Rabu, 01 Desember 2021

Kufur Nikmat ; Kisah Ujian Tiga Orang Bani Israil

Ada kisah tiga orang dari Bani Israil, yang masing-masing berpenyakit kulit, kebotakan dan buta.  Ketiganya miskin dan kemudian diberi ujian harta oleh Allah.  Maka Allah Ta’ala mengutus seorang malaikat untuk datang kepada ketiganya.
Malaikat datang kepada orang pertama yang menderita penyakit kulit dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Aku ingin mempunyai kulit yang halus dan tubuh yang indah”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit kulitnya dan ia mempunyai kulit yang indah dan tubuh yang bagus.  Malaikat itu bertanya lagi kepadanya, “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?” Ia menjawab, “Unta.” Maka diberilah ia seekor unta yang sedang bunting, dan ia pun didoakan, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang yang punya penyakit kebotakan dan wajah yang buruk, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Aku ingin mempunyai rambut yang indah, dan rupa yang bagus”. Maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu wajahnya menjadi rupawan dengan rambut yang bagus. Malaikat tadi bertanya lagi kepadanya, “Harta apakah yang kamu senangi?” Ia menjawab, “Sapi.” Maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting dan didoakan, “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Aku ingin mataku dapat melihat kembali.” Maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Ia menjawab: “Kambing.” Maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembang-biaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga beberapa tahun kemudian mereka bertiga menjadi kaya raya.
Suatu hari Malaikat datang kepada orang  pertama yang sebelumnya menderita penyakit kulit, dengan menyerupai seorang yang berpenyakit kulit.  Malaikat berkata kepadanya, “Aku seorang miskin yang tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda kekayaan, aku minta kepada anda satu ekor unta saja untuk bekal meneruskan perjalananku.”
Tetapi dijawab, “Hak-hak (tanggunganku) masih banyak.” Malaikat tadi berkata kepadanya, “Sepertinya aku pernah mengenal Anda, bukankah Anda ini dulu orang yang menderita penyakit kulit, yang orang-orang pun jijik melihat anda, sehingga anda miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan?”  Dia malah menjawab, “Harta kekayaan ini aku aku dapatkan karena kerja kerasku.”
Maka  malaikat tadi berkata kepadanya, “Anda berkata dusta dan tidak bersyukur. Karena kemurkaan-Nya niscaya Allah akan mengembalikan Anda kepada keadaan semula.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang kedua yang sebelumnya berpenyakit kebotakan, dengan menyerupai seorang yang buruk rupa dan berkepala gundul. Malaikat berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakit kulit.  Tetapi ditolaknya sebagaimana ia telah ditolak oleh orang yang pertama.
Maka  malaikat tadi berkata kepadanya, “Anda berkata dusta dan tidak bersyukur. Karena kemurkaan-Nya niscaya Allah akan mengembalikan Anda kepada keadaan semula.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang ketiga yang sebelumnya buta, dengan menyerupai orang buta. Malaikat berkata kepadanya, “Aku adalah orang yang buta dan kehabisan bekal dalam perjalanan, sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan Anda. Demi Allah yang telah memberi kekayaan, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.”
Orang itu menjawab, “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku serta memberiku kekayaan. Maka ambillah apa yang Anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak Anda sukai.”
Maka  malaikat tadi berkata kepadanya, “Anda adalah orang yang pandai bersyukur. Karena keridhaan Allah, maka peganglah kekayaan Anda.  Sesungguhnya kalian bertiga hanya diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda.” 
(HR. Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 2964).
Kisah tersebut menggambarkan 3 orang yang tengah diuji oleh Allah Swt dengan kekayaan, seorang yang lulus ujian karena pandai bersyukur, sedangkan dua orang lainnya tidak lulus ujian karena tak bersyukur kepada Allah Ta’ala (kufur nikmat).

Kufur Nikmat
“Kufur nikmat” merupakan lawan dari “syukur nikmat”. Kufur nikmat berarti tidak mensyukuri nikmat Allah Swt yang telah dilimpahkan kepadanya. 
Orang yang kufur nikmat adalah orang yang enggan mensyukuri nikmat Allah. Dan bagi orang yang kufur nikmat, maka Allah Ta’ala mengancam dengan azab-Nya yang sangat pedih. 
Allah SWT berfirman:
La in syakartum la azidannakum wala in kafartum inna adzabi lasyadid
artinya : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim ayat 7)
Dalam Al-Qur’an surah al-Qashash ayat 76 - 82, diceritakan tentang sosok manusia yang kufur nikmat, yaitu Qarun.
Qarun yang masih sepupu dari Nabi Musa hidupnya sangat miskin. Dia tidak mampu menafkahi anaknya yang jumlahnya sangat banyak.  Qarun meminta Nabi Musa untuk mendoakannya agar Allah memberikannya harta benda yang sangat banyak.
Nabi Musa pun kemudian mendoakan untuk Qarun, dan Allah pun mengabulkan doa Musa. Akhirnya, Qarun kemudian menjadi orang yang kaya raya.
Tetapi Qarun berubah. Ia menjadi sombong, enggan sedekah, dan kufur nikmat. Ketika nabi Musa mengutus salah seorang pengikutnya untuk mengambil zakat dari Qarun atas karunia Allah berupa kekayaan, maka Qarun langsung marah dan tidak mau memberikan sedikit pun dari kekayaannya.
Dengan dengan nada sombong dan angkuh Qarun berkata, bahwa kekayaannya itu diperoleh karena kepandaian dan kerja kerasnya (bukan karunia Allah).  Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Qashash 78, “Dia (Qarun) berkata, ‘Sesungguhnya aku mendapatkan (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.’…”
Atas kekurufurannya itu, tidak lama kemudian bumi berguncang dan seketika bumi terbelah sehingga tubuh Qarun dan seluruh kekayaannya habis ditelan bumi (QS. al-Qashash ayat 81).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar