Kamis, 23 Mei 2024

Ringkasan; Napak Tilas Perjalanan Spiritual Nabi Ibrahim

Ibadah haji merupakan napak tilas perjalanan spiritual nabi Ibrahim, untuk mengenang kisah ketaatan beliau atas perintah Allah SWT (melalui mimpi-mimpinya) untuk menyembelih anak yang sangat dicintainya, bernama Ismail. 

Nabi Ibrahim hingga berusia 86 tahun belum juga dikaruniai memiliki keturunan. Maka ketika beliau dikaruniai oleh Allah seorang anak (melalui istrinya bernama Siti Hajar), tentu kecintaannya sangatlah besar. Disitulah Allah menguji, apakah kecintaan terhadap Ismail mengalahkan kecintaannya terhadap Allah Swt.

Itu adalah ujian yang “sangat teramat berat” bagi seorang manusia.  Tidak ada satu ujianpun yang lebih berat ketimbang harus menyembelih anak semata wayang yang sangat dicintainya.

Perjalanan spiritual itu berlangsung selama 3 hari (pada tanggal 8, 9 & 10 Dzulhijah), di tiga daerah yaitu di Arafah, Muzdalifah dan Mina.

HARI PERTAMA

Siang itu (7 Dzulhijah) Nabi Ibrahim mendapat perintah Allah untuk melakukan perjalanan dari Mekah menuju Arafah bersama keluarganya, yaitu Siti Hajar (istrinya) dan Ismail (putranya).

Dalam perjalanan dari Mekah ke Arafah itu mereka bermalam di Mina. Pada malam itu (8 Dzulhijah) Ibrahim bermimpi dengan sangat jelas menyembelih anaknya, Ismail.

Segera ia tergeragab bangun dari tidurnya, dan termenung memikirkan makna mimpi yang terlihat sangat jelas itu. Sampai pagi datang ia tidak mampu memejamkan kembali karena galau. Ia merenugi  mimpinya itu, apakah mimpi biasa ataukah sebagai perintah Allah.

Termenungnya Ibrahim di Mina ini disebut sebagai HARI TARWIYAH atau hari Perenungan (8 Dzulhijah).

.

HARI KEDUA

Keesokan harinya (8 Dzulhijah) keluarga Ibrahim meneruskan perjalanannya menuju Arafah.  Ibrahim tidak bercerita apapun kepada anak dan istrinya tentang mimpinya semalam.

Mereka sampai di padang Arafah sore hari menjelang malam.  Disanalah Ibrahim membuka tenda untuk bermalam.  

Pada malam hari itu (9 Dzulhijah), kembali Ibrahim bermimpi (II) yang sama persis dengan mimpi pertama saat di Mina yaitu menyembelih putranya,

Dan seperti malam sebelumnya, ia tidak bisa memejamkan matanya kembali sampai pagi. Mimpi itu membuat keraguannya akan perintah Allah mulai luntur.

Dalam kegundahan itu, Ibrahim memutuskan untuk tidak menceritakan dulu kepada mereka, melainkan akan terlebih dahulu mohon petunjuk kepada Allah.

HARI KETIGA

Pada pagi harinya (9 Dzulhijah) Ibrahim masih merenungkan mimpinya dan kemudian memutuskan pada hari itu ia akan menghentikan segala aktivitasnya.

Siang hari, ia melakukan WUKUF (berdiam diri dan berdzikir) di dalam tenda sambil memohon petunjuk kepada Allah untuk memperjelas perintah itu agar ia mantab dan tidak ragu-ragu dalam menjalaninya.

Tanggal 9 Dzulhijah itu kemudian dikenal sebagai HARI ARAFAH atau hari pencerahan.

.

Malam harinya (10 Dzulhijah) Ibrahim bermimpi (III) untuk yang ketiga kalinya. Seperti mimpi-mimpi malam sebelumnya, dengan sangat jelas nabi Ibrahim menyembelih Ismail, putranya.  Ibrahim-pun menjadi yakin bahwa mimpi itu adalah perintah Allah kepadanya untuk mengorbankan putranya sebagai bukti ketaatan kepada-Nya. Akhirnya ia memutuskan untuk melaksanakan perintah Allah itu keesokan harinya.

Malam itu juga, Ibrahim dan keluarganya meninggalkan Arafah menuju ke Mina.

Di tengah perjalanan mereka berhenti di Muzdalifah. Saat itulah Ibrahim mulai diganggu dan dirayu oleh setan, agar membatalkan keputusannya mengorbankan Ismail. Tapi Ibrahim sudah mantab hati dan teguh pada keyakinannya untuk melaksanakan perintah Allah pada keesokan harinya. Ibrahim lantas mengambil sejumlah batu untuk mengusir setan yang menghalanginya.

HARI KEEMPAT

Siang harinya (10 Dzulhijah) Ibrahim sampai di Mina. Kemudian Ibrahim dan keluarganya menuju ke sebuah bukit yang kemudian dikenal sebagai Jabal Qurban, dimana Ibrahim akan melaksanakan perintah Allah mengurbankan Ismail. 

Ibrahim minta ijin kepada Hajar untuk naik bukit bersama Ismail, sedangkan Hajar diminta untuk menunggu di bawah.

Dalam perjalanan ke atas bukit di Mina itulah Ibrahim dan Ismail kembali dihadang oleh setan, lagi-lagi merayu agar membatalkan niat kurban itu. Tetapi, Ibrahim sekali lagi melemparinya dengan bebatuan sampai setan itu pergi.

Dan begitulah lagi sampai kali yang ketiga. Kelak, pelemparan batu terhadap setan itu dikenang sebagai Lempar Jumrah ,yakni Jumrah Aqabah, Jumar Wustho dan Jumlah Ula.

Sesampai di atas bukit, barulah Ibrahim menceritakan kepada Ismail tentang mimpinya. Kisah dialog yang sangat menyentuh hati itu dibadikan oleh Allah dalam firman-firman-Nya pada QS. Ash Shafaat (37) ayat 100-110

Karena nabi Ibrahim (dan juga Ismail) telah menunjukkan ketaatan akan perintah-Allah, maka Allah memerintahkan Ibrahim, melalui malaikat Jibril untuk mengganti anaknya dengan seekor domba sebagai simbol ketaatan pengorbanannya.

Sehingga tanggal 10 Dzulhijah dikenal sebagai HARI NAHAR alias Hari Berkorban.

*****

Dialog Mengharukan Sebelum Penyembelihanan

Sesampainya di atas bukit, barulah Ibrahim menceritakan kepada Ismail tentang mimpi yang datang berturut-turut selama tiga hari dalam tidurnya. Betapa beratnya pergulatan batin yang terjadi dalam menyikapi perintah yang sangat dahsyat itu.

Kemudian terjadi dialog yang sangat menyentuh hati. Dialog antara Ibrahim, seorang ayah yang teguh dan taqwa, dengan Ismail seorang anak yang saleh dan patuh.  

.

“Duhai anakku, sesungguhnya aku telah bermimpi bahwa aku menyembelih dirimu.  Maka aku ingin tahu bagaimanakah pendapatmu?

“Ayah … aku ingin tahu, apakah itu perintah Allah?

“Benar anakku. Aku bermimpi tiga malam berturut-turut,” Ibrahim meyakinkan anaknya.

“Jika demikian maka lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu”

Apakah engkau tidak takut anakku?” tanya Ibrahim heran bercampur haru.

“Tidak ayah, engkau nanti akan mendapatiku sebagai hamba yang patuh dan sabar.”

“Duhai anakku …. Sungguh berat hati aku melaksanakannya. Tapi ini adalah perintah Allah”

Lakukanlah ayah…. Lakukan

Adakah permintaanmu sebelum aku menyembelihmu… duhai anakku?”

Ismail kecil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Kemudian ia menyampaikan beberapa keinginan kepada ayahnya.

Tajamkanlah pedangmu ayah, untuk meringankan penderitaanku”

“Baiklah …,” jawab Ibrahim dengan kepala tertunduk seraya membayangkan betapa sakitnya saat pedang mengiris leher anaknya nanti.

“Lalu tanggalkanlah pakaianku agar tidak terkena darah, dan ibu tidak terlalu terharu melihatnya nanti.”

“Baiklah … “ Nabi Ibrahim mengangguk pelan menahan kesedihan di dada.

“Dan … sampaikanlah hormatku kepada ibu, katakan padanya bahwa kita termasuk orang-orang yang taat dan berserah diri kepada Allah,” demikian kalimat Ismail melanjutkan permintaannya sebelum disembelih.

Dada Nabi Ibrahim bergemuruh hebat mendengar tiga permintaan anaknya. Kedua kelopak matanya meleleh. Ia tak mampu membendung air mata yang menetes deras hingga membasahi pipinya.

.

Nabi Ibrahim mendekat, membungkuk dan memeluk Ismail. Kemudian mereka berdua saling berpelukan.

Nabi Ibrahim memeluk erat-erat tubuh Ismail dan menciumi pipi anaknya yang baru saja menginjak usia baligh. Dalam benaknya terbayangkan, anaknya yang cerdas, gagah, membanggakan dan membahagiakannya ini, sebentar lagi akan diminta oleh Allah untuk kembali ke sisi-Nya.

Belum puas Ibrahim memeluk anaknya, namun Ismail mengendorkan pelukannya dan memberi isyarat agar ia melepaskan pelukannya.  Dalam pelukan terakhir kalinya itu, dengan linangan air mata dan suara tersengal Ibrahim berbisik di telinga Ismail,  "Sungguh ayah bahagia mempunyai seorang putera yang beriman kepada Allah dan berbakti kepada orang tua."

.

Saat akan dimulai eksekusi penyembelihan, Ibrahim mengeluarkan pedang dari sarungnya lalu mengasahkan ke batu cadas yang ada disana. Sungguh ia tak mampu membayangkan sebentar lagi darah akan tumpah dari leher anak yang sangat dicintainya.

Proses penyembelihan dimulai, nabi Ibrahim membaringkan Ismail. Anak yang baru beranjak baligh itupun mengikuti apa yang diperlakukan ayah kepadanya tanpa suara. Suasana begitu hening mencekam. 

Tangan kiri Ibrahim mengusap kening Ismail yang terbaring, sementara tangan kanannya mengangkat pedang. Dengan menyebut nama Allah, ia memejamkan mata karena tak kuasa memandang wajah anaknya. Sementara Ismail menatap wajah ayahnya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Sesaat Ibrahim menahan pedang di atas kepalanya. Sekali lagi ia menyebut nama Allah dan siap menurunkan pedang untuk mengiris leher anaknya. 

.

Pada saat bersamaan malaikat Jibril datang membisikkan pesan Allah ke telinganya, “Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu. Allah telah menerima keikhlasan dan kesabaran kalian berdua. Sesungguhnya ini adalah ujian yang nyata. Maka Allah memerintahkanmu untuk menebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Ibrahim-pun terkejut mendengar bisikan Jibril ke telinganya. Lalu ia membuka matanya.  Saat itu juga ia mendengar suara sekawanan domba yang berada tak jauh dari tempatnya, yang telah disiapkan oleh malaikat Jibril.

Sesuai bisikan malaikat Jibril maka Ibrahimpun memilih seekor domba yang besar untuk disembelih sebagai ganti Ismail dalam pengorbanannya.

Rangkaian kisah cinta dan pengorbanan Nabi Ibrahim kepada Ismail itu dibadikan oleh Allah dalam firman-firman-Nya pada QS. Ash Shafaat (37) ayat 100 - 110. 

*****

SEBELAS KEGIATAN RITUAL HAJI

1. IHRAM

Ihram atau niat melaksanakan ibadah haji dg mengenakan pakaian ihram saat berada di Miqat (tgl. 8 Dzulhijah = hari Tarwiyah).

2. WUKUF di Arafah.

Wukuf adalah berdiam diri dg berdzikir, tafakur dan berdo'a. Wukuf di padang Arafah dilaksanakan pada waktu siang hari antara dzuhur hingga sblm maghrib (setelah melaksanakan shalat jama' taqdim dhuhur & ashar berjamaah, serta mendengarkan khotbah), (tgl 9 Dzulhijah = Hari Arafah).

3. MABIT di Muzdalifah.

Perjalanan dari Arafah ke Mina adalah perjalanan yg berat, sehingga jamaah perlu bermalam atau Mabit di Muzdalifah, sampai terbitnya fajar esok hari.

4. Kumpulkan BATU KERIKIL.

Saat mabit di Muzdalifah jamaah melakukan kegiatan mengumpulkan batu kerikil sebanyak yg dibutuhkan untuk lontar jumroh di Mina. (tgl 10 Dzulhijah = hari Nahar).

5. LEMPAR JUMRAH.

Lempar jumrah adalah melempar batu kerikil terhadap Tugu Batu yg terletak di bukit Aqabah Mina. Lemparan batu kerikil dilakukan sebanyak tujuh kali (lemparan satu per satu).

·         Ritual lempar jumrah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu: (1) Jumrah Aqabah, (2) jumrah Wustha, dan (3)Jumrah Ula (masing² dilakukan pada hari Tasrik, yaitu 10, 11 & 12 Dzulhijah).

·         Jika ritual melempar tiga jumroh sudah dilakukan, maka jamaah haji boleh meninggalkan Mina (nahar). Nafar dibagi menjadi dua yaitu "nafar awal" dan "nafar tsani".

6. TAHALUL

Tahalul atau cukur rambut (minimal 3 helai). Ada dua jenis Tahalul, yaitu: "Tahalul Awal", dilakukan saat usai melempar jumroh di hari Nahar (potong qurban) dan "Tahalul Akhir", dilakukan stlh tawaf Ifadah.

7. MABIT di Mina.

Mabit di Mina dilakukan pada malam 11&12 Dzulhijah (bagi jamaah nafar awal), atau malam 11,12 & 13 Dzulhijah (nafar tsani).

8. TAWAF.

Tawaf adalah kegiatan mengelilingi ka'bah sebanyak 7 putaran sambil melafatkan amalan dzikir. Jenis tawaf ada 3 yaitu: Tawaf Ifadah, Qudum & Wada.

9. SA'I.

Sa'i adalah kegiatan berlari-lari kecil antara bukit Safa dan bukit Marwah, dilakukan sebanyak 7 kali.

10. Tahalul Akhir

Setelah seluruh urutan haji dilaksanakan, maka terakhir adalah tahalul yaitu seorang jamaah sudah terbebas dari ihramnya. Tahalul haji dibagi menjadi dua, yaitu tahalul pertama dan kedua.

11. Thawaf Wada.

Urutan haji yang selanjutnya adalah thawaf wada atau disebut thawaf perpisahan. Thawaf ini dilaksanakan saat jamaah hendak meninggalkan kota Mekah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar