Ibadah haji
merupakan napak
tilas perjalanan spiritual nabi Ibrahim, untuk mengenang kisah ketaatan beliau
atas perintah Allah SWT (melalui mimpi-mimpinya) untuk menyembelih anak yang sangat
dicintainya, bernama Ismail.
Nabi Ibrahim hingga berusia 86 tahun belum juga dikaruniai memiliki keturunan. Maka ketika beliau dikaruniai oleh Allah seorang anak (melalui istrinya bernama Siti Hajar), tentu kecintaannya sangatlah besar. Disitulah Allah menguji, apakah kecintaan terhadap Ismail mengalahkan kecintaannya terhadap Allah Swt.
Itu adalah ujian
yang “sangat
teramat berat” bagi seorang manusia. Tidak ada satu ujianpun yang lebih berat ketimbang
harus menyembelih anak semata wayang yang sangat dicintainya.
Perjalanan
spiritual itu berlangsung selama 3 hari (pada tanggal 8, 9 & 10 Dzulhijah), di tiga daerah
yaitu di Arafah,
Muzdalifah dan Mina.
HARI PERTAMA
Siang itu (7 Dzulhijah) Nabi Ibrahim mendapat perintah Allah untuk melakukan
perjalanan dari Mekah menuju Arafah bersama
keluarganya, yaitu Siti Hajar (istrinya) dan Ismail (putranya).
Dalam perjalanan dari Mekah ke Arafah itu mereka bermalam di Mina. Pada malam itu (8 Dzulhijah) Ibrahim bermimpi dengan sangat jelas menyembelih anaknya, Ismail.
Segera ia
tergeragab bangun dari tidurnya, dan termenung memikirkan makna mimpi yang
terlihat sangat jelas itu. Sampai pagi datang ia tidak mampu memejamkan kembali
karena galau. Ia merenugi mimpinya itu, apakah mimpi biasa ataukah sebagai perintah Allah.
Termenungnya
Ibrahim di Mina ini disebut sebagai HARI TARWIYAH atau hari Perenungan (8 Dzulhijah).
.
HARI KEDUA
Keesokan harinya (8 Dzulhijah) keluarga Ibrahim meneruskan perjalanannya menuju Arafah. Ibrahim tidak bercerita apapun kepada anak dan istrinya tentang mimpinya semalam.
Mereka sampai di padang Arafah sore hari menjelang
malam. Disanalah Ibrahim membuka tenda untuk bermalam.
Pada malam hari itu (9 Dzulhijah), kembali Ibrahim bermimpi (II) yang sama persis dengan mimpi pertama saat di Mina yaitu menyembelih putranya,
Dan seperti malam sebelumnya, ia tidak bisa memejamkan
matanya kembali sampai pagi. Mimpi itu membuat keraguannya
akan perintah Allah mulai luntur.
Dalam kegundahan itu, Ibrahim memutuskan untuk tidak menceritakan dulu kepada mereka, melainkan akan terlebih dahulu mohon petunjuk kepada Allah.
.
HARI KETIGA
Pada pagi harinya (9 Dzulhijah) Ibrahim masih merenungkan mimpinya dan kemudian memutuskan pada hari itu
ia akan menghentikan segala aktivitasnya.
Siang hari, ia melakukan WUKUF (berdiam diri dan berdzikir) di dalam tenda sambil memohon
petunjuk kepada Allah untuk memperjelas perintah
itu agar ia mantab dan tidak ragu-ragu dalam
menjalaninya.
Tanggal 9 Dzulhijah itu kemudian dikenal sebagai HARI ARAFAH atau hari pencerahan.
.
Malam harinya (10 Dzulhijah) Ibrahim bermimpi (III) untuk yang ketiga kalinya. Seperti
mimpi-mimpi malam sebelumnya, dengan sangat jelas nabi Ibrahim menyembelih
Ismail, putranya. Ibrahim-pun menjadi yakin bahwa
mimpi itu adalah perintah Allah kepadanya untuk mengorbankan
putranya sebagai bukti ketaatan kepada-Nya. Akhirnya ia memutuskan untuk
melaksanakan perintah Allah itu keesokan harinya.
Malam itu juga, Ibrahim dan keluarganya meninggalkan Arafah menuju ke Mina.
Di tengah perjalanan mereka berhenti di Muzdalifah. Saat itulah Ibrahim mulai diganggu dan dirayu
oleh setan, agar membatalkan keputusannya mengorbankan Ismail. Tapi Ibrahim
sudah mantab hati dan teguh pada keyakinannya untuk melaksanakan perintah Allah
pada keesokan harinya. Ibrahim lantas mengambil sejumlah batu
untuk mengusir setan yang menghalanginya.
.
HARI KEEMPAT
Siang harinya (10
Dzulhijah) Ibrahim sampai di Mina. Kemudian Ibrahim dan keluarganya menuju ke sebuah bukit yang kemudian
dikenal sebagai Jabal
Qurban, dimana Ibrahim akan melaksanakan perintah Allah mengurbankan
Ismail.
Ibrahim minta ijin
kepada Hajar untuk naik bukit bersama Ismail, sedangkan Hajar diminta untuk
menunggu di bawah.
Dalam perjalanan ke
atas bukit di Mina itulah Ibrahim dan Ismail kembali dihadang oleh setan, lagi-lagi merayu
agar membatalkan niat kurban itu. Tetapi, Ibrahim sekali lagi melemparinya
dengan bebatuan sampai setan itu pergi.
Dan begitulah lagi
sampai kali yang ketiga. Kelak, pelemparan batu terhadap setan itu dikenang
sebagai Lempar
Jumrah ,yakni Jumrah
Aqabah, Jumar Wustho dan Jumlah
Ula.
Sesampai di atas bukit, barulah Ibrahim menceritakan kepada
Ismail tentang mimpinya. Kisah dialog yang sangat menyentuh hati itu dibadikan oleh
Allah dalam firman-firman-Nya pada QS. Ash Shafaat (37)
ayat 100-110.
Karena nabi Ibrahim (dan juga Ismail) telah menunjukkan
ketaatan akan perintah-Allah, maka Allah memerintahkan Ibrahim, melalui
malaikat Jibril untuk mengganti anaknya dengan seekor domba sebagai simbol ketaatan pengorbanannya.
Sehingga tanggal 10 Dzulhijah dikenal sebagai HARI NAHAR alias Hari
Berkorban.
.
*****
Dialog Mengharukan Sebelum Penyembelihanan
Sesampainya di atas
bukit, barulah Ibrahim menceritakan kepada Ismail tentang mimpi yang datang
berturut-turut selama tiga hari dalam tidurnya. Betapa beratnya pergulatan
batin yang terjadi dalam menyikapi perintah yang sangat dahsyat itu.
Kemudian terjadi
dialog yang sangat menyentuh hati. Dialog antara Ibrahim, seorang ayah yang
teguh dan taqwa, dengan Ismail seorang anak yang saleh dan patuh.
.
“Duhai anakku,
sesungguhnya aku telah bermimpi bahwa aku menyembelih dirimu. Maka aku
ingin tahu bagaimanakah
pendapatmu?”
“Ayah … aku ingin
tahu, apakah
itu perintah Allah?”
“Benar anakku. Aku
bermimpi tiga malam berturut-turut,” Ibrahim meyakinkan anaknya.
“Jika demikian maka
lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu”
“Apakah engkau tidak
takut anakku?” tanya Ibrahim heran bercampur haru.
“Tidak ayah, engkau
nanti akan mendapatiku sebagai hamba yang patuh dan sabar.”
“Duhai anakku …. Sungguh berat hati aku
melaksanakannya. Tapi ini adalah perintah Allah”
“Lakukanlah ayah….
Lakukan”
“Adakah permintaanmu sebelum aku
menyembelihmu… duhai anakku?”
Ismail kecil
mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Kemudian ia menyampaikan
beberapa keinginan kepada ayahnya.
“Tajamkanlah pedangmu ayah, untuk
meringankan penderitaanku”
“Baiklah …,” jawab
Ibrahim dengan kepala tertunduk seraya membayangkan betapa sakitnya saat pedang
mengiris leher anaknya nanti.
“Lalu tanggalkanlah pakaianku
agar tidak terkena
darah, dan ibu tidak terlalu terharu melihatnya nanti.”
“Baiklah … “ Nabi
Ibrahim mengangguk pelan menahan kesedihan di dada.
“Dan … sampaikanlah hormatku
kepada ibu, katakan padanya bahwa kita termasuk orang-orang yang taat dan berserah
diri kepada Allah,” demikian kalimat Ismail melanjutkan permintaannya sebelum
disembelih.
Dada Nabi Ibrahim
bergemuruh hebat mendengar tiga permintaan anaknya. Kedua kelopak matanya
meleleh. Ia tak mampu membendung air mata yang menetes deras hingga membasahi
pipinya.
.
Nabi
Ibrahim mendekat, membungkuk dan memeluk Ismail.
Kemudian mereka berdua saling berpelukan.
Nabi
Ibrahim memeluk erat-erat tubuh Ismail dan menciumi pipi anaknya yang baru saja
menginjak usia baligh. Dalam benaknya terbayangkan, anaknya yang cerdas, gagah,
membanggakan dan membahagiakannya ini, sebentar lagi akan diminta oleh Allah
untuk kembali ke sisi-Nya.
Belum puas Ibrahim
memeluk anaknya, namun Ismail
mengendorkan pelukannya dan memberi isyarat agar ia melepaskan pelukannya. Dalam
pelukan terakhir kalinya itu, dengan linangan air mata dan suara tersengal
Ibrahim berbisik di telinga Ismail, "Sungguh ayah bahagia mempunyai seorang putera yang beriman kepada Allah dan berbakti
kepada orang tua."
.
Saat akan dimulai
eksekusi penyembelihan, Ibrahim mengeluarkan pedang dari sarungnya lalu
mengasahkan ke batu cadas yang ada disana. Sungguh ia tak mampu membayangkan
sebentar lagi darah akan tumpah dari leher anak yang sangat dicintainya.
Proses
penyembelihan dimulai, nabi Ibrahim membaringkan Ismail.
Anak yang baru beranjak baligh itupun mengikuti apa yang diperlakukan ayah
kepadanya tanpa suara. Suasana begitu hening mencekam.
Tangan
kiri Ibrahim mengusap kening Ismail yang terbaring, sementara tangan kanannya
mengangkat pedang. Dengan menyebut nama Allah,
ia memejamkan mata karena tak kuasa
memandang wajah anaknya. Sementara Ismail menatap wajah ayahnya dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan.
Sesaat
Ibrahim menahan pedang di atas kepalanya. Sekali lagi ia
menyebut nama Allah dan siap menurunkan pedang untuk mengiris leher
anaknya.
.
Pada
saat bersamaan malaikat Jibril datang membisikkan pesan Allah ke
telinganya, “Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu.
Allah telah menerima keikhlasan dan kesabaran kalian berdua. Sesungguhnya ini
adalah ujian yang nyata. Maka Allah memerintahkanmu untuk menebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.”
Ibrahim-pun
terkejut mendengar bisikan Jibril ke telinganya. Lalu ia membuka matanya.
Saat itu juga ia mendengar suara sekawanan domba yang
berada tak jauh dari tempatnya, yang telah disiapkan oleh malaikat Jibril.
Sesuai bisikan
malaikat Jibril maka Ibrahimpun memilih seekor domba yang besar untuk
disembelih sebagai ganti Ismail dalam pengorbanannya.
Rangkaian kisah
cinta dan pengorbanan Nabi Ibrahim kepada Ismail itu dibadikan oleh Allah dalam
firman-firman-Nya pada QS. Ash Shafaat (37) ayat 100 - 110.
.
*****
SEBELAS KEGIATAN RITUAL HAJI
1. IHRAM
Ihram atau niat
melaksanakan ibadah haji dg mengenakan pakaian ihram saat berada di Miqat (tgl.
8 Dzulhijah = hari Tarwiyah).
2. WUKUF di Arafah.
Wukuf adalah
berdiam diri dg berdzikir, tafakur dan berdo'a. Wukuf di padang Arafah
dilaksanakan pada waktu siang hari antara dzuhur hingga sblm maghrib (setelah
melaksanakan shalat jama' taqdim dhuhur & ashar berjamaah, serta
mendengarkan khotbah), (tgl 9 Dzulhijah = Hari Arafah).
3. MABIT di Muzdalifah.
Perjalanan dari
Arafah ke Mina adalah perjalanan yg berat, sehingga jamaah perlu bermalam atau
Mabit di Muzdalifah, sampai terbitnya fajar esok hari.
4. Kumpulkan BATU
KERIKIL.
Saat mabit di
Muzdalifah jamaah melakukan kegiatan mengumpulkan batu kerikil sebanyak yg
dibutuhkan untuk lontar jumroh di Mina. (tgl 10 Dzulhijah = hari Nahar).
5. LEMPAR JUMRAH.
Lempar jumrah
adalah melempar batu kerikil terhadap Tugu Batu yg terletak di bukit Aqabah
Mina. Lemparan batu kerikil dilakukan sebanyak tujuh kali (lemparan satu per
satu).
·
Ritual lempar jumrah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu: (1) Jumrah
Aqabah, (2) jumrah Wustha, dan (3)Jumrah Ula (masing² dilakukan pada hari Tasrik,
yaitu 10, 11 & 12 Dzulhijah).
·
Jika ritual melempar tiga jumroh sudah dilakukan, maka jamaah haji boleh
meninggalkan Mina (nahar). Nafar dibagi menjadi dua yaitu "nafar
awal" dan "nafar tsani".
6. TAHALUL
Tahalul atau cukur
rambut (minimal 3 helai). Ada dua jenis Tahalul, yaitu: "Tahalul
Awal", dilakukan saat usai melempar jumroh di hari Nahar (potong qurban)
dan "Tahalul Akhir", dilakukan stlh tawaf Ifadah.
7. MABIT di Mina.
Mabit di Mina
dilakukan pada malam 11&12 Dzulhijah (bagi jamaah nafar awal), atau malam
11,12 & 13 Dzulhijah (nafar tsani).
8. TAWAF.
Tawaf adalah
kegiatan mengelilingi ka'bah sebanyak 7 putaran sambil melafatkan amalan
dzikir. Jenis tawaf ada 3 yaitu: Tawaf Ifadah, Qudum & Wada.
9. SA'I.
Sa'i adalah
kegiatan berlari-lari kecil antara bukit Safa dan bukit Marwah, dilakukan
sebanyak 7 kali.
10. Tahalul Akhir
Setelah seluruh
urutan haji dilaksanakan, maka terakhir adalah tahalul yaitu seorang jamaah
sudah terbebas dari ihramnya. Tahalul haji dibagi menjadi dua, yaitu tahalul
pertama dan kedua.
11. Thawaf Wada.
Urutan haji yang selanjutnya adalah thawaf wada atau disebut thawaf perpisahan. Thawaf ini dilaksanakan saat jamaah hendak meninggalkan kota Mekah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar