Selama berada
di Birmingham, Alabama, hari-hari saya
padat sekali dengan masalah Machine Learning, Artificial Inteligent dan Cyber
Intelligence, saking padatnya sampai hari ini saya belum juga sempat pergi ke
Museum Civil Right Movement dan 16th Baptist Church yang menjadi saksi
Perjuangan Fred Shuttlesworth untuk persamaan hak Afro-Americans. Akan tetapi ditengah kesibukan yang padat ini
saya tetap memantau seluruh berita di tanah air, dan sangat tergugah ketika
membaca polemik terkait Pidato Pak
Prabowo terkait masa depan Indonesia 30 tahun yang akan datang.
Seperti
biasa, peristiwa apapun yang terjadi dikedua sisi polarisasi indonesia, akan
langsung menjadi polemik seru antara fanboy dan haters dari kedua sisi
polarisasi ini. Kemudian hal ini diperburuk dengan komentar-komentar para politikus busuk, para machiavellian
keparat dari kedua kutub polarisasi yang ingin mengambil keuntungan ataupun
posisi politis dari polemik ini. Dan melihat ini semua sungguh sangat membuat
saya prihatin.
Sebelum saya
lanjutkan, saya ingin kembali menegaskan bahwa saya bukan Fanboy ataupun haters
dari kedua belah pihak. Saya Rakyat Indonesia yang Cinta akan Bangsa saya
sendiri dan muak dengan semua kebodohan dan perseteruan yang tak berujung, yang
akan membawa Bangsa Besar ini ke jurang Self Destruction.
Bagi Fanboy
Pak Prabowo maupun Fanboy Pak Jokowi yang saling berseteru dan belum juga move
on dari Pemilu 2014 (dua-duanya sama saja) biasakan membaca secara utuh dan
lengkap, jangan hanya membaca informasi dari media yang sesuai dengan
preferensi politik masing-masing, dan langsung berpolemik dan berapologetika
membela junjungan masing-masing. Setidaknya beli dulu Novel Ghost Fleet dari P.W Singer baru deh pada berpolemik. Jangan
debat kusir pepesan kosong hanya karena Sentimen politik, sentimen agama, dan
sentimen-sentimen lainnya tanpa memahami substansi permasalahan.
Semua berawal
ketika Pak Prabowo menyampaikan pidato didalam sebuah acara, dalam pidato
tersebut beliau menyebutkan bahwa “ada
kajian diluar negeri yang menyebutkan bahwa Indonesia akan bubar di tahun 2030”.
Sontak saja, pidato ini pun langsung menjadi polemik hebat, dan seperti biasa
kembali langsung terlihat polarisasi nyata baik di media massa maupun di social
media, antara fanboy Pak Prabowo dan Fanboy Pak Jokowi. Yang satu memainkan
gerakan defensif aktif yang satu lagi memainkan gerakan ofensif dan bahkan
cenderung ad hominem.
Setelah
beberapa lama maka diduga bahwa apa yang dimaksud dengan kajian dalam pidato
tersebut adalah ternyata novel Ghost Fleet karangan P.W Singer, dan langsung
saja Pak Prabowo dibully habis-habisan oleh para fanboy Pak Jokowi, dan semakin
banyak cercaan yang sudah ad hominem.
Disisi lain maka fanboy Pak Prabowo pun
bertahan habis-habisan, dan memainkan self defense mechanism yang juga tak
kalah cantik. Sejujurnya, keduanya sama saja, saya yakin, tidak banyak bahkan
mungkin tidak ada orang di kedua belah pihak yang sebelum menyerang atau
membela sudah terlebih dahulu membaca buku-buku karya P.W. Singer, termasuk
Ghost Fleet.
Siapakah P.W. Singer ?
Perkenalan pertama saya dengan P.W. Singer
adalah melalui bukunya yang berjudul “Cybersecurity
and Cyber War”. Buku itu saya Baca ketika saya akan mengambil beberapa
sertifikasi internasional terkait cybersecurity dan cyber intelligence. Ini
adalah Buku non fiksi, bukan fiksi seperti Ghost Fleet.
Dalam buku
ini Singer menjelaskan banyak hal tentang bagaimana cybernetics telah merasuk ke seluruh sendi-sendi pertahanan
Amerika, bagaimana negara tersebut membangun cyber resilience mereka, bagaimana serangan Stuxnet atas reaktor
nuklir iran, dan bagaimana state
sponsored hacker group menyerang Amerika, serta bagaimana operasi NSA dalam
mempertahankan cyber space
mereka.
Buku ini pada
dasarnya menjelaskan bagaimana cybersecurity
dan cyber war dari sudut pandang kebijakan public.
P.W. Singer
bukanlah sekedar penulis biasa. Ia adalah salah seorang Senior Fellow termuda
di Brookings Institution, sebuah
lembaga riset prestisius sekaligus think thank di Washington, US.
Singer bahkan
pernah menjabat sebagai Direktur Pusat
Analisa Keamanan dan Intelijen abad 21 di Brookings Institution. Dalam
pidatonya di TED, dia mengungkapkan bagaimana peranan Drone dalam dunia militer sekarang dan masa depan serta bagaiamna
teknologi militer akan terus berevolusi di masa depan. Perlu diketahui sekarang
sudah ada mini killer drone yang
memiliki kecerdasan buatan untuk mencari dan membunuh targetnya sendiri
berdasar facial recognizitiion.
Singer adalah
seorang pemegang Phd. dari Harvard, seorang Sarjana dari Princeton. Sungguh
seorang yang memiliki tradisi akademis yang sangat tinggi dan dihormati. Singer
memiliki akses khusus ke Departemen
Pertahanan, Badan Keamanan Nasional, Militer dan Komunitas Intelijen di Amerika.
Dia
benar-benar figur akademisi yang memahami Geopolitik, Keamanan dan Pertahanan
serta Intelijen dan Kebijakan Luar Negeri.
Dari sini
sedikit banyak kita sudah dapat mengukur kredibilitas dia sebagai seorang
akademisi dan peneliti. Tentunya dengan kredibilitas seperti ini dan budaya
akademis yang dia jalankan , Singer tidak akan gegabah dalam mebuat setiap
tulisan, baik itu jurnal penelitian, paper, buku non fiksi bahkan buku fiksi
sekalipun seperti Ghost Fleet. Singer menulis beberapa buku yang menjadi
rujukan buat para pembelajar dibidang Cyber Security dan juga spesialis
dibidang Cyber Intelligence
Saya akan
mencoba menggambarkan secara kontekstual, konsep
Cyber War yang diungkap Singer dalam
bukunya baik fiksi maupun non fiksi kedalam konteks Indonesia ditambah
dengan analisa cyber threat intelligence saya sendiri. Saya akan memberikan gambaran skenario
bagaimana jika Indonesia menjadi target sebuah negara untuk dihancurkan dan
digulingkan pemerintahannya.
Operasi Terhadap Indonesia
Diperkirakan Dalam 3 Tahap
(lihat gbr )
1. Low Intensity Operation.
a. Operasi di tahapan ini adalah operasi perang informasi dan operasi psikologis.
Tujuan utamanya adalah untuk cipta
kondisi. Kondisi apakah yang ingin diciptakan ? Polarisasi ditengah masyarakat.
Sebab dengan polarisasi maka kohesi masyarakat akan semakin renggang dan
ketika semakin renggang maka perpecahan dan destabilisasi akan terjadi. Operasi
ini akan sangat efektif dan masif efeknya karena bantuan social media.
Setiap Aktor
dan cyber persona disebar di kedua kutub polarisasi untuk terus memberikan dan
menimbulkan situasi dan kondisi perpecahan.
b. Operasi ekonomi dan sosial kebudayaan juga
dilakukan dengan sangat senyap, percayalah dunia intelijen bukan hanya sebatas
yang digambarkan dalam film-film hollywood, ini adalah dunia yang sangat gelap
dan misterius dan bisa melakukan operasi dari semua sisi untuk mencapai tujuan.
c. Dalam tahapan ini juga akan terus dilakukan operasi-operasi hacking untuk saling
menjatuhkan elit dari kedua kutub polarisasi, membuat mereka berpikir bahwa
yang menyerang mereka adalah pihak kontra mereka. Disini akan sering terjadi
Doxing, Web Defacement, dll.
2. Coup or Revolution ?
a. Setelah kondisi yang dinginkan telah tercapai,
maka Negara yang akan menyerang kita tinggal memilih apakah ingin menggulingkan
pemerintahan yang ada dan meruntuhkan Indonesia dengan cara Coup d’etat ataukah Revolusi dengan people power. Semua pilihan ini tergantung pada operasi
intelijen apa yang akan dilakukan selanjutnya serta apakah prasyarat operasi
intelijen tersebut telah terpenuhi, dan bagaimana keuntungan dari setiap pilhan
terhadap operasi berikutnya.
b. Apabila Coup tidak bisa dijalankan karena
militer setia maka pilihan revolusi
pun diambil. akan tetapi jika keduanya tidak memungkinkan dilakukan maka
pilihan terakhir adalah invasi.
3. Invasion
a. Invasi yang dilakuan tentunya tidak lagi
dengan cara konvensional,
mengirimkan Kapal Induk dan Armadanya, Bombing besar-besaran menggunakan
pesawat Stealth, Mengirimkan Pasukan Marinir untuk mendarat di pesisir kita
atau pasukan komando untuk sabotase infrastruktur kritis kita. No Way, itu kemahalan dan akan sangat terlihat tidak relevan dengan investasi teknologi
mereka.
b. Mereka akan memulai serangan ke sektor energi dan finansial Indonesia. Semua Pembangkit
Listrik kita diserang sehingga Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi
dan Bagian Timur Indonesia tidak ada listrik. Apakah ini mungkin ? jawabannya
adalah sangat mungkin.
Ukraina pernah mengalami mati listrik
diseluruh wilayahnya, akibat operasi hacking dari suatu negara. Selanjutnya semua
sektor energi lain selain Pembangkit LIstrik diserang, mulai dari Geo Thermal kita jadi berhenti operasi,
sumber gas dan minyak kita juga,
bahkan sampai ke kilang minyak yang
kita operasikan, Semua Serangan ini dimungkinkan dengan menyerang ICS/SCADA
dari sektor Energi tersebut dan operasi hacking lainnya. (Untuk detinya lebih
baik diskusi tatap muka langsung dengan saya. terlalu berbahaya dijelaskan disini)
c. Selanjutnya operasi hacking atas sektor Finansial, yang diserang terlebih
dahulu tentunya BI, Kementrian keuangan dan BEJ. Hal ini akan menimbulkan kepanikan
luar biasa dibidang ekonomi. Saya tidak akan bercerita lebih detil akan hal
ini, karena sangat berbahaya. Tapi sekali lagi saya ingatkan potensi serangan ini nyata dan bisa
dilakukan oleh “mereka”. (Untuk detinya lebih baik diskusi tatap muka langsung
dengan saya. terlalu berbahaya
dijelaskan disini)
d. Serangan berikutnya adalah Dunia Transportasi dan Logistik kita,
dengan prioritas utama serangan tertuju kepada Dunia penerbangan sipil kita,
dan berikutnya memutus mata rantai transportasi logistik kita. Saya juga tidak
akan menjelaskan lebih detil terkait hal ini.(Untuk detinya lebih baik diskusi
tatap muka langsung dengan saya. terlalu berbahaya dijelaskan disini)
e. Serangan
terhadap Infrastruktur Telekomunikasi
dan Penginderaan yang kita miliki, dengan target utama adalah setiap
satelit yang kita miliki.(Untuk Detinya lebih baik diskusi tatap muka langsung
dengan saya. terlalu berbahaya
dijelaskan disini)
f. Setelah semua tahapan serangan diatas barulah invasi secara fisik dan konvensional
dijalankan dengan lebih efisien dan murah.
Akan muncul
pertanyaan, bagaimana sebenarnya kemampuan
pertahanan Indonesia di Cyberspace, bagaimana Cyber Resilience kita, bagaimana
Cyber Detterence kita ?
Dengan
bersedih hati saya akan memberikan jawaban bahwa kita terlambat menyadari pentingnya membangun Cyber Resilience kita
di Cyberspace. Kita terlambat beradaptasi dengan perkembangan pertahanan dan
keamanan yang begitu cepat dan mengerikan. Sampai hari ini kita belum memiliki badan khusus untuk Computer
Emergency Response Team (CERT) yang beroperasi efektif.
Memang
beberapa tahun lalu ada dibentuk ID-SIIRTI,
tapi menurut hemat saya , mereka juga belum benar-menjalankan fungsi CERT.
Seharusnya
semua insiden cybersecurity nasional ada dalam operasi incident handling mereka
dan bukan di wilayah kepolisian. BSSN
juga baru dibentuk tahun lalu, dan sampai hari ini masih terus berjuang untuk
membangun cyber resilience kita, belum pada tahapan sudah terwujudnya cyber
resilience itu sendiri.
Hampir semua
Kementrian dan Lembaga juga sangat
rentan terhadap serangan hacking dan khususnya operasi social engineering
atas pejabat eselon 3 keatas.
Cybersecurity awareness juga sangat rendah di Indonesia.
Inilah sekedar gambaran singkat kondisi pertahanan cyber kita.
Membaca
skenario diatas tentunya sangatlah mengerikan, jangankan anda, saya saja yang
sekian lama menganalisa ini semua masih terus jantungan rasanya. Akan tetapi
sampailah kita kepada satu pertanyaan final, yaitu apabila akhirnya kita
diinvasi dan semua yang dijelaskan diatas terjadi, dan Indonesia menjadi lemah,
apakah Indonesia bubar dan hilang dari peta dunia ?
TIDAK AKAN. INDONESIA TIDAK AKAN BUBAR
ATAU HILANG DARI PETA DUNIA
Kita bukan
bangsa kemarin sore yang kemerdekaanmnya adalah pemberian dari kolonialis. Kita
sudah terbiasa berjuang dengan kesakitan dan penderitaan. Negara yang mengInvasi
kita tentunya akan babak belur oleh perang gerilya berani mati yang tidak
berkesudahan, dan ini hanya akan menjadi neraka baru buat negara mereka.
Dan Lagi,
dalam setiap analisa geopolitik tentang Indonesia, negara kita dianggap tetap
harus ada sebagai penyeimbang dan
penyangga di wilayah asia pasifik, yang mereka perlukan adalah kontrol total atas negara ini bukan invasi,
tapi ini tentunya sama saja , kontrol total hanya menjadikan kita boneka. Tapi
hingga hari ini apakah benar mereka bisa memiliki kontrol total atas negara
kita ? TIDAK.
Akan tetapi
semua operasi cyber warfare dan operasi
intelijen berdasarkan kajian yang spesifik tentang Indonesia adalah ancaman nyata bagi bangsa ini, dan ini
harus menjadi warning peringatan
buat kita semua. Jangan sampai kita men-simplifikasi
masalah dengan mengatakan bahwa peringatan ini sebagai bentuk pesimisme belaka. Itu sangatlah absurd.
Kita semua
terbuai dan lupa bahwa kita belum
memiliki Cyber Resilience. Kita sibuk menghabiskan energi kita untuk
pertarungan politik yang tidak perlu disemua lapisan yang ada.
Sebenarnya
apa yang disampaikan Pak Prabowo masih mengandung unsur kebenaran, hanya saja
kesimpulan bahwa Indonesia akan bubar di 2030 itulah yang menurut saya fatal.
Bahwa ada
kajian terkait ancaman cyber war dan perang asimetris terhadap Indonesia adalah
benar. Bahwa PW Singer menuliskan berbagai kajian operasi militer dengan
teknologi cyber War juga mengingatkan kita bahwa Cyber Threat adalah Imminent
Threat terhadap Keamanan Nasional kita.
Akan tetapi sekalipun
semua skenario diatas itu terjadi, Indonesia tidak akan bubar. INDONESIA WILL
PREVAIL!!!
Masa depan
Indonesia bukan berada ditangan negara lain, tapi berada ditangan kita semua.
Saat ini dengan profesional Judgement saya, saya menyimpulkan bahwa Kita sudah
berada ditahapan Low Intensity Operation seperti yang saya jelaskan diatas.
Polarisasi
telah terjadi. Dan kita terus sibuk berkelahi satu dengan yang lainnya hanya
untuk membela junjungan masing-masing. Setiap hari terjadi perang apologetika
untuk mempertahankan kebenaran kubu masing-masing. Ini semu adalah hasil Low
Intensity Operation.
Information Warfare di Cyberspace yaitu social media dilakukan dengan sangat
masif, terstruktur dan sangat canggih. Dalam teori operasi intelijen, operasi
ini bertujuan untuk cipta kondisi demi mulusnya tahapan operasi berikutnya.
Sebagai
informasi, dalam Pemilu US beberapa tahun lalu, pemenangan salah satu calon
adalah hasil operasi yang melibatkan Rusia dan juga DIgital Army Sayap Kanan US
yang ada dibelakang Cambridge Analytics dan facebooks. Sungguh sebuah operasi
yang rumit dan rapih serta detil.
“The First Casualty of War is the
truth”
Kita
mengorbankan kebenaran yang hakiki dalam berbangsa dan bernegara hanya karena
asik ber- apologetika membela kebenaran kita masing-masing. Kita terhanyut dan
lupa bahwa kita sudah terlarut dalam permainan jahat para mastermind penguasa
dunia. Hal ini diperburuk juga dengan banyaknya Machiavellian Keparat dan
politikus busuk yang terus hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak perduli
bahwa akar rumput akan saling memakan satu sama lain akhirnya nanti
Yang kita
butuhkan sekarang adalah kerendahan hati dan kebesaran jiwa untuk rekonsiliasi
nasional dan beranjak dari pertarungan politis yang sudah merobek kohesi
kebangsaan. Apabila ini tidak kita lakukan maka kita sendirilah yang
membubarkan Indonesia, bukan Pihak Asing.
Sebagai Anak
Bangsa, saya yakin teguh bahwa kita tidak akan Bubar asalkan kita mau
berpegangan tangan dengan erat dan mesra untuk INDONESIA RAYA.
MERDEKA
***
Wartawan
media online www.limawaktu.id, Jumadi Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar