Penjelasan Ust. Khalid Basalamah ini sangat detil dan lengkap, lebih rinci dan lengkap dari cara Rasulullah mengajarkan shalat. Karena nabi Muhammad Saw tidak pernah mengajarkan sedetil itu. Beliau hanya bersabda “shallu kama ra’aitumuni ushalli” artinya “shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat”.
Dengan
begitu maka para sahabat mempraktikkan sikap dan gerakan shalat bermacam ragam sebagaimana
mereka melihat Rasulullah shalat. Ada yang bersedekapnya di dada, ada yg di
perut, ada yg lebih rendah lagi, dan bahkan ada yg tidak bersedekap.
Demikian
pula sikap dan gerakan anggota tubuh lainnya, cara para sahabat shalat
berbeda-beda. Mereka semua telah mengikuti cara rasulullah shalat sebagaimana
yang mereka lihat dari berbagai macam sudut pandang, tempat dan waktu. Rasulullah tidak pernah sekalipun mengkoreksinya, menyalahkan
atau membenarkan.
Sekitar
200 tahun setelah Rasulullah wafat, yaitu setelah masa generasi 4 mazhab baru
muncul ulama2 yang menuliskan sunah rasul dalam bentuk
hadis (Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dll.)
Dengan
mengikuti hadis yang ada maka timbul perbedaan (ikhtilaf) cara umat Islam mempraktikkan
shalat. Padahal hadis itu adalah suatu tulisan yang menjelaskan sunnah rasul, redaksinya
tergantung cara pandang perawinya. Jadi hadis tidak
sama persis dengan sunnah rasul.
Pada
masa generasi sahabat nabi, tabi’in hingga generasi tabi’ut tabi’in, umat Islam
mempraktekkan shalat sesuai sunnah rasul (yang mereka ketahui), bukan dari
hadis. Setelah generasi itu umat Islam baru mengenal hadis.
Saran…
hendaknya umat Islam jangan terjebak dengan pandangan
ulama yang berbeda dalam memahami sebuah hadis. Imam mazhab yang 4 saja ada
banyak perbedaan. Itulah IKHTILAF. Jangan mengklaim pandangannya yang paling
benar (karena sesuai hadis).
Ingat
… Rasulullah tidak pernah mengajarkan secara detil
bagaimana sikap shalat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar