DULU kita sering merasa
heran kenapa putra kyai atau pemimpin pondok pesantren ada
saja yang nakal. Seolah-olah kalau nasihat dan ajaran kebaikan kyai
hanya mempan untuk orang lain namun tidak untuk keluarganya sendiri. Saya juga
sering menemukan para orang alim dan menjadi tokoh masyarakat yang biasanya
mampu memecahkan masalah orang lain, namun seringkali “tampak”
gagal dalam mendidik putra-putrinya sendiri.
Hikmahnya ternyata
adalah seringkali ujian berat untuk SABAR dan IKHLAS bagi orang yang beriman yang diberikan Allah
bukan melalui orang lain, namun melalui keluarga sendiri. Seperti kisah Nabi Nuh dengan putranya, Nabi
Ibrahim dengan istrinya (Sarah), Nabi Luth
dengan istrinya, Nabi Ya’kub dan putra-putranya,
Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya, dan Nabi Muhammad dengan paman-pamannya, berikut ini:
Kisah
Nabi Nuh.
Nabi Nuh dengan sabar
telah berdakwah selama sembilan ratus lima puluh tahun untuk menyembah Allah.
Namun dakwah yang begitu panjang tidak banyak menyadarkan kaumnya. Akhirnya
Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera (kapal) yang sangat besat di
puncak bukit, dan memerintahkan kaumnya yang taat dan berbagai jenis hewan
untuk naik ke dalam bahtera tersebut. Ketika azab Allah berupa banjir besar
menenggelamkan apa saja yang ada di muka bumi, Nabi Nuh melihat putranya yang
ingkar kepada ajarannya untuk naik ke atas perahu, namun putranya tersebut menolak untuk diselamatkan dan
memilih mencari dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.
Kisah
Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim yang telah
berkeluarga dengan Sarah belum juga dikaruniai
keturunan. Atas saran Sarah kemudian Nabi Ibrahim menikahi Hajar yang kemudian memiliki anak bernama Ismail. Sedangkan dengan Sarahpun akhirnya dikarunia
putra yang diberi nama Ishaq. Masalahnya timbul
ketika Sarah begitu cemburu terhadap Hajar akhirnya mengusir hajar dari
rumahnya. Nabi Ibrahimpun membawa Hajar dan Ismail hijrah ke jazirah arab yang
tandus dan meninggalkannya di sana. Suatu ketika Nabi Ibrahim ingat dengan
nazarnya untuk memberikan apasaja yang Allah inginkan jika beliau dikaruniai
putra. Allah menguji Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putra yang dikasihinya
sebagai tebusan atas nazar tersebut. Sungguh ujian yang sangat berat, namun
Nabi Ibrahim, hajar dan Ismail dapat melaluinya dengan baik.
Kisah
Nabi Luth.
Kaum Nabi Luth yang
dikenal dengan kaum Sodom dan Gomorah adalah kisah yang sangat populer. Dakwah
Nabi Luth pada kaumnya untuk menyembah Allah dan menjauhi kemaksiatan pada
akhirnya tidak banyak berhasil sehingga Allah menurunkan laknat dan azab pada
kaum homoseksual ini dengan hujan batu. Allah menyelamatkan nabi Luth dan
pengikutnya, kecuali istri Nabi Luth sendiri yang
ingkar pada ajaran Nabi Luth.
Kisah
Nabi Ya’kub.
Nabi Ya’kub menikahi dua
puteri pamannya, Laban, yang bernama Layya (Lea)
dan Rahil (Rachel). Dari Layya Nabi Ya’kub
memperoleh anak-anak: Rubail (Ruben), Syam’un (Simeon), Lawi (Lewi), Yahudza
(Yahuda, dari nama inilah diambil nama Yahudi), Yasakhir, Zabilun dan Dina
(satu-satunya perempuan). Dari Rahil Nabi Ya’kub memperoleh dua putera: Yusuf dan Bunyamin. Nabi Ya’kub lebih mengasihi Yusub
dan Bunyamin karena Rahil meninggal dunia setelah melahirkan Bunyamin.
Masalahnya terletak pada sifat iri dan dengki putra Nabi Ya’kub yang tua-tua
dari istri Layya sehingga mereka mencelakai Yusuf dengan membuangnya ke sebuah
sumur kering dan berkata kepada ayahnya kalau Yusuf diterkam bianatang buas
dengan membawa bukti baju Yusuf yang diolesi darah kambing, dengan tujuan untuk
merebut cinta dan perhatian nabi ya’kub. Nabi Ya’kub sangat sedih atas
perbuatan mereka.
Kisah
Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf adalah putra
Nabi Ya’kub yang menjadi korban dari sifat iri dan
dengki saudara-saudara dari ibu yang berbeda. Nabi Yusuf dibuang ke
sebuah sumur namun atas ijin Allah, Nabi Yusuf selamat dan menjadi pembesar di
kerajaan mesir.
Kisah
Nabi Ayub
Nabi Ayub seorang nabi yang gagah, kaya raya, mempunyai beberapa orang
istri dan banyak anak. Beliau diuji oleh
Allah dengan dibangkrutkan ushanya, semua anak-anaknya meninggal dunia, ditimpa
penyakit kulit hingga membusuk 18 tahun lamanya. Nabi
Ayub diasingkan oleh masyarakat yang awalnya memuja dan
menghormatinya. Bahkan istri-istrinya,
satu persatu meninggalkannya. Hanya seorang istri yang setia, sabar dan mengurusnya, justru ia
paling cantik di antara semua. Kemudian
mereka hidup terpencil di sebuah gua.
Semua ujian dan cobaan tidak menggoyahkan sedikitpun iman dan
kesabarannya. Nabi Ayub kemudian diberi kesembuhan dan lulus ujian.
Kesabarannya
patut diteladani meskipun diuji dengan kehilangan seluruh harta, keluarga dan
serangan penyakit.
Kisah
Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad merupakan
keturunan dari bangsawan suku Qurais. Paman-pamannya adalah tokoh masyarakat
yang sangat berpengaruh. Paman nabi Muhammad yaitu: Haris, Abu Thalib (Abdu
Manaf), Zubair, Hamzah, Abu Lahab (Abdul Uzza), Ghaidaq, Muqawwam, Dhirar,
`Abbas, Qusam, Abdul Ka`bah dan Hajal (Mughirah). Namun hanya Abbas dan Hamzah saja
yang beriman dan menjadi pengikut Nabi Muhammad. Justru yang membuat Nabi Muhammad
sedih adalah pamannya Abu Thalib (ayah dari Ali bin Abi
Tahlib ra) yang telah membesarkan dan melimndungi Nabi Muhammad, sampai akhir
hayatnya tidak beriman kepada Nabi Muhammad.
Anak
dan Istri adalah Ujian
Namun jika kita sadari
bersama, ujian terberat yang dirasakan oleh orang
beriman justru dari keluarga sendiri. Hal ini karena anak dan istri
memiliki ikatan emosional yang kuat denga diri kita. Sampai-sampai Allah
memperingatkan kita dengan beberapa firmanNya.
“Hai orang-orang mukmin,
sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS 64:14)
“Dan
ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ” (QS 8:28)
“Hai orang-orang
beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
merugi.” (QS 63:9)
Kedua ayat tersebut
sangat jelas menggambarkan bahwa anak, istri dan harta akan menjadi bagian dari
ujian yang diberikan oleh Allah untuk lebih mendekatkan diri pada Allah atau
kita semakin jauh dari Allah.
Pada ayat pertama Allah
mengajarkan kepada kita untuk mengabil sikap memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni mereka jika kemudian mereka menjadi musuh kita, bukan malah mengutuk
anak dan istri kita. Rasanya terlalu berlebihan juga jika Ibu Malin Kundang
sampai mengutuk Malin Kundang (baca: Anak atau Orang Tuakah yang Durhaka?)
hanya karena tidak diakui sebagai ibu. Seharusnya Ibu Malin Kundang memaafkan
dan mendoakan agar putra dan menantunya selamat dan diampuni oleh Allah.
Sungguh Allah mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia yang memiliki derajat
tinggi dengan memiliki sifat pemaaf. Hal ini juga diperkuat oleh ayat ketiga
diatas.
Ayat kedua diatas
merupakan peringatan bagi kita, bahwa harta dan anak-anak kita juga merupakan
ujian dan cobaan. Seringkali orang berbuat korupsi agar anak dan turunannya
bisa hidup bahagia dengan menumpuk harta kekayaan. seolah-olah kita ingin
menjamin anak dan cucu kita tidak akan sengsara dengan jaminan kekayaan. Maka
jangan sampai kita mengorbankan akhirat untuk mengejar dunia.
Ujian
bagi Orang yang Beriman
Pepatah inggris
menyebutkan “No pain No Gain” yang artinya kurang lebih tidak ada kesenangan
tanpa dicapai dengan susah payah. Demikian juga dengan orang beriman, karena Allah tidak akan menggratiskan tiket masuk surga tanpa
bayaran pahala (ujian). Allah tidak akan menaikkan level game kehidupan
kita tanpa terlebih dahulu melewati ujian keimanan kita sesuai dengan firmal
Allah.
“Kamu sungguh-sungguh
akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan
mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan.” (QS 3:186)
“Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS 21:35)
“Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (QS2:155)
“Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS 67:2)
“Apakah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. ”
(QS 2: 214)
“Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS 29:2-3)
“Dan kami jadikan
sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan
adalah Tuhanmu maha Melihat.” (QS 25:20)
Beberapa Hadist
Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan tentang ujian kehidupan bagi orang yang
beriman
” Seorang hamba memiliki
suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapai - nya dengan amal-amal
kebaikkannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu.”
(HR. Athabrani)
“Sesungguhnya Allah Azza
Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan kepada-nya. Kalau dia
ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya dan
meluaskan pemberian-Nya. Kalau dia tidak ridho dengan pem berian-Nya maka Allah
tidak memberi -nya berkah. (HR. Ahma)
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra bahwa Rasululloh saw. bersabda , “ Ujian akan selalu menyertai
hidup orang mu’min, entah pada dirinya, anak-nya maupun hartanya sehingga ia
berjumpa dengan Allah dalam keadaan terbebas dari dosa.” (Turmudzi)
“Apabila Allah
menyenangi hamba-Nya , maka dia diuji , agar Allah mendengar permohonannya (
kerendahan dirinya ).” (HR.Al
Baihaqi)
“Apabila Aku menguji
hamba-KU dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar maka Aku ganti kedua
matanya dengan surga. ” (HR.Ahmad)
“Janganlah ada orang
yang menginginkan mati karena kesusahan yang diderita - nya , Apabila harus
melakukannya , hendaklah dia cukup berkata, : “ Ya Allah , tetap hidupkan aku
selama kehidupan itu baik bagiku , & wafatkanlah aku jika kematian baik
untukku. ” (HR. Bukhari)
“Tiada seorang
mukmin ditimpa rasa sakit , kelelahan (kepayahan) diserang penyakit atau
kesedihan (kesusahan) sampaipun duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu
Allah menghapus dosa-dosanya.” (
HR. Al Bukhari )
“Besarnya pahala sesuai
dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila
menyenangi suatu kaum – Allah menguji mereka. Barang siapa bersabar maka
baginya manfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya murka Allah.”
(HR. Attirmidzi).
Demikianlah bagi kita
yang mengharap derajat dan kedekatan kita ditingkatkan oleh Allah, untuk selalu
sabar dan ikhlas atas segala ujian hidup yang Allah berikan kepada kita baik
melalui harta benda maupun anak dan istri kita.
marilah kita belajar
lebih banyak lagi untuk bisa lulus dari berbagai ujian kehidupan ini, dan
semoga kita yang membaca tulisan ini mendapatkan hidayah (pertolongan) Allah
SWT untuk melewati semua ujian hidup dan lulus dengan predikat Khusnul
Khotimah.
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar