Pada masa Rasulullah masih hidup, kekuatan dunia saat itu adalah Kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi terbagi menjadi dua, yaitu Romawi Barat yang beragama Katholik Roma ibukota di Vatikan; dan Romawi Timur beragama Yunani Orthodoks ibukota di Byzantium atau Konstantinopel (saat ini Istanbul, Turki).
Saat itu kekuatan umat Islam masih sangat kecil
di banding kekuatan Romawi, namun tiba2 Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat.
''Ya Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum Muslimin, Konstantinopel
atau Romawi?'' Nabi menjawab, ''Kota Heraklius
(Konstantinopel). (HR Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim).
Betapa tidak, Rasulullah Muhammad SAW
betul-betul memuji sosok itu. Beliau
bersabda “Kota
Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin
yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya
adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Kalau
ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana
setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk
Konstantinopel. Bahkan para shahabat
Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam
sabdanya.
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat
nabi di hadits Ahmad dan al-Hakim tersebut; yaitu Kontantinopel (Istambul
Turki) dan Rumiyah (Roma, ibukota Italia).
(1) Konstantinopel. Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki
(Istanbul yang berarti kota Islam). Dulunya berada di
bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H/1453 M,
kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan
Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani;
(2) Rumiyah. Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan
bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun
menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.
Kontantinopel telah dibuka 8 abad
setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini
belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini
menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka
Konstantinopel lebih dulu, baru Roma. Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul
menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma
jatuh ke tangan muslimin.
Konstantinopel adalah salah satu bandar
termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya
pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan
pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja
Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya
tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran
Bizantium.
Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan
hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota
itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar
Heraklius bertahta.
Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi
SAW,
bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW. Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang
tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak
masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada
peperangan.
Sang
Penakluk
Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih
adalah sultan ketujuh kekhalifahan Turki Utsmani. Ia mendapatkan gelar al-Fâtih
(Sang Pembebas / Penakluk) karena kerberhasilannya membebaskan Konstantinopel,
ibukota Romawi Timur. Ia pula yang mengganti Konstantinopel
menjadi Islambol, yang
berarti Islam keseluruhannya. Sejak saat itu, Islambol menjadi pusat
kekhalifahan Turki Ustmani hingga 407 tahun berikutnya. Kini nama tersebut
telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi
Istanbul. Untuk memperingati
jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Muhammad
Al-Fatih dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki
– Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30
tahun (1451 – 1481). Sejak saat
itu Muhammad dilatih hidup sederhana, dididik dengan ilmu agama dan ilmu
militer. Sultan dibimbing secara intensif oleh para ulama terbaik di zamannya.
Diantara gurunya adalah Syekh Aaq Syamsuddin (Samsettin). Dari Syekh Syamsuddin
Sultan belajar ilmu agama, bahasa, keterampilan fisik geografi, falak, dan
sejarah. Sultan juga rajin mempelajari biografi tokoh-tokoh Eropa seperti
Agustus Caesar, Konstantin, hingga Iskandar Agung dari Macedonia.
Syekh Syamsuddin pula yang meyakinkan
Muhammad bahwa ia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw di dalam
Hadis Pembebasan Konstantinopel. “Abdullah berkata bahwa ketika kami duduk di
sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang
kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma.
Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya
Konstantinopel). (HR Ahmad). Rasulullah SAW bersabda, “Kalian pasti akan
membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah
Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya. (HR Ahmad dalam
musnadnya)
Dalam Perkembangannya Muhammad tumbuh
menjadi pemuda yang cerdas. Ia ahli dalam bidang militer, tata negara, sains,
dan matematika. Bahkan, saat usianya masih 21 tahun, ia telah berhasil
menguasai 6 bahasa: Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia, dan Hebrew. Di
atas semua itu, ia merupakan pribadi yang saleh dan ahli ibadah. Ia tidak
pernah meninggalkan salat fardu, Tahajjud dan rawatib sejak balig hingga wafat.
Kebiasaan
Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam hari,
memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk
memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan
qiyamullail. Beliau sangat tegas terhadap musuh, namun qolbunya bagai selembar
sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya.
Suatu
hari timbul persoalan, ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at
yang pertama kali di kota itu. “Siapakah
yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani
yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta
kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.
Kemudian beliau bertanya. “Siapakah diantara kalian yang sejak akhil
baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan
duduk!!” Subhanalloh……!!! tak
seorangpun pasukan islam yang duduk. Itu berarti, tentara islam pimpinan
Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang
melalaikan shalat fardhu. Luar biasa…..!!!
Lalu
Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “Siapa diantara kalian yang sejak baligh
dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada
silakan duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk. Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat
dan pasukanya Muammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara
kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat
tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam
saja, silakan duduk!!” Apa yang
terjadi…? Semua yang hadir dengan cepat duduk, hanya ada seorang saja yang
tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? Dialah, Sultan Muhammad Al Fatih.
Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Nabi
bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah
komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad
4/335).
Memerintah Selama Dua Periode
Muhammad memerintah selama dua periode.
Periode pertama adalah 1444-1445. Saat itu usianya masih 12 tahun. Sultan
diberi mandat untuk menggantikan ayahnya (Sultan Murad II) yang memilih
beruzlah dan menjauh dari hiruk pikuk politik. Sultan Murad II berhenti dari
jabatannya di tengah begitu banyak problem, baik internal maupun eksternal.
Sementara khalifah sedang menghadapi serangan bertubi-tubi dari tentara
kerajaan Romawi Timur. Sebagai khalifah yang masih sangat belia, Muhammad
kemudia berinisiatif untuk mengirim utusan kepada ayahandanya dengan membawa
pesan. Isinya cukup unik: mengajak sang ayahandanya tidak berdiam diri
menghadapi masalah negara, "Siapakah yang saat ini menjadi khalifah: saya
atau ayah? Kalau saya yang menjadi khalifah, maka sebagai khalifah, saya
perintahkan ayahanda untuk datang kemari membela negara. Tapi kalau ayahanda
yang menjadi khalifah, maka seharusnya seorang khalifah berada di tengah
rakyatnya dalam situasi seperti ini." Akhirnya Murah II kembali ke
tengah-tengah rakyatnya. Murad II kembali memerintah mulai tahun 1445 hingga
meninggal dunia pada tahun 1451. Setelah itu amanah kekhalifahan diemban
sepenuhnya oleh Muhammad. Tahun 1451-1481 adalah periode kedua kepemimpinannya
dalam kekhalifahan Turki Utsmani.
Membebaskan Konstantinopel
Pada periode ini, Muhammad memulai upaya
pembebasan Konstantinopel. Ia melakukan langkah-langkah yang matang untuk
menyukseskan misi suci itu. Sejarawan Islam, Ismail Hami Danshbund, yang hidup
sezaman dengan Muhammad melukiskan, sejak menaiki singgasananya Sultan harus
rela 'begadang' setiap malam guna mempelajari peta dan keadaan kota
Konstantinopel guna mencari strategi jitu untuk penyerangan. Sultan mempelajari
lokasi-lokasi mana yang cocok untuk pertahanan dan mencoba menemukan
titik-titik kelemahan musuh. Selain itu, sultan juga mengevaluasi kegagalan
pasukan Islam sebelumnya.
Hari Jum'at, 6 April 1453 M, Sultan
bersama gurunya Syekh Aaq Syamsuddin, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota
tersebut. Dengan berbekal 150.000 pasukan dan meriam buatan Urban, teknologi baru
saat itu, Sultam mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau
menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Konstantin Paleologus
menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor,
Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.
Setelah
proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di
kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M.
Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan
tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di
hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an
mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan
kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala
tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada
Allah Subhana Wa Ta'ala.
Kota dengan benteng setinggi 10 m tersebut
memang sulit ditembus. Apalagi di sisi luar benteng dilindungi oleh parit
seluas 7 m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua
lapis. Dari arah selatan laut Marmara, pasukan laut harus berhadapan dengan
pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk
ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga
kapal perang ukuran kecil pun
Berhari-hari hingga berpekan-pekan
benteng Byzantium tidak bisa ditembus. Usaha lain pun dicoba dengan menggali
terowongan di bawah benteng. Cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga
gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam
semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn
yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan
kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam
semalam dan 70-an kapal bisa memasuki selat Golden Horn.
29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat
perang, diiringi hujan Sultan kembali menyerang total dengan tiga lapis
pasukan: Irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir
pasukan Yanisari, pasukan elit Turki Utsmani. Melihat semangat juang umat
Islam, Giustiniani menyarankan Konstanti untuk mundur atau menyerah. Tapi
Konstantin tetap tidak bergeming hingga gugur di peperangan. Konon,
Konstantin melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa
hingga tidak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota
dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai
budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Saat Konstantinopel telah berhasil
dibebaskan, Sultan Muhammad yang masih berusia 21 tahun itu turun dari kudanya
dan bersujud syukur kepada Allah. Sultan lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan
memberikan perlindungan kepada semua penduduk, termasuk Yahudi dan Kristen.
Kemudian Sultan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid yang dikenal dengan Aya
Sofia dan membiarkan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi
penganutnya.
Setelah itu, Sultan membebaskan Serbia
pada tahun 1460 dan Bosnia pada tahun 1462. Seterusnya Sultan membebaskan
Italia, Hungaria, dan Jerman. Pada puncak kegemilangannya, Sultan Muhammad
memerintah di 25 Negeri. Kemudian Sultan membuat persiapan untuk membebaskan
Rhodesia. Tapi sebelum rencana itu terlaksana Sultan meninggal dunia
karena diracun oleh seorang Yahudi bernama Maesto Jakopa. Sultan Muhammad wafat
pada 3 Mei 1481 ketika berusia 49 tahun.
Itulah
sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bingkai ketakwaan kepada Allah
SWT. Kisah “Pedang Malam” (shalat tahajud) merupakan rahasia sukses dari seorang
pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang Asia asal Turki,
yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat penting
untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih dikemudian hari.
Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa
sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu
luar biasa.
*******
“Tidaklah
kami pernah melihat ataupun mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad al-Fateh
sudah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya
di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad
al-Fateh dengan usahanya ini telah mengatasi Alexander The Great!”- Ahli
Sejarah Byzantine.
Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan
benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah
seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan
Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) . Ia merupakan seorang
sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Ibu Kota Kekaisaran Byzanytium Romawi
Timur yg bernama KONSTANTINOPEL . Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan,
sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Seorang
pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin
Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud
Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara
Mongol).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar