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit , kelelahan (kepayahan) diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampaipun duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya.” ( HR. Al Bukhari )

“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum – Allah menguji mereka. Barang siapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya murka Allah.” (HR. Attirmidzi).

Demikianlah bagi kita yang mengharap derajat dan kedekatan kita ditingkatkan oleh Allah, untuk selalu sabar dan ikhlas atas segala ujian hidup yang Allah berikan kepada kita baik melalui harta benda maupun anak dan istri kita.

marilah kita belajar lebih banyak lagi untuk bisa lulus dari berbagai ujian kehidupan ini, dan semoga kita yang membaca tulisan ini mendapatkan hidayah (pertolongan) Allah SWT untuk melewati semua ujian hidup dan lulus dengan predikat Khusnul Khotimah.

Aamiin





Sabtu, 08 Juni 2019

Beribadah Tak Cukup Hanya Berpedoman Al-Quran dan Hadist


Prof. KH Said Aqil Siroj (alumnus Universitas Ummul Qurra’, Mekah, Arab Saudi) :
Bagi umat Islam, menjalankan ibadah tak cukup jika hanya berpedoman pada Al-Quran dan Hadist. Sebab, kedua sumber hukum Islam itu hanya memberikan tuntunan pokok beribadah secara umum, tidak secara terinci.

Mengenai panduan praktisnya, umat Islam harus mengikuti ijma’ (pendapat para ulama) dan qiyas (padanan). Keduanya merupakan hasil penjabaran Al-Quran dan Hadist yang dilakukan para ulama, misal; Imam Syafii, Imam Hanbali, Imam Hanafi dan Imam dan Imam Maliki.
Tuntunan dan tata cara salat yang baik dan benar, katanya, tak akan ditemukan dalam Al-Quran dan Hadist. Umat Islam mesti mengikuti pendapat salah satu dari keempat imam tersebut.
Kalau ada orang belum pernah shalat, ada orang belum bisa shalat, belajar shalat, hanya baca Qur’an dan hadits, potong leher saya kalau (orang itu) bisa shalat,

Ibadah lain, misal haji. Juga tak bakal ditemukan pedoman praktisnya dalam Al-Quran dan Hadist. “Apalagi haji itu berkaitan dengan lokus, berkaitan dengan tempat. Tidak ada petunjuk, misalnya, Arafah itu di mana. Mina itu di mana. Enggak bakal ketemu kalau dicari di Al-Quran dan Hadist,” pungkasnya.
Qur’an berulang kali perintah shalat, aqimush shalah, aqimush shalah, tapi Qur’an tidak menjelaskan berapa kali shalat yang wajib sehari-semalam, tidak ada di Qur’an. Namanya shalat itu, apa namanya, tidak ada di Qur’an.

Nah, dihadits ada.. furidlot alaikum khomsu maktuban, kata Rasulullah “diwajibkan kepadamu sekalian shalat sehari semalam 5 kali”. (ini dalam) hadits, bukan (dalam) Qur’an, namanya Ad-Dhuhr, wal Ashr wal maghrib wal isya’ wal fajr, (ini dalam) hadits bukan (dalam) Qur’an. 

Nah tetapi… , hadits pun tidak menjelaskan syarat-syarat sahnya shalat ada 6 (harus Islam, baligh aqil, suci dari hadats, suci dari najis, dst.) gak ada didalam hadits se-urut itu. Rukunnya shalat 14: ,  Urut-urutan shalat:   (Niat berdiri bagi yang mampu,  Takbiratul Ihram, baca Fatihah, dst ..), gak ada didalam hadits (se-urut) itu. 


Terus darimana kita tahu, syaratnya shalat ada 6, rukunnya shalat (ada) 14, darimana itu? dari Ijm’ul Ulama. darimana Bu..?!! itu baru shalat, baru satu itu contohnya. 
Jadi, kalau ada orang pidato, ceramah khutbah, mari kita kembal ke Qur’an, semua ada di Qur’an, … itu goblok (Wahhabi).     

Kalau ada orang belum pernah shalat, ada orang belum bisa shalat, belajar shalat, hanya baca Qur’an dan hadits, potong leher saya kalau (orang itu) bisa shalat. Itu baru contoh shalat, belum haji, belum masalah lain-lain, tidak bisa kalau tanpa mengikuti ijmaul ulama.
Hanya beda-beda dikit, kalau Imam Hanafi takbir santai, “Allahu Akbar.. (posisi tangan santai)”, kalau Imam Malik malah tidak sedekap (membiarkan tangannya kebawah), kalau Imam Syafi’i tengah-tengah, kalau Imam Hanbali rodo nyekek, kayak wahabi-wahabi itu.. yang kalau shalat takbire ngene (mempraktekkan) terus kakinya harus ketemu satu sama lain, gak boleh ada ruang antara kaki, kenapa? nanti iblis disitu tempatnya, kalau saya Alhamdulillah iblis bisa ikut shalat…

Senin, 03 Juni 2019

Bid'ah

PENGERTIAN BID’AH
Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu yang baru.   Secara umum bid’ah adalah segala sesuatu yang dilakukan tanpa ada contoh sebelumnya.

Pengertian ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Masúd  sebagai berikut:   Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (baru) dan setiap yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”

--- --- ---

PENDAPAT BAHWA SEMUA BID’AH ADALAH SESAT
Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa semua bid’ah adalah sesat, dengan acuan :
“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.”  (HR. Muslim no. 867)
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak. (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

--- --- ---

KAIDAH FIQIH
Dalam khasanah hukum Islam (fiqih) : 
>  Hukum asal dalam masalah ibadah ritual (mahdhah) adalah bahwa semua ibadah haram (dilakukan) sampai ada dalil yang menghalalkannya. 
>  Sedangkan dalam masalah ibadah muamalah (ghair-mahdhah) bahwa segala ibadah yang berdimensi sosial adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya.

Nabi SAW telah melakukan klasifikasi terhadap segala perbuatan manusia menjadi dua bentuk, yaitu perkara agama dan perkara dunia. Maka semua yang berkaitan dengan perkara dunia (muamalah) nabi memberi kebebasan dalam mengekspresikannya sebagaimana haditsnya: “Kalian lebih tahu urusan dunia kalian” (HR.Muslim).

Tapi kalau dalam urusan agama nabi sangat membatasi bahkan tidak memberi ruang kepada manusia untuk bebas berekspresi, sebagaimana sabdanya: “
Dan jika yang berkaitan dengan agama kalian, maka kembalikanlah kepadaku” (HR.Muslim).
--- --- ---

PERTANYAAN : APAKAH PERBUATAN INI BID’AH ?

1. Penentuan waktu shalat fardu (dan puasa) di negara-negara Skandinavia (lingkar kutub utara) Mengikuti Waktu Shalat di Arab Saudi . Sebab di wilayah sana ada fenomena “Midnight Sun” (matahari pernah tidak tenggelam, alias tidak ada malam selama beberapa minggu). Catatan: Kebijakan ini tdk ada dlm hadits nabi.

2. Membayar zakat fitrah dengan BERAS atau UANG (bukan kurma, gandum, anggur atau keju spt yg dilakukan Rasulullah).

3. Utsman ibn Affan berinisiatif menambah adzan untuk Shalat Jum'at Menjadi Dua Kali, karena situasi dan kondisi kota Madinah yang semakin berkembang.

4. Di masjid kampung saya, setiap bulan Ramadhan selalu dilaksanakan “Tausiyah” (ceramah agama) di sela-sela waktu antara Shalat Tarawih dan Witir. 

5. Zakat profesi dan kewajiban membayar zakat mal (kekayaan) yang disimpan dalam bentuk deposito, properti, lahan tanah, dsb ... BUKAN dlm bentuk Emas & perak spt dlm hadis.

KELIMA pertanyaan tersebut tidak kita temukan dalilnya dalam AQ maupun hadis (tetapi ada di Ijma’ dan Qiyas)

--- --- --- ---

AJARAN ISLAM MENYESUAIKAN KEADAAN JAMAN

Ajaran Islam menyesuaikan keadaan Jaman, sepanjang tidak mengingkari AQ dan sunnah nabi. Contoh :

1. Adzan Shalat Jum’at 2 kali.

Keadaan masyarakat di jaman Khalifah Usman bin Affan sudah berbeda dg di jaman Rasulullah. Dimana pd jaman itu keadaan demografi sdh berkembang luas, dan tingkat keimanan umat Islam tdk setinggi saat Rasulullah hidup.


Sehingga pada saat hampir masuk waktu dhuhur di hari jum'at, dimana orang2 masih sibuk dengan aktifitas masing2 di tempat berbeda yg jauh dari masjid, maka Usman bin Affan berinisiatif mengumandangkan adzan di lokasi mereka sbg peringatan. Adzan dikumandangkan lagi di saat masuk waktu dan kaum muslimin sudah berada di masjid.

2. Safar syarat shalat qashar.

Para ulama sepakat bahwa dalam keadaan Safar (perjalanan jauh) shalat bisa diqashar maupun di jamak. Namun para ulama berselisih pendapat mengenai batasan safar, ada yg ukuran jarak (85 km) dan ada yang ukuran waktu (2 hari) untuk perjalanan safar.


Ulama modern masa kini berpendapat, bahwa Safar tidak diukur dari jarak maupun waktu, tetapi dari tingkat kesulitan dalam perjalanan. Seiring dengan kemajuan teknologi transportasi membuat jarak dan waktu tempuh perjalanan menjadi relatif, sehingga jarak 1000 km bisa ditempuh dengan cara mudah dan waktu yang relatif singkat.


Sebaliknya tingkat kemacetan lalu lintas juga bisa memaksa seorang berkendaraan dengan waktu tempuh lama meski jarak tempuh pendek, sehingga memungkinkan ia menjamak shalat.
--- --- ---

HUKUM BID’AH ADA 5
Menurut Syekh Izzuddin Abdul Aziz bin Abdussalam As-Salami, dalam kitab Al-Qawaídu Al-Kubra, Al-Mausum bi Qawaidil Ahkam fi Ishlahil Anam , secara fiqih bid’ah dapat dikategorikan menjadi 5 (lima), yakni: (1) wajib, (2) sunnah (3) mubah, , (4) makruh, dan (5) haram,
Beberapa contoh bid’ah dan hukumnya :
1. Bid’ah yang hukumnya wajib: pembukuan Al-Qur’an oleh Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq atas usulan Umar ibn Khattab. Di zaman Rasulullah ayat-ayat Al-Qur’an tidak dibukukan, tetapi ditulis di kulit binatang, batu yang tipis, pelepah kurma, tulang binatang dan sebagainya. 
2. Bid’ah yang hukumnya sunnah:  adzan jum'at 2 kali. dan shalat wudlu  
3. Bid’ah yang hukumnya mubah, jabat tangan usai shalat Subuh dan Ashar.
4. Bid’ah yang hukumnya makruh,: menghiasai masjid dengan ornamen-ornamen yang tidak mengandung unsur dakwah.
5. Bid’ah yang hukumnya haram, yakni shalat subuh 4 rakaat

“Barangsiapa yang membuat sunnah yang baik lalu diikuti oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu sunnah yang buruk lalu diikuti oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran yg buruk seperti orang yang mengamalkan, tanpa mengurangi dosa si pemberi missal”. (HR. Muslim no. 1017)
--- --- ---

BID’AH PARA SAHABAT NABI.

Berikut ini beberapa perbuatan-perbuatan “terpuji” para Sahabat yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah sebelumnya (tergolong bid’ah hasanah), Namun sebagian perbuatan tsb justru diapresiasi oleh Rasulullah ;

1. Shalat Tarawih Berjamaah. … Umar ibn Khattab melihat orang2 orang sedang shalat di Masjid Nabawi secara berpencar. Umar berkata kepada Abdurrahman bin Abdil Qaary: “Menurutku kalau mereka kukumpulkan pada satu imam akan lebih baik…” Maka ia pun mengumpulkan mereka –dalam satu jama’ah– dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab. Kemudian Umar berkata, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini.” (Riwayat Malik dalam Al Muwaththa’ bab Ma Jaa-a fi Qiyaami Ramadhan). Ket: Umar mengaku yang beliau lakukan adl bid’ah.

2. Pembukuan Al-Qur'an . … Umar ibn Khattab mengusulkan kpd Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq agar Al-Qu’an dibukukan.
Namun Abu Bakar menolak usul ‘Umar dan berkata kepada ‘Umar; “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah saw.?”. Umar menjawab; “Itu merupakan hal yang baik”. … Akhirnya pembukuan Al-Qur’an dilaksanakan. (Hadits riwayat Imam Bukhori dalam Shohih-nya juz 4 halaman 243 mengenai pembukuan ayat-ayat suci Al-Qur’an).

3. Adzan Shalat Jumat 2 Kali. Dilakukan oleh Utsman ibn Affan (HR. Imam Bukhari). Hal itu dilakukan krn sikon masyarakat Madinah di zaman Utsman yg jauh berbeda (lbh banyak, lbh luas, dan lbh kompleks) dg ketika saat Rasulullah masih hidup. Saat inipun adzan shalat jum'at di Masjidil Haram dilakukan 2 kali, jg krn "sikon"

4. Bilal Selalu Menjaga Wudhu, dan melakukan shalat sunah usai bersuci … padahal ia tak mencontoh siapapun. ((Shahih Bukhari (Bab Fadhl Thuhur bil Lail wan Nahar) dan Shahih Muslim (Bab Min Fadhail Bilal)).

5. Khubaib Bin Ady Melakukan Shalat Dua Raka’at Sebelum Dihukum Mati. Ketika disampaikan kpd Rasulullah, beliau membenarkan. (H.R Bukhari). ... Catatan: Khubaib sdh wafat ketika Rasul membenarkan perbuatannya.

6. Surat Al-Fatihah Untuk Menyembuhkan Penyakit. Dalam satu riwayat:  … ... ... ... Rasulullah saw. bertanya ; ‘Bagaimana engkau tahu bahwa surah al-Fatihah itu dapat menyembuhkan’? Rasulullah saw. membenarkan apa yang dilakukan para Sahabatnya tersebut “. (HR.Bukhori)


7. Puasa "ala" Nabi Daud. Puasa 2 hari sekali spt puasa yang dilakukan oleh nabi Daud diperbolehkan (diakui baik) oleh Rasulullah, meski beliau sendiri tdk melakukannya.

-------


AJARAN NABI MUHAMMAD (TIDAK) SEMPURNA ?
PANDANGAN : “Islam itu sudah sempurna,  tidak boleh ditambah dan dikurangi; Kewajiban umat Islam adalah ittiba’ (mengikuti);  Apabila menambah-nambah atau mengada-ada sesuatu yang tidak ada tuntunannya itu namanya bid’ah;  Setiap bid’ah adalah kesesatan yang tempatnya di neraka; Maka apabila berselisih maka kembalikan pada al-Qur’an dan hadis”.  
PERSOALAN : Bagaimanakah waktu pelaksanaan shalat fardu (dan puasa) di negara-negara Skandinavia, yang berada di dekat lingkar Kutub Utara?. Di kawasan itu waktu siangnya sangat panjang (rata-rata diatas 20 jam) dan waktu malamnya sangat pendek (rata-rata kurang dari 4 jam).
Bahkan di Lapland (bagian provinsi Finlandia paling utara), pada suatu musim panas di tahun 2008 ada fenomena "Midnight Sun" yaitu matahari tidak tenggelam (tidak ada malam) selama beberapa minggu.
Nah, kalau demikian bagaimana pengaturan waktu shalatnya?  Kapan saat shalat subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya?.  Apakah ada penjelasan di al-Qur'an dan hadis? 
KONKLUSI : Menilai kesempurnaan ajaran Islam itu bukanlah pada “lengkap tidaknya” teks al-Qur’an dan hadis dalam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
Pengaturan seluruh aspek kehidupan secara lengkap dalam teks al-Qur’an dan hadis tidaklah mungkin alias mustahil. 
Pandangan bahwa ajaran Islam sempurna adalah karena 4 alasan, yaitu: …
https://www.kompasiana.com/kalimana/59ef7331981827199f02c0f3/ajaran-nabi-muhammad-tidak-sempurna?page=all

Halal bi Halal

Halal bi Halal apa itu ?    Meskipun berasal dari kata dalam bahasa Arab, namun bila ditanyakan kepada orang Arab mereka akan bingung apa artinya.

Halal dalam bhs arab artinya: (1) diperkenankan ; (2) baik (thayyib).  Bila ditambahkan kata “bi”, menjadi frase “Halal bi Halal” , maka dalam tata Bahasa arab tidak punya makna.   istilah halal bi halal ternyata hanya ada di Indonesia.

Kegiatan Halal bi Halal juga tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun Hadis,

Halal bi Halal adalah tradisi silaturahmi kreatifitas asli umat Islam Indonesia.

Pengertian halal bihalal adalah acara silaturahmi yang dilaksanakan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, dengan kegiatan inti saling bermaaf-maafan yang diselingi ceramah agama.

Karena kegiatan ini sangat baik dan bermanfaat, maka halal bi halal kini ditiru dan diselenggarakan oleh masyarakat bangsa lain, yaitu Malaysia dan Brunai.   Bahkan diselenggarakan pula oleh beberapa warga masyarakat di Riyadh dan Kuwait.


Sejarah

Kegiatan silaturahmi mula-mula digelar oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I, yang masyhur dijuluki Pangeran Sambernyawa pada sekitar tahun 1770-an

Kegiatan serupa terus berlanjut di kalangan masyarakat muslim.

Istilah halal bihalal digagas oleh KH Wahab Chasbullah, salah seorang ulama perintis Nahdahtul Ulama (NU), yang ditawarkan kepada Bung Karno dalam rangka rekonsiliasi para elit ditengah konflik yang sedang melanda bangsa Indonesia di tahun 1948.

Dalam acara halal bihalal, ada bbrp unsur :

a)  Silaturahmi.

b)  Bermaaf-maafan

d)  Ceramah agama.


Halal bi Halal...  Bid’ah?.  Dalam khasanah hukum Islam (fiqih), hukum asal dalam masalah ibadah ritual (mahdhah) adalah bahwa semua ibadah haram (dilakukan) sampai ada dalil yang menghalalkannya. Sedangkan dalam masalah ibadah muamalah (ghair-mahdhah) bahwa segala ibadah yang berdimensi sosial adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya. 

Minggu, 02 Juni 2019

Narasi Politik seorang Anies Baswedan....

Tidak berlebihan kalau warga DKI suka sama gubernurnya, Anies memang smart.

Tidak berlebihan juga kalau rakyat indonesia suka sama pak Anies lalu sering disebut sebagai Gubernur indonesia atau Gubernur rasa presiden, sangat layak.

Anies adalah tokoh baru dalam ranah eksekutif level gubernur, narasi politiknya menunjukkan kelasnya.

Anies sadar bahwa dia sedang memimpin ibukota negara muslim terbesar di dunia. Yang dibutuhkan bukan hanya kapasitas intelektual, tapi harus memiliki hati juga yang peka.

Anies dalam kapasitasnya sebagai gubernur, menghargai dan menghormati setiap warga DKI, tidak ada tebang pilih kaya atau miskin. Beda sama kebijakan pendahulunya Ahok.

Anies memanusiakan manusia, dia paham bahwa dia sedang memimpin manusia yang bisa berpikir bukan sedang mengemudi sebuah traktor mesin.

Baru kali ini pemprov DKI menyelenggarakan mudik gratis skala besar untuk warga DKI yang akan pulang kampung, saat ini masih pulau jawa dahulu karena memang kas APBD DKI tidak sebesar kas yang ada di tangan Jokowi.

Lebih dari 300 bus dengan jumlah pemudik yang terdaftar gratis saat ini 17.000 an orang. Anies ingin memberikan sinyal sebagai pemimpin yang selalu hadir dimomen istimewa seperti lebaran.

Lebih dari itu, anies sudah meneken surat membolehkan takbir keliling, bahkan anies membolehkan warga luar untuk datang ke jakarta pasca lebaran. Tidak akan ada razia yustisi. Takbir keliling dan operasi yustisi. Dua hal yang dulu sangat ketat dimasa Ahok.

Narasi anies memang level negarawan, dengan bahasa sederhana"jakarta adalak kota kita semua" jakarta adalah milik seluruh rakyat indonesia. Ini namanya presidential narrative. Narasi level presiden.

Anies tidak mengkotak kotakkan warga, tidak tebang pilih warga VIP dan mana warga biasa. Anies bukan gubernur pro pemodal dan pro mafia, aturan dia tegakkan kepada semua golongan. Tanpa pandang bulu.

Saat pemerintah pusat saling sembunyi tangan atas demo berdarah tanggal 25 mei lalu didepan bawaslu, Anies tampil menemui rakyat, melihat langsung, dan mengumumkan korban yang jatuh. Walaupun kuping istana sangat kepanasan.

Saat pejabat pusat bahkan presiden sendiri mangkir dan menghindar, anies tampil menghibur rakyat jakarta dan mendengar aspirasinya. Padahal presiden saja sempat kabur ke bandara saat ada yang demo di jakarta beberapa tahun lalu.

Anies dengan kapasitas intelektual yang dimiliki. S3 lulusan luar negeri, seperti ingin mengajarkan rakyat indonesia akan standar demokrasi yang benar, pelajaran yang rakyat tidak pernah dapatkan bahkan dari seorang presiden yang memang buta demokrasi.

Anies mengurus jakarta dengan hati, prestasinya tidak bisa lagi dihitung dengan lembaran lembaran piagam. Datanglah ke jakarta langsung, anda akan melihat jakarta yang jauh lebih teduh dan humanis dari sebelumnya.

Narasi anies adalah narasi negarawan, anies merangkul semua golongan tapi dengan tetap tegas bertindak sesuai standar operasional demokrasi yang rapi dan manusiawi.

Tegas bagi anies adalah nafas kerjanya. Anies gak pernah takut dibully dan caci apalagi hanya sekedar petisi online untuk melengserkan dirinya yang baru baru ini digagas oleh gerombolan kaum dungu yang gagal paham esensi demokrasi.

Anies berupaya menjadikan jakarta sebagai ril miniatur indonesia. Kota yang teratur dengan aturan main, kota yang tidak bisa dibeli oleh yang para taipan yang suka main belakang. Kota yang didedikasikan untuk kebahagiaan warganya semua. Bayangkan kalau anies punya wewenang mengatur dan merapikan seluruh indonesia?

Anies gubernur yang memiliki kapasitas leadership yang kuat, teguh, kokoh, cerdas,bijak dan diplomatif. Sebuah kapasitas yang sangat cocok memimpin negeri ini kedepan.

Narasi politik anies adalah antitesis jokowi, Ahok, Luhut, Wiranto, dkk yang segala sesuatu pakai otot dan urat saraf. yang ujung ujungnya kontroversi, diprotes rakyat dan dicaci maki. Anies bukan tipikal pejabat yang suka ralat kebijakan, suka polemik dan pencitraan media dan suka menyesatkan publik. Anies antitesis dari mereka semua.

Anies bukan tipikal pemimpin takut medsos, takut demo, takut kaos, takut tagar, takut ketemu pendemo, takut ulama, takut rakyatnya sendiri dan takut diancam bunuh.

Anies bukan pemimpin yang playing victim untuk menutupi ketidakbecusannya dalam mengatur negeri seperti apa yang selama ini dipertontonkan rezim jokowi.