Sabtu, 03 Desember 2016

Demo 212; Terbesar dan Menggetarkan Hati

Hati saya turut bergetar bersama getaran hati jutaan massa yang menghadiri “Aksi Bela Islam  212” di Silang Monas.  Saya duduk bersimpuh diatas sajadah, sekitar 100 meter didepan panggung podium Aksi Bela Islam 3 – GNPF MUI.

6 Jam lebih tak beranjak

Duduk diatas sajadah di lapangan terbuka selama 6 jam lebih sejak jam 06.30 hingga 13.45, dibawah guyuran hujan, bersama jutaan kaum muslimin, untuk berdzikir dan berdoa bersama adalah pengalaman ruhani yang sangat dahsyat.  Itu adalah rentang waktu terlama selama pengalaman hidup saya dalam mengikuti ceramah, tausiah,  kuliah atau  apapun namanya tanpa beranjak dari tempat duduk.  Aktifitas ini sungguh saya rasakan seperti berada di padang Arafah saat melaksanakan ibadah Wukuf.

*Bukan lagi “kebencian thd Ahok”, tetapi berubah “kecintaan thd Al Quran”*
Saya mengikuti dengan penuh hikmat tausyiah para ulama dan habaib.  Selama itu tidak ada rasa bosan atau lelah sedikitpun. Tausyiah yang disampaikan para ulama itu sungguh sangat menyejukkan hati. Meski tema nya adalah tangkap penista agama, namun kesan yang saya rasakan (mungkin juga jutaan jamaah lainnya) telah bergeser. Spiritnya bukan lagi  “kebencian terhadap Ahok”, tetapi berubah menjadi “kecintaan terhadap Al Quran”

Meneteskan air mata

Lima kali mata saya meleleh haru mendengar uraian hikmah cinta Al Quran.  Bukan saja keharusan untuk membela Al Quran, tetapi juga keharusan untuk mengamalkannya.  Merupakan introspeksi bagi diri ini, ternyata masih banyak prilaku yang belum sesuai dengan tuntunan Al Quran. Peringatan ini disampaikan oleh A’a Gym. Lantunan dzikir yang dipandu oleh ustadz Arifin Ilham dengan syahdu juga sangat menggetarkan qalbu.  Juga nashid yang dilantunkan penyanyi Opick. Itu semua membuat saya melelehkan air mata haru. Demikian juga orasi yang disampaikan oleh Ustadz Bachtiar Nasir, ketua GNPF MUI, sungguh sangat menggugah kecintaan terhadap Al Quran dan jauh dari hujatan terhadap pribadi Ahok.

Bekal yang tak termanfaatkan

Saya telah mempersiapkan diri dari rumah dengan bekal sajadah, makanan, payung dan jas hujan untuk menghadapi kondisi dan cuaca yang diramalkan bakal turun hujan.  Namun saat hujan tiba, saya jadi mengurungkan niat untuk memanfaatkan payung dan jas hujan, lantaran malu dengan jamaah samping kanan, kiri, depan dan belakang yang datang dari Aceh, Lampung, Samarinda dan daerah-daerah luar kota lainnya yang rela berbasah-basahan dengan air hujan.

Peserta luar kota

Saat selesai menunaikan shalat Jumat, dan segera dilanjutkan dengan shalat Ashar jamak takdim bagi musyafir, disitu saya benar-benar menyaksikan betapa banyak yang melaksanakan shalat Ashar jamak takdim (sekitar 80%) dibandingkan yang tetap duduk melaksanakan dzikir. Itu artinya para musyafir yang hadir dari luar Jakarta sangatlah banyak, dan mereka telah menduduki wilayah Monas sejak pagi hari setelah shalat subuh di masjid Istighlal. Sungguh suatu fenomena yang sangat luat biasa, sangat menyentuh hati. Betapa luar biasanya perjuangan dan pengorbanan mereka.

Kehadiran rombongan Long March Ciamis

Sekitar pukul 09.30 datang rombongan long march para santri dari Ciamis. Kedatangannya diumumkan oleh pembawa acara dan disambut dengan pekikan takbir. Mereka berangkat berjalan kaki dari Ciamis sejak Senin 28 November dan baru tiba di Monas hari Jumat. Meski terlihat kelelahan secara fisik namun tak nampak kelelahan di raut wajahnya. Mereka disambut oleh jamaah lainnya dengan pekikan takbir dan pelukan oleh jamaah yang dilintasinya.  Pemandangan ini membuat saya tak kuasa menahan lelehan air mata haru dan bangga.
Saat ketua rombongan Ciamis didaulat naik keatas panggung dan menyampaikan kesan-kesannya, beliau menyampaikan antara lain, kendala transportasi. Ketika mendengar berita tentang pembatalan sepihak puluhan bus yang telah disewanya, beliau menyampaikan,  “Meskipun tak ada bus, tetapi kami mempunyai kaki. Kami akan tetap membela Al Quran meski harus berjalan kaki ke Jakarta”.  Pernyataan ini disambut dengan pekikan takbir berulang-ulang. Lagi-lagi hati saya tergetar dan terharu. Kalau saja saya tak hadir disini, betapa malunya saya. Betapa dangkalnya kecintaan saya pada Al Quran.

Qunut terpanjang

Qunut Nazilah dibacakan oleh Habib Ririeq Shihab selaku imam pada rakaat kedua shalat Jumat itu. Doa qunut itu sangatlah panjang, mungkin  10 kali lebih panjang dari doa qunut yang biasa say abaca saat shalat subuh.  Meski begitu panjang dan lama, namun saya menyimak doa itu dengan rasa khusuk dan perasaan damai. Mungkin doa qunut itu rekor dunia juga.

Shaf shalat terpanjang di dunia

Disela-sela tausyiah, pembawa acara menyampaikan pengumuman bahwa shaft kita saat ini membentang dari masjid Istghlal, Monas, Bunderan HI, Tugu Tani hingga hampir mencapai jalan cempaka putih.  Lagi-lagi disamput pekikan takbir jamaah.  
Panitia memperkirakan jumlah massa Aksi Demo 212 ini lebih dari 4 juta. Subhanallah.  Kalau memang benar demikian maka ini adalah rekor dunia bagi jumlah jamaah shalat Jumat.

Hipnotis Ustadz Bakhtiar Nasir

Saat Kapolri Jendral Tito menyampaikan pidato, massa menganggunya dengan respon negatif berupa teriakan pelecehan. Namun Ustadz Bakhtiar Nasir dapat mengatasinya. Beliau menyela pidato Kapolri dengan teriakan, “Saya Bakhtiar Nasir, tolong kita umat Islam menghargai simbol negara. Beliau adalah Kapolri yang juga harus kita hargai.” Selanjutnya Bakhtiar meredakan emosi massa aksi dengan pancingan yel-yel “ Tangkap, tangkap, tangkap si Ahok; tangkap si Ahok sekarang juga” tiga kali.  Massa pun mengikuti dan terhipnotis dengan yel-yel itu. 
Setelah massa terpuaskan, kemudian Bakhtiar melanjutkna, “Mari kita dengarkan pidato Kapolri dengan tenang”. Dan akhirnya massa pun mengikuti ajakan Bakhtiar dan menyimak pidato Kapolri dengan tenang. Lagi-lagi Ustadz Bakhtiar Nasir menunjukkan kelasnya sebagai orator ulung dan pengendali massa yang handal.

Presiden Jokowi akhirnya hadir

Sesaat sebelum menunaikan shalat jumat berkumandang pengumuman dari pembawa acara, presiden Jokowi berkenan hadir ditengah tengah kita untuk mengikuti ibadah shalat Jumat. Serentak teriakan takbir membahana. Rasa syukur berkecamuk diseluruh batin ini diiringi harapan semoga bangsa kita  segera mencapai kedamaian, kesejahteraan dan jauh dari permusuhan serta kegaduhan politik. Selepas shalat Jumat, presiden Jokowi memberikan pidato singkat mengapresiasi Demo 212.

Dahsyatnya Hujan

Menjelang shalat Jumat dimulai, hujan mulai turun dan membesar.  Ustadz Bakhtiar menyampaikan  dari atas podium, "Allah kirimkan hujan supaya semua tidak repot antri wudhu dan air hujan akan menambah kesejukan di hati kita semua"  Benar…, hujan itu justru meneguhkan  hati saya. Ada kesan mendalam dengan fenomena ini. Dan hujan tidak berhenti sampai selesai shalat jum'at. Baru kali ini seumur2 shalat sembari diguyur hujan namun justru ada kebahagiaan dalam hati. Subhanallah… luar biasa.

Demo aman, tertib dan bermartabat

Seusai pelaksanaan ibadah shalat  jumat, massa aksi membubarkan diri dengan sangat tertib. Apabila ada salah seorang melintas ditaman dan menginjak rumput maka peserta lainnya akan meneriaki dan mencelanya. Bisa dikata pada aksi massa ini tidak ada kerusakan sedikitpun, bahkan tidak ada satu rantingpun yang patah. Masing-masing kembali ke rumahnya dengan perasaan damai. Subhanallah.  

Pemirsa TV pun menangis

Ketika istri saya telepon, dia menyampaikan peristiwa yang disaksikannya melalui televisi. Ternyata istri saya ikut hanyut dan melelehkan air mata. Ada rasa bahagia dan  bangga sebagai umat muslim. Seorang kawan juga menelpon, ia menyesal tak ikut aksi dan malu hati dengan peserta luar kota yang hadir. Dan tangisnyapun terdengar dalam telepon  Demikian pula postingan dan komentar kawan-kawan di grup WA. Mereka menyatakan kekagumannya. Bahkan tak sedikit yang ikut terharu dan meneteskan airmata meski hanya menyaksikan lewat tv.

Sungguh kami semua telah terhipnotis oleh GNPF MUI.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kalimana/hipnotis-di-demo-212_58425b7a2d7a61f00695d750





Tidak ada komentar:

Posting Komentar