"Saya sudah taat prokes dengan ketat, tapi kenapa kena juga ya?"
"Saya sudah pernah kena, sudah vaksin dua
kali pula, tapi kok tetap masih kena lagi..."
"Saya tidak vaksin, prokes sekenanya,
ternyata sampai sekarang baik-baik saja tuh.."
"Kena covid-19 ini kok seperti
undian dan arisan saja ya? nasib-nasiban."
Dan masih banyak celetukan kawan-kawan saya
tentang si kopid.
Dan ini satu celetukan yang jadi bom dari seorang kawanku, "Semua itu takdir, mau maskeran mau enggak, ujungnya bakal mati juga"...
Waduh, nggak gitu juga kaleee?
Semua yang terjadi di dunia ini sudah ada suratannya dari Allah Semesta Alam, disebut takdir. Tapi takdir itu tidak selalu datang ujug-ujug tanpa sebab. Kita mengenal ada 3 dimensi takdir: qadha, qadar dan ikhtiar.
Qadha adalah ketetapan Allah Swt (takdir) yang telah tertulis di Lauh al-mahfuz sejak zaman azali, yaitu sebelum Dia menciptakan semesta. Qadha merupakan ketetapan Allah yang bersifat umum, seperti kelaihran, jenis kelamin, rijeki dan kematian. Allah Swt sudah menetapkan bayi yang baru lahir itu berjenis kelamin apa, keturunan dari siapa, akan menjadi siapa, termasuk juga profesinya, sampai kapan dan dimana kematiannya.
Qadar adalah ketetapan Allah Swt (takdir) yang merupakan realisasi dari qadha itu sendiri. Qadar merupakan keputusan Allah Swt dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya, baik berupa keberuntungan maupun musibah/kerugian.
Takdir sendiri terbagi menjadi dua, yaitu qadar mubram dan qadar mu’alaq. Pertama, takdir mubram adalah takdir mutlak yang tak mungkin berubah. Misalnya, kematian, jodoh, dan lain sebagainya. Kedua, takdir mu'allaq yang berarti takdir yang dapat berubah dengan doa, usaha, dan ikhtiar yang diupayakan hambanya. Misalnya, kekayaan, jabatan, kesehatan, rejeki, dan lain sebagainya.
Ikhtiar adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai harapan, keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau berusaha atau berupaya untuk meraihnya. Setelah Allah menetapkan qadha kemudian Dia memberikan kebebasan atau "free will" bagi manusia untuk melakukan apa saja agar diperoleh sesuatu seperti yang diinginkannya. Usaha itu disebut sebagai Ikhtiar.
Nah, kita diberi kesempatan untuk berikhtiar sebelum turun keputusan Allah yang tidak bisa diganggu gugat yang disebut Qadar.
Yang berikhtiar dengan bersungguh-sungguh, memiliki peluang besar untuk dianugerahi qadar sesuai yang diinginkan. Meminjam istilah golf, itu sama dengan dapat “Par”. Alhamdulillah.
Bila ikhtiar itu di dalam koridor kebenaran yang ditetapkan, maka Allah menambahnya dengan kebaikan (baca: pahala). Subhanallah, dapat "Birdie!".
Bila kemudian mereka menerima dan bersyukur apapun hasil akhirnya, karena yakin itu adalah qadar (keputusan) Allah, maka dapat bonus berkah. Masya Allah, itu "Eagle!".
Nah, kalau ada yang sudah patuh prokes dll tetapi tetap kena kopid? Yakinlah bahwa Allah SWT punya skenario terbaik yang kita belum paham.
* Mungkin saja Allah mem-vaksin kita dengan cara-Nya untuk mempersiapkan kita
menghadapi pandemi gelombang ke sekian.
* Mungkin Allah sedang meminta kita mendekat kepada-Nya, ingin mendengar istighfar kita yang tulus, supaya hati dan iman kita jauh lebih kuat, dll.
Bagi yang cuek bebek tanpa prokes dan tidak
kunjung terinfeksi covid-19, alhamdulilah.
Tapi kita harus ingat bahwa tidak pakai masker,
tidak rajin cuci tangan, suka berkerumun, itu menghilangkan
pahala ikhtiar sekaligus melanggar
syariat. Dapatnya hanya Boogie.
Tidak melakukan prokes sambil sombong, Double Boogie.
Mengajak
orang lain untuk sama-sama tidak
melakukan prokes, Triple Boogie.
Kalau sudah begini, tidak hanya kehilangan kesempatan mendapat kebaikan (pahala) tapi malah berdosa. Nauzubillah.
Wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar