Dalam diskusi
seputar arah kebijakan ekonomi yang tidak sesuai dengan UUD 1945 di Kantor MUI
Pusat, (17/05/2016), dalam upaya untuk memperbaiki bangsa mantan
Menko EKUIN Kwik Kian Gie secara berseloroh menyarankan
Kudeta dan Kembali ke UUD 1945 Asli. Pemikiran
Kwik itu bisa dibaca melalui media online, http://www.repelita.com/perbaiki-bangsa-kwik-sarankan-kudeta-dan-kembali-ke-uud-1945-asli/.
Kalau disarikan isinya sebagai berikut:
a.
Bangsa ini semakin liberal dan makin jauh dari UUD 1945, Untuk
memperbaiki kondisi ini harus dilakukan perubahan sistem dan pemimpinnya.
b.
Sistem kepemimpinan, tidak bisa dipilih secara langsung oleh rakyat.
Karena tidak mungkin rakyat yang pendidikannya mayoritas masih rendah
diharapkan dapat memilih pemimpin yang berkualitas.
c.
Sumber ekonomi dan badan usaha harus dikendalikan negara, tidak boleh
diserahkan kepada swasta apalagi asing.
d.
Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi bangsa, harus menggunakan gaya
kepemimpinan “diktaktorial.”
e.
Lalu apa yang harus dilakukan sekarang?. Ada yang menyebut kudeta, tapi
apa ya tentara mau? Untuk memilih pemimpin, “Saya usulkan, mungkin MUI
yang mampu pilih pemimpin, orang yang sangat dihargai rakyat”.
Bagaimanakah integritas seorang Kwik?
Dulu ia adalah pebisnis yg sukses. Sekitar th 85 ia meninggalkan
dunia bisnisnya dan menekuni pendidikan (mendirikan Institut Bisnis Indonesia)
dan penulis di kompas.
Ia sering mengkritik sistem pemerintah yang begitu korup dan sarat KKN
serta otoriter di era Soeharto. Ia berpendapat semua malapetaka yang sedang
dihadapi bangsa penyebabnya adalah moralitas yang rendah, tiadanya integritas,
berkecamuknya KKN, kepalsuan, kemunafikan dan kepura-puraan.
Setelah dirinya mapan Kwik terjun ke dunia politik, dan ia konsisten
memperjuangkan ilmunya (ekonomi dan pendidikan) untuk bangsa Indonesia. Kwik
menjabat sebagai salah satu Ketua DPP sekaligus tim Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) PDI.
Kwik tidak segan-segan mengkritisi menteri seposisinya bahkan presiden
Megawati. Pada tanggal 7-8 November 2001, Kwik menyampaikan pidato yang sangat
menusuk bagi CGI maupun pejabat-pejabat saat ini maupun tempo dulu. Ia
menyentil lembaga keuangan dunia yang selama ini ‘menjerumuskan’ Indonesia
dengan utang.
Kwik Kian Gie kerap kali menekankan bahwa untuk mengubah Indonesia yang
lebih baik, maka dibutuhkan obat sekaligus dokter-dokter yang secara serius
menyembuhkan penyakit korupsi yang merajalela, utang dalam dan luarnegeri yang
menumpuk, mis-management dalam penyelenggaraan perekonomian, dan kerusakan
moral.
Keempat hal inilah yang menyebabkan Indonesia diujung tanduk. Kritiknya
yang paling fenomenal tentang ketidak warasannya kebijakan pemerintah dalam
bidang ini adalah penjualan BCA 97% dari BCA sudah milik pemerintah. Di
dalamnya ada OR atau surat utang pemerintah sebesar Rp 60 trilyun. IMF memaksa
menjualnya kepada swasta dengan harga yang ekuivalen dengan Rp 10 trilyun. Jadi
BCA harus dijual dengan harga Rp 10 trilyun, dan yang memiliki BCA dengan harga
itu serta merta mempunyai tagihan kepada pemerintah sebesar Rp 60 trilyun dalam
bentuk OR yang dapat dijual kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja.
Dalam artikel “Proses Terjajahnya Kembali Indonesia Sejak Bulan November
1967”. Kwik Kian Gie menulis sebagai
berikut: “Dari berbagai studi oleh ahli sejarah, baik dalam maupun luar negeri
yang boleh dikatakan objektif, sejak tahun 1967 kita sudah tidak mandiri. Jauh
sebelum itu, tetapi menjadi sangat jelas setelahnya, dapat kita lihat hubungan
yang sangat erat antara kebijakan pemerintah Indonesia dan apa yang tercantum
dalam country strategy report yang disusun oleh Bank Dunia dan Bank pembangunan
Asia, serta segala sesuatu yang didiktekan kepada pemerintah Indonesia dalam
bentuk Memorandum of Econo-mic and Financial Policies (MEFP) yang lebih dikenal
dengan sebutan Letter of Intent.”
Jadi transaksi BCA oleh Laksamana Sukardi CS dibawah bisikan IMF
telah merugikan negara hingga Rp 50 triliun. Hentikan pembodohan oleh aparat pemerintah.
Hentikan kebijakan yang membuat masyarakat menjadi kelas nomor ke-5 setelah
kepentingan pengusaha, asing, politik dan kepentingan penguasaha. Ciptakan
budaya berdirikari, dan tingkatkan moralitas bangsa.
Di masa tuanya (74 tahun) ia tetap berusaha menuangkan ide-ide demi
mengedukasi masyarakat agar mata saudara-saudara di negeri terbuka lebar. Dalam
sebuah buku John Perkins, ada kutiban: “Kwik, seorang Tionghoa namun
sangat nasionalis dan cinta pada negeri ini.”
Ada informasi dari Kwik yang dapat dijadikan pelajaran dan perlu
direnungkan.
Pertama, bahwa bangsa ini semakin liberal dan makin jauh dari UUD 1945.
Untuk memperbaiki kondisi ini harus dilakukan perubahan sistem.
Kedua, perlunya meninjau kembali sistem Pemilu. Kepemimpinan tidak bisa
dipilih secara langsung oleh rakyat. Karena tidak mungkin rakyat yang
pendidikannya mayoritas masih rendah diharapkan dapat memilih pemimpin yang
berkualitas.
Dan ketiga, Sumber ekonomi dan badan usaha harus dikendalikan negara,
tidak boleh diserahkan kepada swasta apalagi asing.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/kalimana/kudeta-dan-kembali-ke-uud-1945-asli_582f2959b5937326162f5ad7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar