Senin, 10 Juni 2019

Harta, Anak & Istri adalah Ujian

DULU kita sering merasa heran kenapa putra kyai atau pemimpin pondok pesantren ada saja yang nakal. Seolah-olah kalau nasihat dan ajaran kebaikan kyai hanya mempan untuk orang lain namun tidak untuk keluarganya sendiri. Saya juga sering menemukan para orang alim dan menjadi tokoh masyarakat yang biasanya mampu memecahkan masalah orang lain, namun seringkali “tampak” gagal dalam mendidik putra-putrinya sendiri.

Hikmahnya ternyata adalah seringkali ujian berat untuk SABAR dan IKHLAS bagi orang yang beriman yang diberikan Allah bukan melalui orang lain, namun melalui keluarga sendiri. Seperti kisah Nabi Nuh dengan putranya, Nabi Ibrahim dengan istrinya (Sarah), Nabi Luth dengan istrinya, Nabi Ya’kub dan putra-putranya, Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya,  dan Nabi Muhammad dengan paman-pamannya,  berikut ini:

Kisah Nabi Nuh.

Nabi Nuh dengan sabar telah berdakwah selama sembilan ratus lima puluh tahun untuk menyembah Allah. Namun dakwah yang begitu panjang tidak banyak menyadarkan kaumnya. Akhirnya Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera (kapal) yang sangat besat di puncak bukit, dan memerintahkan kaumnya yang taat dan berbagai jenis hewan untuk naik ke dalam bahtera tersebut. Ketika azab Allah berupa banjir besar menenggelamkan apa saja yang ada di muka bumi, Nabi Nuh melihat putranya yang ingkar kepada ajarannya untuk naik ke atas perahu, namun putranya tersebut menolak untuk diselamatkan dan memilih mencari dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.

Kisah Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim yang telah berkeluarga dengan Sarah belum juga dikaruniai keturunan. Atas saran Sarah kemudian Nabi Ibrahim menikahi Hajar yang kemudian memiliki anak bernama Ismail. Sedangkan dengan Sarahpun akhirnya dikarunia putra yang diberi nama Ishaq. Masalahnya timbul ketika Sarah begitu cemburu terhadap Hajar akhirnya mengusir hajar dari rumahnya. Nabi Ibrahimpun membawa Hajar dan Ismail hijrah ke jazirah arab yang tandus dan meninggalkannya di sana. Suatu ketika Nabi Ibrahim ingat dengan nazarnya untuk memberikan apasaja yang Allah inginkan jika beliau dikaruniai putra. Allah menguji Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putra yang dikasihinya sebagai tebusan atas nazar tersebut. Sungguh ujian yang sangat berat, namun Nabi Ibrahim, hajar dan Ismail dapat melaluinya dengan baik.

Kisah Nabi Luth.

Kaum Nabi Luth yang dikenal dengan kaum Sodom dan Gomorah adalah kisah yang sangat populer. Dakwah Nabi Luth pada kaumnya untuk menyembah Allah dan menjauhi kemaksiatan pada akhirnya tidak banyak berhasil sehingga Allah menurunkan laknat dan azab pada kaum homoseksual ini dengan hujan batu. Allah menyelamatkan nabi Luth dan pengikutnya, kecuali istri Nabi Luth sendiri yang ingkar pada ajaran Nabi Luth.

Kisah Nabi Ya’kub.

Nabi Ya’kub menikahi dua puteri pamannya, Laban, yang bernama Layya (Lea) dan Rahil (Rachel). Dari Layya Nabi Ya’kub memperoleh anak-anak: Rubail (Ruben), Syam’un (Simeon), Lawi (Lewi), Yahudza (Yahuda, dari nama inilah diambil nama Yahudi), Yasakhir, Zabilun dan Dina (satu-satunya perempuan). Dari Rahil Nabi Ya’kub memperoleh dua putera: Yusuf dan Bunyamin. Nabi Ya’kub lebih mengasihi Yusub dan Bunyamin karena Rahil meninggal dunia setelah melahirkan Bunyamin. Masalahnya terletak pada sifat iri dan dengki putra Nabi Ya’kub yang tua-tua dari istri Layya sehingga mereka mencelakai Yusuf dengan membuangnya ke sebuah sumur kering dan berkata kepada ayahnya kalau Yusuf diterkam bianatang buas dengan membawa bukti baju Yusuf yang diolesi darah kambing, dengan tujuan untuk merebut cinta dan perhatian nabi ya’kub. Nabi Ya’kub sangat sedih atas perbuatan mereka.

Kisah Nabi Yusuf.

Nabi Yusuf adalah putra Nabi Ya’kub yang menjadi korban dari sifat iri dan dengki saudara-saudara dari ibu yang berbeda. Nabi Yusuf dibuang ke sebuah sumur namun atas ijin Allah, Nabi Yusuf selamat dan menjadi pembesar di kerajaan mesir.

Kisah Nabi Ayub

Nabi Ayub seorang nabi yang gagah, kaya raya, mempunyai beberapa orang istri dan banyak anak.  Beliau diuji oleh Allah dengan dibangkrutkan ushanya, semua anak-anaknya meninggal dunia, ditimpa penyakit kulit hingga membusuk 18 tahun lamanya.   Nabi Ayub diasingkan oleh masyarakat yang awalnya memuja dan menghormatinya.  Bahkan istri-istrinya, satu persatu meninggalkannya. Hanya seorang istri yang setia, sabar dan mengurusnya, justru ia paling cantik di antara semua.  Kemudian mereka hidup terpencil di sebuah gua.

Semua ujian dan cobaan tidak menggoyahkan sedikitpun iman dan kesabarannya. Nabi Ayub kemudian diberi kesembuhan dan lulus ujian.  Kesabarannya patut diteladani meskipun diuji dengan kehilangan seluruh harta, keluarga dan serangan penyakit. 

Kisah Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad merupakan keturunan dari bangsawan suku Qurais. Paman-pamannya adalah tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh. Paman nabi Muhammad yaitu: Haris, Abu Thalib (Abdu Manaf), Zubair, Hamzah, Abu Lahab (Abdul Uzza), Ghaidaq, Muqawwam, Dhirar, `Abbas, Qusam, Abdul Ka`bah dan Hajal (Mughirah). Namun hanya Abbas dan Hamzah saja yang beriman dan menjadi pengikut Nabi Muhammad. Justru yang membuat Nabi Muhammad sedih adalah pamannya Abu Thalib (ayah dari Ali bin Abi Tahlib ra) yang telah membesarkan dan melimndungi Nabi Muhammad, sampai akhir hayatnya tidak beriman kepada Nabi Muhammad.

Anak dan Istri adalah Ujian

Namun jika kita sadari bersama, ujian terberat yang dirasakan oleh orang beriman justru dari keluarga sendiri. Hal ini karena anak dan istri memiliki ikatan emosional yang kuat denga diri kita. Sampai-sampai Allah memperingatkan kita dengan beberapa firmanNya.

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 64:14)

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ” (QS 8:28)

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS 63:9)

Kedua ayat tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa anak, istri dan harta akan menjadi bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah untuk lebih mendekatkan diri pada Allah atau kita semakin jauh dari Allah.

Pada ayat pertama Allah mengajarkan kepada kita untuk mengabil sikap memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka jika kemudian mereka menjadi musuh kita, bukan malah mengutuk anak dan istri kita. Rasanya terlalu berlebihan juga jika Ibu Malin Kundang sampai mengutuk Malin Kundang (baca: Anak atau Orang Tuakah yang Durhaka?) hanya karena tidak diakui sebagai ibu. Seharusnya Ibu Malin Kundang memaafkan dan mendoakan agar putra dan menantunya selamat dan diampuni oleh Allah. Sungguh Allah mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia yang memiliki derajat tinggi dengan memiliki sifat pemaaf. Hal ini juga diperkuat oleh ayat ketiga diatas.

Ayat kedua diatas merupakan peringatan bagi kita, bahwa harta dan anak-anak kita juga merupakan ujian dan cobaan. Seringkali orang berbuat korupsi agar anak dan turunannya bisa hidup bahagia dengan menumpuk harta kekayaan. seolah-olah kita ingin menjamin anak dan cucu kita tidak akan sengsara dengan jaminan kekayaan. Maka jangan sampai kita mengorbankan akhirat untuk mengejar dunia.

Ujian bagi Orang yang Beriman

Pepatah inggris menyebutkan “No pain No Gain” yang artinya kurang lebih tidak ada kesenangan tanpa dicapai dengan susah payah. Demikian juga dengan orang beriman, karena Allah tidak akan menggratiskan tiket masuk surga tanpa bayaran pahala (ujian). Allah tidak akan menaikkan level game kehidupan kita tanpa terlebih dahulu melewati ujian keimanan kita sesuai dengan firmal Allah.

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS 3:186)

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS 21:35)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS2:155)

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS 67:2)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. ” (QS 2: 214)

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS 29:2-3)

“Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.” (QS 25:20)

Beberapa Hadist Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan tentang ujian kehidupan bagi orang yang beriman

” Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapai - nya dengan amal-amal kebaikkannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu.” (HR. Athabrani)

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan kepada-nya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberian-Nya. Kalau dia tidak ridho dengan pem berian-Nya maka Allah tidak memberi -nya berkah. (HR. Ahma)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasululloh saw. bersabda , “ Ujian akan selalu menyertai hidup orang mu’min, entah pada dirinya, anak-nya maupun hartanya sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan terbebas dari dosa.” (Turmudzi)

“Apabila Allah menyenangi hamba-Nya , maka dia diuji , agar Allah mendengar permohonannya ( kerendahan dirinya ).” (HR.Al Baihaqi)

“Apabila Aku menguji hamba-KU dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar maka Aku ganti kedua matanya dengan surga. ” (HR.Ahmad)

“Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang diderita - nya , Apabila harus melakukannya , hendaklah dia cukup berkata, : “ Ya Allah , tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku , & wafatkanlah aku jika kematian baik untukku. ” (HR. Bukhari)

“Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit , kelelahan (kepayahan) diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampaipun duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya.” ( HR. Al Bukhari )

“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum – Allah menguji mereka. Barang siapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya murka Allah.” (HR. Attirmidzi).

Demikianlah bagi kita yang mengharap derajat dan kedekatan kita ditingkatkan oleh Allah, untuk selalu sabar dan ikhlas atas segala ujian hidup yang Allah berikan kepada kita baik melalui harta benda maupun anak dan istri kita.

marilah kita belajar lebih banyak lagi untuk bisa lulus dari berbagai ujian kehidupan ini, dan semoga kita yang membaca tulisan ini mendapatkan hidayah (pertolongan) Allah SWT untuk melewati semua ujian hidup dan lulus dengan predikat Khusnul Khotimah.

Aamiin





Tidak ada komentar:

Posting Komentar