*YANG HABIS,
YANG TERSISA*
🚨
(Tantangan
untuk DKM)
Mulai
ketemu alasan kenapa sebagian pengurus masjid lebih senang *menghabiskan
dananya untuk asset fisik*, ketimbang habis dibagi ke ummat, seperti
sembako atau menyediakan makan di masjid. Karena asset fisik ini bisa dilihat,
dipandang-pandangi, dikagum-kagumi, dan dianggap cuma ngubah uang masjid jadi
barang.
Bagitu
juga dengan kebanyakan kaum muslimin, *semangat sekali* wakaf tanah,
semangat bangun madrasah, tetapi ketika bicara gaji ustadz, gaji pengajar,
makan santri, dirinya *mendadak pelit*. Entah kenapa. Akhirnya
gedung-gedung entitas dakwah nganggur gak ada program, karena manusianya habis.
Ada
*cacat berfikir pada konsep belanja anggaran dakwah*. Pembelanjaan yang
dirasa tepat itu hanya apabila uang jadi gedung, jadi menara, jadi marmer, jadi
asset bergerak yang bisa dipamer-pamer. Sementara belanja yang habis,
operational expenditure, opex, seperti upah takmir, bagi beras ke dhuafa,
bayarin kontrakan saudara kita yang di PHK, gak dianggap tepat dan strategis.
Akhirnya
*ambulance masjid dipamer-pamer* di halaman masjid, tapi gak ada
supirnya, karena gak ada post gaji dedicated supir. Apalagi bicara operasional pelayanan
ummat. jauh lauh. Kalo ada jenazah, tetap saja *keluarga harus bayar*.
Akhirnya
*Rumah Quran* gagah berdiri, samping masjid, grand openingnya heboh,
gurunya gak ada. Andai kata ada, santri nya kurang gizi, nyediain makannya gak
mau, ngasih opex untuk Rumah Quran nya itungan. Pelit banget.
Padahal
yang habis itulah yang tersisa nanti di akhirat.
Simak
hadist cukup panjang berikut ini, baca perlahan, semoga ada keinsyafan di hati.
***
"Ketika
Sayyidah Aisyah Ra menghidangkan makanan kesukaan Rasulullah yaitu paha domba
(kambing). Rasulullah bertanya : "Wahai Aisyah, apakah sudah engkau
berikan kepada Abu Hurairah tetangga kita ? Aisyah menjawab: "Sudah ya
Rasulullah."
Kemudian
Rasulullah bertanya lagi:
"Bagaimana
dengan Ummu Ayman?" Aisyah kembali menjawab: "Sudah ya
Rasulullah." Kemudian Rasulullah bertanya lagi tentang
tetangga-tetangganya yang lain, adakah sudah di beri masakan tersebut, sampai
Aisyah merasa penat menjawab pertanyaan-pertanyaan Rasulullah."
Sampai
Aisyah menegaskan kalau semua makanan sudah habis dibagikan kepada tetangga.
Yang tersisa hanya beberapa potong daging untuk disantap Rasulullah dan Aisyah.
"Aisyah
kemudian menjawab:
"Sudah
habis ku berikan, Ya Rasulullah ... Yang tinggal apa yang ada di depan kita
saat ini ..." ujar Aisyah.
Mendengar
jawaban sang istri, Rasulullah lantas tersenyum dan mengatakan kalimat singkat
namun mendalam.
"Engkau
salah Aisyah, *yang habis adalah apa yang kita makan ini dan yang kekal
adalah apa yang kita sedekahkan* ." (HR. At-Tirmidzi)
*
"Yang
habis adalah yang kita makan ini, yang tersisa apa yang kita sedekahkan."
Ini harusnya jadi cara berfikir mendalam.
Maka
tenang saja, infaq yang kita bagi ke dhuafa disekitaran wilayah masjid, itulah
nanti yang tersisa di akhirat. Saldonya di akhirat. Pasti dilipatgandakan
Allah. Gak akan hilang.
Maka
rileks saja, makan-makan yang disediakan ke ummat, itulah yang nanti tersisa di
akhirat, menumpuk disana. Gak akan hilang kok Pak, Bu. Maka ramailah masjid, *makmurlah
masjid*.
Sedangkan
marmer insyaAllah bernilai wakaf, ketika dipakai terus oleh ummat. Kalo
masjidnya sepi, kan kasihan marmer wakafnya, gak jalan jariyah wakafnya.
Makadari
itu, cukup-cukuplah kita jadi pemuja-muja bangunan, pemuja-muja keindahan kubah,
pemuja-muja tingginya menara, *namun masjid sepi program*.
Banyak
juga masjid yang megah dan bagus, programnya bagus juga. Ini baru top. *An
Namirah Lamongan, Izzatul Islam Bekasi*. TOP. Masjid bagus, program gak
malu-maluin.
Jangan
sampai kita larut ke budaya Fir'aun, bikin bangunan tinggi piramid, mengkilap
pualam, berlekuk harta benda kemewahan didalam chamber nya, tapi hanya untuk
kuburan.
Lalu
apa bedanya dengan bangunan yang dibangun megah, tetapi gak ada pelayanannya
untuk ummat? Gak menjawab kelaparan, gak menjawab kebutuhan pendidikan
masyarakat, gedung megah yang sepi, kan jadi mirip sama gaya-gayanya Fir'aun.
*
Ini
foto salah satu entitas dakwah yang ada di Indonesia, *Balai Saji*. Saya
bukan pengurusnya, jadi cuma nyeritain aja. Founder nya Kak Nirwana Tawil
Ini
foto Balai Saji tiga, deket terminal Batu Ampar Balikpapan. *Dipadati oleh
saudara kita yang lemah dan membutuhkan bantuan*. Maka Balai Saji nya ramai
banget dan dramatis di titik ini.
Tempatnya
sederhana, konon ruko sewa, kursi makannya plastik, mejanya kayu biasa,
sederhana, gak banyak habis untuk perkakas perkakas yang gak perlu.
Piringnya
melamin, gelasnya melamin, sederhana, kontainer minumnya plastik, disajikan di
panci-panci cantik sederhana. Udah gitu aja. Gak akrobat macem-macem.
Tapi
menu makan jangan ditanya. Menu makan tiga macem, lauk hewani, lauk nabati,
sayur mayur, ada es sirup, kadang malah ada susu segar.
Menurut
saya secara objektif, ini waras ya, Balai Saji ini gak pusing di bangunan, gak
pusing di hiasan, gak pusing di ornamen aneh-aneh, tapi fokus pada menu yang
memang fundamental, karena makanan itulah yang di makan.
Semua
boleh makan, itu slogannya, valuenya. Maka kalo ada yang datang, mereka
welcome, mereka orang-orang Balai Saji gak pernah memandang curiga, mau bolak
balik dua kali ya monggo.
Semua
boleh bungkus bawa pulang, itu juga motto mereka. *Kalo Anda datang ke Balai
Saji bawa Alphard*, Anda tetap boleh makan, boleh bungkus, mau kemeja Anda
jutaan rupiah, tetap Anda boleh makan. Bungkus boleh.
Mereka
orang-orang Balai Saji gak pernah curiga, khawatir, sayang-sayang menu, gak ada
itu di benak mereka. Jebrat jebret untuk ummat. Makanya setiap dhuafa yang
datang, nyaman, senang, gak ngerasa harga dirinya di injak-injak.
*
Saya
rasa begitu ya, kita ini mau bangun Masjid, bukan bangun Piramid. Tolong
dibedakan. DNA Qorun tukang koleksi harta benda itu tolong dibuang jauh-jauh dalam
mengelola masjid.
*Habiskan
anggarannya pak, habiskan untuk ummat*, realisasikan itu kas masjid
baik-baik. Ummat nunggu peran masjid. Muliakan kehidupan para Ahli Quran.
Alirkan
anggaran ke para *anak-anak muda sholih hafidz Quran*, jadikan Imam
tetap masjid.
Alirkan
anggaran ke para takmir pengelola Baitul Maal, rekrut eks bank, gaji, karyakan
di Masjid. Mereka ngumpulin uang untuk riba bisa kok, apalagi ngumpulin ziswaf,
pasti lebih baik.
Alirkan
anggaran ke perawatan masjid. AC itu freonnya tolong diperhatikan. Cleaning
Service itu tolong yang dedicated, jangan yang musiman. Malu sama tempat dugem
maksiyat, lebih bersih dari masjid.
Alirkan
anggaran secara imbang pada inftastruktur dan operasional, pada capex dan opex,
pada mobil dan bensinya, pada mobil dan supirnya, pada AC dan isi ulang
freonnya.
Semoga
difahami ya,
Yang
habis itulah, yang tersisa disana.
*URS
- Pengasuh Masjid BerkahBOX*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar