Sabtu, 12 Maret 2022

Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Raga dan Jiwa (MT)

Puasa Bagi Para Pemeluk Agama

Puasa tidak hanya dilakukan oleh umat muslim saja, tetapi juga dilakukan oleh pemeluk agama lainQS. Al-Baqarah: 183, “Yaa ayuhal ladziina  aamanuu,  kutiba ’alaikumush shiyaam  -  Kamaa kutiba ’alal ladzina min qablikum -  La’allakum tattaquun” , artinya ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.

Puasa yang dilakukan umat Muslim adalah tidak makan dan minum serta tidak melepaskan syahwat sejak pagi (subuh) hingga malam (maghrib). Waktu pelaksanaan puasa pun telah ditentukan yaitu selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Berbeda dengan umat Muslim, maka pelaksanaan puasa yang dilakukan oleh umat Yahudi, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha mempunyai pola yang berbeda satu sama lain.

1.  Yahudi.  Orang Yahudi diwajibkan berpuasa setiap tahunnya selama 6 hari. Pelaksanaannya dilakukan pada hari-hari penting, seperti Yom Kippur. 

2.  Kristen. Bagi umat Kristen berpuasa lebih ditekankan pada menahan diri dari keinginan duniawi. Puasa ini biasa dikenal dengan istilah puasa daging (pertobatan melawan keinginan duniawi).  Waktu pelaksanaan puasa tidak tertentu dan dirahasiakan.  Umat ini mengajarkan, berpuasa sebisa mungkin tidak memberitahukan, waktunya di rahasiakan, jadi tidak tentu kapan akan di lakukan atau kapan akan memulai. Para penganut puasa ini menyamarkan agar tidak terlihat berpuasa terhadap orang lain.

3.  Kristen Protestan.  Sedangkan umat Kristen Protestan berpuasa menghindari kebiasaan apa saja yang disukai, seperti puasa nonton tv, atau puasa mendengarkan lagu selama 1 minggu, atau 1 bulan, atau dalam waktu tertentu. Dengan demikian puasa ini merupakan puasa dalam segala hal, kemudian juga menjadi rutinitas para pemeluk alirannya.  Puasa dilaksanakan selama seminggu atau sebulan.  Sedangkan waktu pelaksanaan puasa agama  Kristen Protestan  secara resmi tidak ada pengumuman resminya sehingga hanya di atur oleh  pendeta masing masing  Gereja sebagai penggembalanya.

4.  Katolik. Bagi pemeluk Katolik berpuasa dengan makan kenyang sekali dalam sehari (24 jam) tetapi boleh minum (tidak termasuk dalam rangkaian puasa), dan hanya diwajibkan bagi yang berumur 18-59 tahun. Puasa bagi umat katolik, kini lebih menekankan dalam soal menahan hal-hal dari keinginan duniawi, yaitu daging, seperti halnya puasa umat kristen di atas. Lebih sepesifik umat katolik puasa ini pantang tidak makan dan tidak minum, menahan nafsu, dan hal lain yang amat di sukai selama 40 hari menjelang paskah atau  di kenal masa pra paskah.

5.  Hindu. Umat Hindu berpuasa pada hari-hari tertentu yang tiap daerah berbeda.  Bisa jadi waktu puasa umat hindi di India dan Indonesia tidak sama, bahkan masing-masing desa di Balipun juga berbeda.

6.  Budha. Sementara bagi umat Budha berpuasa dengan tidak makan setelah siang hari sampai esok pagi.  Waktu pelaksanaan tidak terikat, biasanya sesuai kebiasaan para biksu dan bikuni.  Puasa yang dilakukan oleh para biksu dan bikuni ini akhirnya dikembangkan menjadi beberapa pola makan dan diet. Dalam dunia kesehatan, puasa ini dikembangkan menjadi  intermittent fasting dimana seseorang dibatasi waktu makannya untuk memaksimalkan kesehatan tubuh secara menyeluruh.

 

Perintah Puasa Bagi Para Nabi

Kalau kita mengacu pada Alqur’an, maka puasa diperintahkan bagi orang-orang yang beriman.   QS. Al-Baqarah: 183, “Yaa ayuhal ladziina  aamanuu,  kutiba ’alaikumush shiyaam  -  Kamaa kutiba ’alal ladzina min qablikum -  La’allakum tattaquun” , artinya ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” 

Ayat tadi menjelaskan bahwa bukan hanya kita, umat Nabi Muhammad saja yang diperintahkan berpuasa, tetapi umat Nabi lainpun (sebelum kedatangan Rasulullah Saw)  juga diperintahkan berpuasa.    Bahkan pelaksanaan puasa bagi umat sebelum nabi Muhammad lebih berat bila dibandingkan dengan puasa kita sekarang. 

> Nabi Daud melaksanakan puasa yang paling berat, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka dalam satu tahun.  

> Nabi Musa bersama kaumnya diwajibkan berpuasa empat puluh hari setiap tahun.

> Nabi Isa menjalankan puasa wajib tiga hari setiap bulannya.   

> Sedangkan Nabi Adam diperintahkan untuk tidak mendekati (dan memakan) buah khuldi selamanya, yang ditafsirkan sebagai bentuk puasa pada masa itu.  Puasa semacam ini jangan dianggap enteng, karena kita belum tahu apa itu buah khuldi, seberapa besar menggodanya, apalagi jangka waktunya tak terbatas (selamanya).  Sampai-sampai seorang nabipun jatuh tergoda.

> Nabi Sulaiman hingga Nabi Isa 

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Sulaiman hingga Nabi Isa diperintahkan Allah untuk berpuasa tiga hari setiap bulannya.   Nabi Muhammad saw. sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan.  Nabi Muhammad juga mengamalkan puasa Asyura (yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram) bersama masyarakat Quraisy yang lain.  

MANFAAT PUASA

Tujuan utama diperintahkan manusia untuk puasa adalah agar mencapai derajat taqwa. Namun selain memperoleh derajat taqwa, puasa mempunyai manfaat lain, yaitu kesehatan badan dan kesehatan jiwa (kepribadian)

(1)     Manfaat puasa bagi Kesehatan badan.

Menurut statistik ilmu kesehatan, 60% penyakit berasal dari perut.  Apabila perut tidak dikendalikan, maka banyak penyakit akan muncul.    Makanan yang berlebihan gizi belum tentu baik bagi kesehatan seseorang.  Kelebihan gizi (overnutrisi) dapat menimbulkan penyakit seperti kolesterol, hipertensi, asam urat, jantung koroner, dan kencing manis (diabetes mellitus).  

Berbagai penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia, puasa bisa membantu dalam membuang sel-sel yang rusak, sekaligus membuang hormon ataupun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh (detoksifikasi).   Dengan puasa maka berbagai jenis penyakit dapat dikendalikan, seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, maag hingga kegemukan.

Puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam adalah rata-rata 14 jam, kemudian makan untuk durasi  waktu beberapa jam,   hal itu merupakan metode yang bagus untuk membangun kembali sel-sel baru.   Sehingga puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh, dengan cara peremajaan terhadap sel-sel yang tua.    Rasulullah SAW bersabda,  ”Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”  

Di Jerman ada lembaga yang bernama Fasten Institut (Lembaga Puasa), yang menggunakan puasa sebagai terapi untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu yang menurut pengobatan moderen belum dapat disembuhkan.

(2)    Manfaat puasa terhadap kesehatan jiwa / kepribadian,

Bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control).  Pengendalian diri terhadap hawa nafsu. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah meninggalkan segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim).         Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menyebutkan pengendalian hawa nafsu ini sebagai peperangan besar.  Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya peperangan terbesar (di muka bumi) adalah peperangan melawan hawa nafsu dirinya sendiri .” (HR.Thabrani al Baihaqi).

Pengendalian diri ketika berhadapan dengan orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita.  Nabi SAW bersabda, “Jika ada seseorang yang menghinamu (menantangmu), membodoh-bodohkanmu, maka katakanlah bahwa, aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa (tiga kali).”

Pengendalian diri ketika menyintai dan membenci sesuatu supaya tidak berlebih lebihan.  Rasulullah bersabda, ”Batasi kecintaanmu terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan membencinya suatu ketika. Dan batasi kebencianmu terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan membutuhkannya (mencintainya) suatu ketika.” (HR. Imam Tarmidzi)

Dengan berpuasa kita dilatih untuk mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar,  yaitu: Pengendalian diri untuk tidak marah, untuk tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk bersabar.   Puasa merupakan sarana untuk membentuk pribadi berakhlak mulia.    

Selain itu puasa juga dapat menumbuhkan rasa empati.    Puasa mengajarkan pada seseorang untuk  merasakan betapa beratnya lapar dan haus itu, sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.      Puasa menempa jiwa supaya memiliki kekuatan dan daya tahan menanggung penderitaan, mengurangi hawa nafsu keduniawian serta menggerakkan hati orang-orang kaya supaya menyantuni kaum dhuafa.

Setelah kita mengetahui hakekat dan filosofi dari puasa, maka kita bisa merasakan ternyata puasa itu sangat komprehensif.  Puasa bisa dikatakan berat bila kita tidak mempunyai ilmu yang cukup tentangnya,  dan sebaliknya, puasa akan dirasakan ringan dan menyenangkan bila kita mempunyai pengetahuan dan kesadaran akan makna puasa itu sendiri.

Selain berpengaruh positif terhadap aspek ruhaniah yaitu taqwa, ternyata ada hikmah lain (efek positif) yang terkandung dari puasa itu sendiri, yaitu untuk kesehatan badan dan kesehatan jiwa.

 

MELAKSANAKAN PUASA DENGAN BENAR 

Melaksanakan puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, puasa tidaklah sekedar menahan lapar dan dahaga saja,  akan tetapi puasa yang sesungguhnya adalah menahan hawa nafsu.   Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)

Rasulullah juga menjelaskan,  ”Kam Min Shaa-Imin  Laisa Lahu Min Shiyaamihi   Illal  Ju-’U   Wal  ’Athasyu” , Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)

Agar kita mendapatkan apa yang menjadi tujuan puasa, yaitu taqwa, maka puasa hendaklah dilakukan secara benar.  Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita menjaga empat hal untuk memenuhi syarat berpuasa, agar puasa kita diterima oleh Allah SWT, yaitu menjaga lisan, menjaga pendengaran, menjaga perbuatan, dan menjaga penglihatan.

(1)    Menjaga lisan.   Yaitu menjaga lisan dari perkataan dusta, fitnah, mengunjing, berkata kotor, dsb. 

(2)    Menjaga pendengaran.      Apa saja yang dilarang diucapkan, Allah juga melarang kita untuk mendengarkannya. 

(3)    Menjaga perbuatan dari kegiatan sia-sia, serta dari perbuatan yang keji dan kotor  (melamun, bergunjing, main judi, dsb)

(4)    Menjaga penglihatan.        Menjaga penglihatan agar tidak melihat sesuatu yang tidak disukai Allah.       Apa saja yang dilarang untuk dikerjakan, seperti judi, mabok, dsb, maka kita dilarang pula melihatnya.     

Bila kita mampu melaksanakan keempat syarat ini, kata Al-Ghazali,  puasa kita tidak akan sia-sia, bahkan bermanfaat bagi kehidupan kita dan akan mengantar kita kepada derajat taqwa. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar