Rabu, 09 Mei 2018

Prabowo; P.W Singer dan Eksistensi Indonesia di Masa Depan


Selama berada di Birmingham, Alabama,  hari-hari saya padat sekali dengan masalah Machine Learning, Artificial Inteligent dan Cyber Intelligence, saking padatnya sampai hari ini saya belum juga sempat pergi ke Museum Civil Right Movement dan 16th Baptist Church yang menjadi saksi Perjuangan Fred Shuttlesworth untuk persamaan hak Afro-Americans.  Akan tetapi ditengah kesibukan yang padat ini saya tetap memantau seluruh berita di tanah air, dan sangat tergugah ketika membaca polemik terkait Pidato Pak Prabowo terkait masa depan Indonesia 30 tahun yang akan datang.

Seperti biasa, peristiwa apapun yang terjadi dikedua sisi polarisasi indonesia, akan langsung menjadi polemik seru antara fanboy dan haters dari kedua sisi polarisasi ini. Kemudian hal ini diperburuk dengan komentar-komentar para politikus busuk, para machiavellian keparat dari kedua kutub polarisasi yang ingin mengambil keuntungan ataupun posisi politis dari polemik ini. Dan melihat ini semua sungguh sangat membuat saya prihatin.

Sebelum saya lanjutkan, saya ingin kembali menegaskan bahwa saya bukan Fanboy ataupun haters dari kedua belah pihak. Saya Rakyat Indonesia yang Cinta akan Bangsa saya sendiri dan muak dengan semua kebodohan dan perseteruan yang tak berujung, yang akan membawa Bangsa Besar ini ke jurang Self Destruction.

Bagi Fanboy Pak Prabowo maupun Fanboy Pak Jokowi yang saling berseteru dan belum juga move on dari Pemilu 2014 (dua-duanya sama saja) biasakan membaca secara utuh dan lengkap, jangan hanya membaca informasi dari media yang sesuai dengan preferensi politik masing-masing, dan langsung berpolemik dan berapologetika membela junjungan masing-masing. Setidaknya beli dulu Novel Ghost Fleet dari P.W Singer baru deh pada berpolemik. Jangan debat kusir pepesan kosong hanya karena Sentimen politik, sentimen agama, dan sentimen-sentimen lainnya tanpa memahami substansi permasalahan.

Semua berawal ketika Pak Prabowo menyampaikan pidato didalam sebuah acara, dalam pidato tersebut beliau menyebutkan bahwa “ada kajian diluar negeri yang menyebutkan bahwa Indonesia akan bubar di tahun 2030”. Sontak saja, pidato ini pun langsung menjadi polemik hebat, dan seperti biasa kembali langsung terlihat polarisasi nyata baik di media massa maupun di social media, antara fanboy Pak Prabowo dan Fanboy Pak Jokowi. Yang satu memainkan gerakan defensif aktif yang satu lagi memainkan gerakan ofensif dan bahkan cenderung ad hominem.

Setelah beberapa lama maka diduga bahwa apa yang dimaksud dengan kajian dalam pidato tersebut adalah ternyata novel Ghost Fleet karangan P.W Singer, dan langsung saja Pak Prabowo dibully habis-habisan oleh para fanboy Pak Jokowi, dan semakin banyak cercaan yang sudah ad hominem.

 Disisi lain maka fanboy Pak Prabowo pun bertahan habis-habisan, dan memainkan self defense mechanism yang juga tak kalah cantik. Sejujurnya, keduanya sama saja, saya yakin, tidak banyak bahkan mungkin tidak ada orang di kedua belah pihak yang sebelum menyerang atau membela sudah terlebih dahulu membaca buku-buku karya P.W. Singer, termasuk Ghost Fleet.

Siapakah  P.W. Singer ?

 Perkenalan pertama saya dengan P.W. Singer adalah melalui bukunya yang berjudul “Cybersecurity and Cyber War”. Buku itu saya Baca ketika saya akan mengambil beberapa sertifikasi internasional terkait cybersecurity dan cyber intelligence. Ini adalah Buku non fiksi, bukan fiksi seperti Ghost Fleet.

Dalam buku ini Singer menjelaskan banyak hal tentang bagaimana cybernetics telah merasuk ke seluruh sendi-sendi pertahanan Amerika, bagaimana negara tersebut membangun cyber resilience mereka, bagaimana serangan Stuxnet atas reaktor nuklir iran, dan bagaimana state sponsored hacker group menyerang Amerika, serta bagaimana operasi NSA dalam mempertahankan cyber space mereka. 

Buku ini pada dasarnya menjelaskan bagaimana cybersecurity dan cyber war dari sudut pandang kebijakan public.

P.W. Singer bukanlah sekedar penulis biasa. Ia adalah salah seorang Senior Fellow termuda di Brookings Institution, sebuah lembaga riset prestisius sekaligus think thank di Washington, US.
Singer bahkan pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Analisa Keamanan dan Intelijen abad 21 di Brookings Institution. Dalam pidatonya di TED, dia mengungkapkan bagaimana peranan Drone dalam dunia militer sekarang dan masa depan serta bagaiamna teknologi militer akan terus berevolusi di masa depan. Perlu diketahui sekarang sudah ada mini killer drone yang memiliki kecerdasan buatan untuk mencari dan membunuh targetnya sendiri berdasar facial recognizitiion.

Singer adalah seorang pemegang Phd. dari Harvard, seorang Sarjana dari Princeton. Sungguh seorang yang memiliki tradisi akademis yang sangat tinggi dan dihormati. Singer memiliki akses khusus ke Departemen Pertahanan, Badan Keamanan Nasional, Militer dan Komunitas Intelijen di Amerika.
Dia benar-benar figur akademisi yang memahami Geopolitik, Keamanan dan Pertahanan serta Intelijen dan Kebijakan Luar Negeri.
Dari sini sedikit banyak kita sudah dapat mengukur kredibilitas dia sebagai seorang akademisi dan peneliti. Tentunya dengan kredibilitas seperti ini dan budaya akademis yang dia jalankan , Singer tidak akan gegabah dalam mebuat setiap tulisan, baik itu jurnal penelitian, paper, buku non fiksi bahkan buku fiksi sekalipun seperti Ghost Fleet. Singer menulis beberapa buku yang menjadi rujukan buat para pembelajar dibidang Cyber Security dan juga spesialis dibidang Cyber Intelligence

Saya akan mencoba menggambarkan secara kontekstual, konsep Cyber War yang diungkap Singer dalam  bukunya baik fiksi maupun non fiksi kedalam konteks Indonesia ditambah dengan analisa cyber threat intelligence saya sendiri.  Saya akan memberikan gambaran skenario bagaimana jika Indonesia menjadi target sebuah negara untuk dihancurkan dan digulingkan pemerintahannya.

Operasi Terhadap Indonesia Diperkirakan Dalam 3 Tahap (lihat gbr )

1. Low Intensity Operation.

a.  Operasi di tahapan ini adalah operasi perang informasi dan operasi psikologis. Tujuan utamanya adalah untuk cipta kondisi. Kondisi apakah yang ingin diciptakan ? Polarisasi ditengah masyarakat.  Sebab dengan polarisasi maka kohesi masyarakat akan semakin renggang dan ketika semakin renggang maka perpecahan dan destabilisasi akan terjadi. Operasi ini akan sangat efektif dan masif efeknya karena bantuan social media.
Setiap Aktor dan cyber persona disebar di kedua kutub polarisasi untuk terus memberikan dan menimbulkan situasi dan kondisi perpecahan.

b. Operasi ekonomi dan sosial kebudayaan juga dilakukan dengan sangat senyap, percayalah dunia intelijen bukan hanya sebatas yang digambarkan dalam film-film hollywood, ini adalah dunia yang sangat gelap dan misterius dan bisa melakukan operasi dari semua sisi untuk mencapai tujuan.

c.  Dalam tahapan ini juga akan terus dilakukan operasi-operasi hacking untuk saling menjatuhkan elit dari kedua kutub polarisasi, membuat mereka berpikir bahwa yang menyerang mereka adalah pihak kontra mereka. Disini akan sering terjadi Doxing, Web Defacement, dll.

2. Coup or Revolution ?

a.  Setelah kondisi yang dinginkan telah tercapai, maka Negara yang akan menyerang kita tinggal memilih apakah ingin menggulingkan pemerintahan yang ada dan meruntuhkan Indonesia dengan cara Coup d’etat ataukah Revolusi dengan people power.  Semua pilihan ini tergantung pada operasi intelijen apa yang akan dilakukan selanjutnya serta apakah prasyarat operasi intelijen tersebut telah terpenuhi, dan bagaimana keuntungan dari setiap pilhan terhadap operasi berikutnya.

b. Apabila Coup tidak bisa dijalankan karena militer setia maka pilihan revolusi pun diambil. akan tetapi jika keduanya tidak memungkinkan dilakukan maka pilihan terakhir adalah invasi.

3. Invasion

a.  Invasi yang dilakuan tentunya tidak lagi dengan cara konvensional, mengirimkan Kapal Induk dan Armadanya, Bombing besar-besaran menggunakan pesawat Stealth, Mengirimkan Pasukan Marinir untuk mendarat di pesisir kita atau pasukan komando untuk sabotase infrastruktur kritis kita. No Way, itu kemahalan dan akan sangat terlihat tidak relevan dengan investasi teknologi mereka.

b.  Mereka akan memulai serangan ke sektor energi dan finansial Indonesia.  Semua Pembangkit Listrik kita diserang sehingga Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Bagian Timur Indonesia tidak ada listrik. Apakah ini mungkin ? jawabannya adalah sangat mungkin.
Ukraina pernah mengalami mati listrik diseluruh wilayahnya, akibat operasi hacking dari suatu negara. Selanjutnya semua sektor energi lain selain Pembangkit LIstrik diserang, mulai dari Geo Thermal kita jadi berhenti operasi, sumber gas dan minyak kita juga, bahkan sampai ke kilang minyak yang kita operasikan, Semua Serangan ini dimungkinkan dengan menyerang ICS/SCADA dari sektor Energi tersebut dan operasi hacking lainnya. (Untuk detinya lebih baik diskusi tatap muka langsung dengan saya. terlalu berbahaya  dijelaskan disini)

c.  Selanjutnya operasi hacking atas sektor Finansial, yang diserang terlebih dahulu tentunya BI, Kementrian keuangan dan BEJ. Hal ini akan menimbulkan kepanikan luar biasa dibidang ekonomi. Saya tidak akan bercerita lebih detil akan hal ini, karena sangat berbahaya. Tapi sekali lagi saya ingatkan potensi serangan ini nyata dan bisa dilakukan oleh “mereka”. (Untuk detinya lebih baik diskusi tatap muka langsung dengan saya. terlalu berbahaya  dijelaskan disini)

d.  Serangan berikutnya adalah Dunia Transportasi dan Logistik kita, dengan prioritas utama serangan tertuju kepada Dunia penerbangan sipil kita, dan berikutnya memutus mata rantai transportasi logistik kita. Saya juga tidak akan menjelaskan lebih detil terkait hal ini.(Untuk detinya lebih baik diskusi tatap muka langsung dengan saya. terlalu berbahaya  dijelaskan disini)

e. Serangan terhadap Infrastruktur Telekomunikasi dan Penginderaan yang kita miliki, dengan target utama adalah setiap satelit yang kita miliki.(Untuk Detinya lebih baik diskusi tatap muka langsung dengan saya. terlalu berbahaya  dijelaskan disini)

f.  Setelah semua tahapan serangan diatas barulah invasi secara fisik dan konvensional dijalankan dengan lebih efisien dan murah.

Akan muncul pertanyaan, bagaimana sebenarnya kemampuan pertahanan Indonesia di Cyberspace, bagaimana Cyber Resilience kita, bagaimana Cyber Detterence kita ?

Dengan bersedih hati saya akan memberikan jawaban bahwa kita terlambat menyadari pentingnya membangun Cyber Resilience kita di Cyberspace. Kita terlambat beradaptasi dengan perkembangan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat dan mengerikan. Sampai hari ini kita belum memiliki badan khusus untuk Computer Emergency Response Team (CERT) yang beroperasi efektif.

Memang beberapa tahun lalu ada dibentuk ID-SIIRTI, tapi menurut hemat saya , mereka juga belum benar-menjalankan fungsi CERT.

Seharusnya semua insiden cybersecurity nasional ada dalam operasi incident handling mereka dan bukan di wilayah kepolisian. BSSN juga baru dibentuk tahun lalu, dan sampai hari ini masih terus berjuang untuk membangun cyber resilience kita, belum pada tahapan sudah terwujudnya cyber resilience itu sendiri.
Hampir semua Kementrian dan Lembaga juga sangat rentan terhadap serangan hacking dan khususnya operasi social engineering atas pejabat eselon 3 keatas.

Cybersecurity awareness juga sangat rendah di Indonesia. Inilah sekedar gambaran singkat kondisi pertahanan cyber kita.

Membaca skenario diatas tentunya sangatlah mengerikan, jangankan anda, saya saja yang sekian lama menganalisa ini semua masih terus jantungan rasanya. Akan tetapi sampailah kita kepada satu pertanyaan final, yaitu apabila akhirnya kita diinvasi dan semua yang dijelaskan diatas terjadi, dan Indonesia menjadi lemah, apakah Indonesia bubar dan hilang dari peta dunia ?

TIDAK AKAN. INDONESIA TIDAK AKAN BUBAR ATAU HILANG DARI PETA DUNIA

Kita bukan bangsa kemarin sore yang kemerdekaanmnya adalah pemberian dari kolonialis. Kita sudah terbiasa berjuang dengan kesakitan dan penderitaan. Negara yang mengInvasi kita tentunya akan babak belur oleh perang gerilya berani mati yang tidak berkesudahan, dan ini hanya akan menjadi neraka baru buat negara mereka.

Dan Lagi, dalam setiap analisa geopolitik tentang Indonesia, negara kita dianggap tetap harus ada sebagai penyeimbang dan penyangga di wilayah asia pasifik, yang mereka perlukan adalah kontrol total atas negara ini bukan invasi, tapi ini tentunya sama saja , kontrol total hanya menjadikan kita boneka. Tapi hingga hari ini apakah benar mereka bisa memiliki kontrol total atas negara kita ? TIDAK.

Akan tetapi semua operasi cyber warfare dan operasi intelijen berdasarkan kajian yang spesifik tentang Indonesia adalah ancaman nyata bagi bangsa ini, dan ini harus menjadi warning peringatan buat kita semua. Jangan sampai kita men-simplifikasi masalah dengan mengatakan bahwa peringatan ini sebagai bentuk pesimisme belaka. Itu sangatlah absurd.

Kita semua terbuai dan lupa bahwa kita belum memiliki Cyber Resilience. Kita sibuk menghabiskan energi kita untuk pertarungan politik yang tidak perlu disemua lapisan yang ada.

Sebenarnya apa yang disampaikan Pak Prabowo masih mengandung unsur kebenaran, hanya saja kesimpulan bahwa Indonesia akan bubar di 2030 itulah yang menurut saya fatal.

Bahwa ada kajian terkait ancaman cyber war dan perang asimetris terhadap Indonesia adalah benar. Bahwa PW Singer menuliskan berbagai kajian operasi militer dengan teknologi cyber War juga mengingatkan kita bahwa Cyber Threat adalah Imminent Threat terhadap Keamanan Nasional kita.
Akan tetapi sekalipun semua skenario diatas itu terjadi, Indonesia tidak akan bubar. INDONESIA WILL PREVAIL!!!

Masa depan Indonesia bukan berada ditangan negara lain, tapi berada ditangan kita semua. Saat ini dengan profesional Judgement saya, saya menyimpulkan bahwa Kita sudah berada ditahapan Low Intensity Operation seperti yang saya jelaskan diatas.

Polarisasi telah terjadi. Dan kita terus sibuk berkelahi satu dengan yang lainnya hanya untuk membela junjungan masing-masing. Setiap hari terjadi perang apologetika untuk mempertahankan kebenaran kubu masing-masing. Ini semu adalah hasil Low Intensity Operation.

Information Warfare di Cyberspace yaitu social media dilakukan dengan sangat masif, terstruktur dan sangat canggih. Dalam teori operasi intelijen, operasi ini bertujuan untuk cipta kondisi demi mulusnya tahapan operasi berikutnya.

Sebagai informasi, dalam Pemilu US beberapa tahun lalu, pemenangan salah satu calon adalah hasil operasi yang melibatkan Rusia dan juga DIgital Army Sayap Kanan US yang ada dibelakang Cambridge Analytics dan facebooks. Sungguh sebuah operasi yang rumit dan rapih serta detil.

“The First Casualty of War is the truth”

Kita mengorbankan kebenaran yang hakiki dalam berbangsa dan bernegara hanya karena asik ber- apologetika membela kebenaran kita masing-masing. Kita terhanyut dan lupa bahwa kita sudah terlarut dalam permainan jahat para mastermind penguasa dunia. Hal ini diperburuk juga dengan banyaknya Machiavellian Keparat dan politikus busuk yang terus hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak perduli bahwa akar rumput akan saling memakan satu sama lain akhirnya nanti

Yang kita butuhkan sekarang adalah kerendahan hati dan kebesaran jiwa untuk rekonsiliasi nasional dan beranjak dari pertarungan politis yang sudah merobek kohesi kebangsaan. Apabila ini tidak kita lakukan maka kita sendirilah yang membubarkan Indonesia, bukan Pihak Asing.

Sebagai Anak Bangsa, saya yakin teguh bahwa kita tidak akan Bubar asalkan kita mau berpegangan tangan dengan erat dan mesra untuk INDONESIA RAYA.

MERDEKA


***

Wartawan media online www.limawaktu.id, Jumadi Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar