1. Apakah
islam itu ?
2. Sumber Ajaran Islam
3. Pilar agama
Islam
4. Aspek pokok ajaran islam (akidah, syariah,
akhlak)
5. Sumber Ajaran Islam
4. Tujuan ibadah dalam Rukun Islam
5. Ibadah mahdhah & ghair mahdhah
6. Ibadah
sosial
7. Tingkat
ketaqwaan / keimanan
8. Iktilaf
9. Aliran tekstual dan
kontekstual
10. Memahami teks perintah & larangan dalam
alquran
11. Ayat-ayat
tentang akal
12. Taqwa, kafir & munafik
13. Tiga unsur ruhaniah
14. Tasawuf
15. Keajaiban al-Qur’an
16. Puasa
17. Empat sifat mulia Rasulullah
18. Yang paling ...
19. Hakekat kebahagiaan.
20. Memaafkan
21. Mencintai anak
22. Filsafat dan Psikologi
23. Lebah
24. Kapita
Selekta
----- ----- -----
1. Apakah
Islam Itu?
Islam adalah
agama yang mengimani Allah Swt sebagai satu-satunya
tuhan pencipta dan pengatur seluruh alam semesta, dan Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul Allah paling akhir, serta al-Qur’an sebagai kitab suci yang menjadi pedoman atau
petunjuk hidup bagi seluruh manusia untuk menggapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
Islam berasal dari kata Arab "aslama-yuslimu-islaman" yang
secara kebahasaan berarti "menyelamatkan". Kata islam
sendiri terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam) dan M (mim) yang
mempunyai makna kata dasar : “Salam”
(selamat), “Salm” (damai), “Aslama” (tunduk), dan “Salim” (bersih/suci). Jadi secara harfiah, Islam memiliki arti: selamat, damai, tunduk/patuh, dan bersih/suci.
Penyebutan bagi penganut ajaran
agama Islam adalah muslim.
2. Sumber
Ajaran Islam.
Sumber
pokok (primer) ajaran islam adalah Al-Quran dan Hadis (Sunah Rasul), serta Ijtihad
sebagai sumber hukum sekunder.
a. Al-Qur’an.
Al
Qur’an adalah
adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
Saw melalui perantara malaikat Jibril, berisi ajaran tentang akidah (keimanan/tauhid),
syariat (hukum/aturan ritual dan sosial), dan akhlak (moral/budi pekerti).
Al-Quran adalah
mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat
para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dijadikan
sebagai acuan dan pedoman hidup bagi umat Islam.
b. Hadis.
Hadis atau As-Sunah adalah
segala perkataan, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad Saw. Sunah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua,
setelah al-Qur’an. Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber
hukum Islam dijelaskan Al-Quran pada: Q.S. 4:65 dan Q.S. 59:7
As-Sunnah berfungsi
untuk memperjelas, menafsirkan isi atau kandungan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan
memperkuat pernyataan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengembangkan segala sesuatu
yang samar-samar atau bahkan tidak ada ketentuannya di dalam Al-Qur’an.
c. Ijtihad.
Ijtihad adalah “sarana ilmiah” untuk menetapkan hukum sebuah
perkara yang tidak secara tegas ditetapkan Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya
disebut Mujtahid. Kedudukan
Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran dan
As-Sunnah.
3. Dua Pilar Agama Islam.
Dalam agama Islam dikenal dua pilar penting
yang menjadi pedoman hidup bagi pemeluknya, yaitu “Rukun
Iman” dan “Rukun Islam”.
a. Rukun Iman.
Rukun Iman merupakan 6 perkara yang wajib
diimani oleh orang muslim, yaitu:
1. Iman kepada Allah (sebagai satu-satunya tuhan pencipta dan pengatur seluruh alam semesta).
2. Iman kepada para malaikat.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah (Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an)
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman kepada hari akhir (kiamat).
6. Iman kepada takdir Allah (yang baik maupun yang buruk).
2. Iman kepada para malaikat.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah (Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an)
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman kepada hari akhir (kiamat).
6. Iman kepada takdir Allah (yang baik maupun yang buruk).
b. Rukun Islam.
Rukun Islam merupakan 5 perkara yang
wajib dilakukan oleh orang-orang muslim, adalah:
1. Syahadat, yaitu menyatakan kalimat tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu rasul
Allah
2. Shalat, yaitu ibadah ritual sembahyang
lima waktu dalam sehari.
3. Zakat, yaitu memberikan 2,5% dari uang penghasilan
kepada orang miskin atau yang membutuhkan .
4. Puasa, yaitu berpuasa mengendalikan diri dari
makan, minum dan nafsu seksual selama bulan Ramadhan.
5. Haji, yaitu pergi beribadah ke Mekkah bagi
mereka yang mampu.
Karakteristik orang Mukmin :
a. Menghormati tetangganya
b. Menyambung tali persaudaraan
c. Berbicara benar, atau bila tak mampu maka
berdiam diri.
d. Tidak bisa tidur dalam (keadaan kenyang)
bila tetangganya kelaparan
4. Aspek pokok ajaran islam (akidah, syariah,
akhlak)
Secara garis
besar, ruang lingkup ajaran Islam menyangkut tiga aspek pokok, yaitu akidah (keyakinan), syariah (hukum-hukum), dan akhlak (tabiat dan prilaku).
a) Akidah adalah keimanan atau keyakinan akan eksistensi Allah sebagai pencipta,
pengatur dan penguasa seluruh alam semesta, serta meyakini kebenaran seluruh
yang difirmankannya. Akidah Islam
dibangun atas dasar enam keimanan (rukun iman).
b) Syariah merupakan sistem nilai dan
merupakan inti ajaran Islam, yang mencakup aturan-aturan (hukum) Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam selain manusia.
Sistem nilai Islam dibagi dalam dua dimensi, yang disebut dengan:
·
Ibadah Mahdhah (hubungan secara vertikal = ibadah berdimensi ritual), yaitu berupa
kegiatan-kegiatan atau upacara-upacara dalam rangka menyembah Allah.
·
Ibadah Ghair-mahdhah (hubungan secara horizontal = ibadah berdimensi sosial),
yaitu berupa amal saleh dalam bentuk hubungan sesama manusia dan mahluk
lainnya, disebut juga dengan muamalah.
c) Akhlak adalah aspek perilaku, yaitu merupakan cerminan dari apa yang ada dalam
jiwa.
Akhlak merupakan system
etika Islam yang meliputi sikap terhadap Tuhan, sesama dan mahluk lainnya. Rasulullah Muhammad Saw diutus oleh Allah
untuk menyempurnakan akhlak (innama bu’itstu li
utammima makaarimal akhlaq).
Akhlak merupakan puncak
dari keimanan seseorang. Nabi bersabda :
”Orang mukmin yang paling
sempurna keimannya adalah orang yang sempurna akhlaknya”.
4. Tujuan Ibadah dalam rukun Islam :
- Shalat : mengingat Allah (QS. Toha 14)
- Zakat : membersihkan
dan mensucikan jiwa (QS At-Taubah 103)
- Puasa : membentuk manusia taqwa (QS. Al-Baqarah 183)
- Haji : mengambil manfaat dari perjalanan hidup (QS.
Al-Haj 27-32)
5. Ibadah Mahdhah & Ghair Mahdhah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam
terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan
lainnya, yaitu ibadah Mahdhah dan Ghair-mahdhah.
·
Ibadah Mahdhah.
Merupakan ibadah berupa penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara
hamba dengan Allah secara langsung.
Misal : Shalat, Puasa, Haji, Umrah, Wudhu, I’tikaf, dsb.
Ibadah mahdhah berdimensi vertikal atau ritual, yaitu berupa kegiatan-kegiatan atau
upacara-upacara dalam rangka menyembah Allah.
Prinsip ibadah mahdhah :
a. Keberadaannya
harus berdasarkan adanya dalil perintah (dari
al-Quran maupun al- Sunnah).
b. Tatacaranya
harus berpola kepada contoh Rasul Saw. Jika
melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil, maka dikategorikan bid’ah.
c.
Bersifat supra rasional (di atas
jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan
wilayah akal, melainkan wilayah wahyu.
d. A zasnya
“taat”, yang dituntut dari hamba dalam
melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan.
Rumusan Ibadah Mahdhah adalah : “KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)
·
Ibadah Ghair-Mahdhah.
Merupakan ibadah
yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan
hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .
Ibadah ghair-mahdhah berdimensi horizontal atau sosial, yaitu berupa amal saleh dalam bentuk hubungan
sesama manusia dan mahluk lainnya, disebut juga dengan muamalah.
Prinsip ibadah Ghair-mahdhah :
a. Keberadaannya
didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.
b. Tatacaranya
tidak harus berpola kepada contoh Rasul Saw.
Maka dikenal adanya istilah bid’ah hasanah.
c. Bersifat rasional,
ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya,
dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika
sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh
dilaksanakan.
d. Azasnya
“Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama
itu boleh dilakukan.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah: “BB + KA”
(Berbuat Baik + Karena Allah)
Ibadah dalam Islam dibagi dalam dua dimensi, yaitu : ibadah Mahghah (ibadah
berdimensi ritual) dan ibadah Ghair-mahdhah (ibadah
berdimensi sosial). Kedua dimensi ibadah tersebut harus dilakukan secara
keseluruhan oleh setiap Muslim.
Allah SWT secara tegas memerintahkan kita agar masuk Islam
secara kaffah (menyeluruh). “Udkhulu fis-silmi kaffah” (QS. Al Baqarah: 208), artinya “Masuklah ke dalam Islam secara kaffah
(menyeluruh)”. Tidak dibenarkan seseorang
hanya melaksanakan ibadah ritual saja, sementara mengabaikan ibadah
sosial. Demikian pula sebaliknya. Ibadah ritual dan sosial harus
dilaksanakan secara keseluruhan dan berimbang.
Tidak dibenarkan seseorang hanya melaksanakan ibadah ritual saja,
sementara mengabaikan ibadah sosial. Allah SWT juga
memerintahkan kita untuk berhubungan baik
dengan sesama manusia (hablim minan
naas). “Dhuribat ‘alaihi mudh dhillatu ainamaa tsuqifuu illaa
bi hablim minallahi - wa hablim minan naas” (Ali Imran 112) : ditimpakan atas mereka
”kehinaan” dimana saja mereka berada, kecuali kalau mereka berhubungan baik
dengan Allah (hablim minallah) dan
berhubungan baik dengan sesama manusia (hablim minan
naas).
Nilai
Ibadah Sosial Lebih Besar daripada Ibadah Ritual.
Prof. Dr. Jalaluddin Rahmad, berpendapat bahwa, Islam
menekankan ibadah dalam dimensi sosial jauh lebih besar daripada dimensi
ritual. Kalau kebetulan kegiatan ibadah ritual itu bersamaan
dengan pekerjaan lain yang mengandung dimensi sosial, maka Islam memeberi
pelajaran untuk mendahulukan yang sosial.
>
|
Ketika
nabi sedang shalat di rumah, beliau berhenti dan membukakan pintu untuk tamu
yang datang, kemudian beliau melanjutkan shalatnya kembali.
|
>
|
Seseorang
datang kepada rasulullah, mengadukan ada seseorang perempuan yang shalatnya
rajin tetapi dia selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya.
Apa kata Rasulullah?, ”Perempuan itu di neraka”. (HR. Ahmad, Hakim).
|
>
|
Tidak
beriman kamu, kalau kamu tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetanggamu
kelaparan. (HR. Al-Bukhary)
|
>
|
Orang
bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah ketimbang ahli ibadah yang pelit.
(HR. Al-Tirmidzi dari Abu Hurairah)
|
>
|
Dalam
suatu riwayat, Nabi pernah menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang
bangkrut. Rasulullah menjelaskan, sesungguhnya orang yang bangkrut adalah orang yang
rajin menjalankan ritus-ritus ibadah (shalat, shaum, zakat, dan lain
sebaginya), tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik, dia sering merampas
hak orang lain, sering menyakiti hati orang, sering berbuat zalim,
dsb. Sehingga pahala amalnya habis berpindah ke orang lain
dan dosanya bertambah banyak
|
Akhlak Ukuran Tingkat Ketaqwaan
Tingkat keimanan seseorang diukur dari akhlaknya (prilaku sosial), bukan dari ibadah mahdhah semata.
>
|
Pendusta Agama. Dalam al-Qur’an Al-Ma’un: 1-3, Allah SWT mencap bagi
orang-orang yang tidak peduli terhadap nasib fakir miskin sebagai ”pendusta
agama”. Prof. Dr.
Hamkamemaknai “pendusta agama” adalah orang yang mendustai
agama, yaitu mendustai shalatnya, mendustai zakatnya, mendustai puasanya,
juga mendustai ibadah hajinya. Karena ibadah spiritual yang ia lakukan
(shalat, zakat, puasa, dan haji) tidak berdampak baik pada ibadah sosialnya,
yaitu tidak peduli terhadap nasib anak yatim dan orang miskin.
|
>
|
Manusia yang paling baik. Banyak hadis yang
menyatakan bahwa untuk mengukur keimanan seseorang itu adalah dari akhlaknya
(prilaku sosial). Rasulullah bersabda, khairunnas anfa’uhum linnas , ”Manusia
yang paling baik (dicintai Allah Ta’ala), ialah manusia yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain. (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)
|
>
|
Amal yang paling utama. Ketika Rasulullah ditanya,
”Amal apa yang paling utama?”. Nabi yang mulia menjawab, ”Seutama-utama
amal ialah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, yaitu
melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan
hutang-hutangnya.” (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)
|
>
|
Sedekah ciri orang bertaqwa. Salah satu ciri orang yang bertaqwa antara lain adalah
menafkahkan sebagian rizki. ”Hudallil muttaqiin – alladziina
yu’minuuna bil ghaibi - wa yuqiimuunash shalaata- wa mim maa razaqnaahum
yunfiquun” (QS. Al-Baqarah: 2-3), artinya: ”(Al Qur’an) merupakan petunjuk
bagi mereka yang
bertaqwa, yaitu mereka yang beriman
kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.”
|
>
|
Shalat dan zakat. Di dalam Al-Quran, kata “shalat” pada umumnya
digandengkan dengan kata “zakat”. “Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.” (QS.
Al-Baqarah: 83).
|
>
|
Iman dan amal shaleh. Di dalam Al-Quran, kata “iman” pada umumnya digandengkan dengan kata “amal saleh”.
(1) QS. Al-Baqarah: 82 ; “Dan
orang-orang yang beriman serta beramal saleh,
mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”.
(2)
QS. Thaha: 75 ; “Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan
beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh,
maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi
(mulia)”.
|
Jadi tingkat keimanan seseorang itu, justru diukur dari akhlaknya (prilaku sosial), bukan dari
ibadah mahdhah semata. Namun kita sering mengukur ketaqwaan seseorang
dari ritualnya ketimbang sosialnya. Prof. Mukti Ali : Orang-orang Muslim banyak yang
lebih peka terhadap masalah-masalah ritual keagamaan, daripada masalah-masalah
sosial. Padahal Allah memerintahkan untuk Hablu minallah wa habluminannnas
secara seimbang.
7. Tingkat Ketaqwaan /
Keimanan
Dalam ajaran Islam dikenal ada tiga prinsip Islam yang pokok,
yang bisa dipandang sebagai tingkatan keimanan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan .
-
Tingkatan Islam,
seseorang telah mempunyai akidah atau
keimanan/kepercayaan yang diajarkan oleh agama Islam (rukun iman). Ia disebut sebagai muslim, yang keyakinannya terhadap ajaran Ilahi masih tipis.
-
Tingkatan
Iman, seseorang yang telah mempunyai
keyakinan cukup baik terhadap ajaran Islam, sehingga ia melaksanakan aturan
(perintah dan larangan) yang disyariatkan oleh agama Islam. Ia disebut sebagai mu’min.
-
Tingkatan
Ihsan, seseorang telah mempunyai
kepercayaan/keyakinan sangat tinggi terhadap ajaran Islam, sehingga mempunyai
akhlak mulia dan telah mencapai derajat ketaqwaan tertinggi. Ia disebut sebagai
muhsin.
Menurut ahli
Tasawuf, bahwa Islam tidak sebatas melaksanakan ibadah sesuai syariat saja,
melainkan ada tingkatan-tingkatan yang wajib ditempuh. Tingkatan peribadatan itu adalah : Syariat, Tarikat, Hakikat dan Makrifat
Syariat : Berkaitan
dengan penguasaan ilmu (hukum atau aturan) yang diajarkan secara tersurat/
lugas oleh Al Quran dan hadis
Tarikat : Berkaitan dengan ilmu tentang cara-cara
mendekatkan diri kepada Allah Swt, dengan melakukan amalan-amalan tambahan yang
bersifat sunah.
Hakikat : Berkaitan
dengan ilmu yang berkenaan dengan isyarat dan rahasia yang terkandung di balik hukum syari’at yang
diperoleh melalui pengalaman ruhaniah.
Makrifat: Berkaitan dengan “rasa” bahwa jiwa seseorang
telah berada pada kehadirat Allah Swt. (Manunggaling Kawula Gusti).
Tiga dimensi
agama Islam adalah :
|
|
||||||||
|
|||||||||
Sejajar dengan dimensi:
|
||||||||||
|
|
|||||||||
8. Iktilaf
Timbulnya Iktilaf (perbedaan pendapat) diantara para
ulama dalam memahami AQ dan hadist disebabkan oleh :
a. Ayat AQ dapat mengandung banyak makna.
b. Hadis beredar dari mulut ke mulut selama
hampir dua ratus tahun di antara perawi hadis, sehingga dalam penulisannya
memungkinkan terjadinya ketidaksempurnaan.
c. Kecerdasan, pengalaman dan sosio-kultural
para ulama yang berbeda, menyebabkan berbeda dalam menafsirkan ayat AQ dan
hadis, serta berbeda dalam menyusun metode Ijtihad.
Contoh
:
1) Huruf dalam AQ yang
mengandung banyak arti/fungsi dan tergantung konteksnya, antara lain
huruf "fa", "waw", "aw", "illa" dan
"hatta" . Sebagai contoh,
huruf "fa" mengandung dua fungsi, yaitu berfungsi "li tartib
dzikri" (susunan dalam tutur kata) dan berfungsi "li tartib
haqiqi" (susunan menurut kenyataan).
2) Perbedaan dalam
memahami lafaz perintah dan larangan
·
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu” (QS17;79).
Para ulama ada yg memandang bahwa itu adalah wajib (mazhab Zhahiri), dan ada yg
memandang sunnah (jumhur ulama).
·
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS.62:10)
3) Perbedaan dalam
memahami hadis
·
Potong
tangan bagi pencuri
·
Cara membersihkan najis di badan.
·
Syarat shalat di Jama’ dan qashar.
·
jari bergerak ketika tahiyat.
Jalan sufi hanya
mengungkapkan bahwa di balik perbedaan syariat itu, terdapat persamaan tarekat
dan hakekat.
Ikhtilaf tidak
dapat dihindarkan. Yang dapat dihindarkan adalah khilaf.
Jika paradigma fiqih memandang ikhtilaf sebagai pertentangan
antara kebenaran dan kebatilan, paradigma akhlak melihat
ikhtilaf sebagai peluang untuk memberikan kemudahan dalam menjalankan agama.
QS.Al-Baqarah 185 :
Allah menghendaki kemudahan, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
QS.Al-Hajj 78
: Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Jangan
menilai keimanan seseorang dari mazhab yang dianut, tapi lihatlah akhlak dan
amalnya, serta seberapa besar konstribusinya bagi kemaslahatan umat.
9. Aliran Tekstual dan
Kontekstual
Di kalangan para
sahabat, ada dua aliran, yaitu aliran tekstual dan aliran kontekstual. Aliran tekstual adalah
memahami teks-teks agama sesuai dengan yang tertulis dalam teks tersebut,
sementara aliran kontekstual adalah memahami
agama dengan melihat kepada makna dan tujuan daripada teks-teks tersebut.
Dengan kata lain,
aliran tekstual adalah memahami apa yang tersurat,
sementara aliran kontekstual adalah memahami apa yang tersirat.
Tokoh aliran
tekstual di kalangan sahabat Nabi SAW adalah Sayyidina Abdullah bin Umarra,
Sementara tokoh aliran kontekstual adalah istri Nabi Muhammad SAW, Ummul Munin
Aisyah, dan muazin Nabi, Bilal bin Rabah RA.
Abdullah bin Umar
selalu melakukan apa yang dilakukan Rasulullah SAW, bahkan apabila Nabi SAW
berteduh di bawah pohon atau duduk di atas sebuah batu. Pengikut aliran
tekstual cenderung ingin mengikuti perilaku Rasulullah SAW sesuai apa adanya
tanpa mencari maksud dan makna filosofisnya.
Sementara, pengikut
aliran kontekstual cenderung lebih mengembangkan perintah-perintah agama itu
dengan konteks kekinian.
10. Memahami Teks Perintah
& Larangan Dalam Alquran Maupun Hadis
Memahami Alqur'an
maupun hadis tidak bisa hanya secara tekstual (harfiah),
tapi harus kontekstual (maknawiah). Serta
memahami ilmu tata bhs Arab (Nahwu, Shorof,
Balaghoh), Asbabul Nuzul/Wurud, dsb.
Terkait
PERINTAH (al-Amr) maupun LARANGAN (al-Nahyu) dalam teks-teks AQ maupun hadis,
penting untuk tahu hakekatnya. Krn banyak lafal2 yang
Mujmal (pengertian blm tegas) atau bersifat Musytafak (pengertian
global).
Tidak
Semua Fiil Amr (Kata Perintah) Itu Wajib Mutlak Hukumnya
Dlm ilmu Bahasa
Arab, Tidak semua kata perintah itu wajib mutlak hukumnya. Dilihat dari
segi bentuknya, maka kalimat perintah (shiyagh
al-Amr) dapat dibagi empat, yakni:
a. Fi’il
Amr ; Bersifat mutlak. (mis: Dirikanlah
shalat…, Diwajibkan atas kamu berpuasa…)
b. Fi’il
Mudhari’ : Ini anjuran. (mis:
Hendaklah ada diantara kamu)
c. Isim
Mashdar : Bersifat informasi ttg perintah (mis: Dan Tuhanmu telah
Memerintahkan…)
d. Isim
fi’il al-Amr, maksudnya adalah lafal yang berbentuk isim, namun diartikan
dengan fi’il
Tingkatan
Kata Perintah
Ada banyak kata
kerja perintah (fiil amr) di dlm AQ dan hadis, tapi tingkatannya berbeda. Macam2 makna kalimat perintah (al-Amr )
:
a.
Bersifat ancaman (tahdid). Misal:
Diwajibkan atas kamu …
b.
Bersifat menganjurkan (nadb).
Misal : Hendaklah kamu …
c.
Bersifat petunjuk (irsyad).
Misal: Apabila kamu … maka hendaklah …
d.
Bersifat kebolehan (ibahah). Misal
: …Makanlah kamu dan minumlah kamu…
e. Mempersilahkan (takrim). Misal: Masuklah
ke dalam surga
f.
Untuk melemahkan (ta’jiz).
Misal: Maka datangkanlah satu
surat yang seperti …
g.
Untuk mendustakan (takzib).
Misal: Tunjukkanlah bukti …
h.
Untuk permohonan. Misal: Berikanlah kami …
Jadi tidak semua
kata perintah (fiil amr) itu wajib mutlak hukumnya.
11. Ayat-ayat tentang AKAL
Al-Qur’an mengajak
akal manusia untuk bertafakkur (memikirkan) dan bertadzakkur (mengingat) akan ciptaan Allah. Dengan
adanya akal dan ilmu yang dimilikinya, manusia dapat dibedakan atas golongan
yang berilmu dan golongan yang bodoh.
Allah Swt dalam
Quran-Nya lebih dari 300 kali mengajak
manusia untuk menggunakan, memanfaatkan sumber daya ini (akal) yang telah Allah
berikan (untuk manusia). Beberapa ayat Al Quran tentang akal antara lain
:
Al-Baqarah
(2):197. “Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal.”
Al-Baqarah
(2):269. “Allah menganugrahkan al
hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
12. Taqwa,
Kafir & Munafik
Surat Al Baqarah bercerita tentang tiga kelompok manusia, yaitu Al-Muttaqin (orang-orang taqwa), Al-Kafaru (orang-orang kafir) dan Al- Munafiqin (orang-orang munafik). Dari ketiga
kelompok tersebut, yang paling banyak diceritakan dalam Al-Qur’an adalah
kelompok orang munafik.
·
Taqwa.
Ketaqwaan adalah prestasi tertinggi yang diraih oleh seorang mukmin
dalam pengabdiannya kepada Allah SWT.
Hanya dengan taqwa-lah seorang mukmin dapat memperoleh kemuliaan di sisi
Allah, yakni surga. Taqwa merupakan tingkatan tertinggi dalam ibadah.
Inna Akramakum ‘Indallaahi Atqaakum ( ‘’...sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa ‘’)
Akmalul Mu’miniina Imaanan
Ahsanuhum Khuluqan (Orang mukmin yang
paling sempurna keimannya adalah orang yang sempurna akhlaknya (HR. Tarmidzi)
Ciri-ciri orang
yang bertaqwa, antara lain adalah :
a. Suka shalat malam dan
banyak ber istighfar. (QS. 51:18 ; 3:17)
b. Sabar dalam penderitaan dan kesempitan (QS.2:
177)
c. Menahan amarah, mudah memaafkan dan suka minta maaf. (QS. 3:134)
d. Dermawan, yaitu suka menginfakkan apa saja
yang paling disukainya kepada orang yang membutuhkannya, baik dalam keadaan
lapang maupun susah. (QS. 2:3,177 ;
3:17,134 ; 51:19)
·
Kafir
Dalam teologi Islam, semua orang non-Muslim adalah kafir. Karena menurut syariat Islam, istilah kafir tertuju bagi
orang yang mengingkari risalah Islam, yaitu mengingkari Allah sebagai
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan mengingkari nabi Muhammad SAW
sebagai rasul-Nya.
Menurut syariat Islam (sesuai yg dicontohkan nabi Muhammad),
sikap orang muslim terhadap orang non-muslim (kafir) secara umum harus
berinteraksi sosial secara baik. Kecuali terhadap Kafir Harbi (yg
memusuhi/memerangi Islam). Perhatikan negara2 yang warganya mayoritas
muslim, disana warga non muslim hidup tenang damai tanpa gangguan.
Sesuai syariat Islam, Orang kafir terbagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Kafir
Dzimi, yaitu orang kafir yang berada di
mayoritas Muslim dan mengikuti aturan penguasa islam.
b. Kafir
Muahad, yaitu orang kafir yang tinggal
di negara kafir, yang ada perjanjian damai dengan negara Islam.
c. Kafir
Musta’man, yaitu orang kafir yang masuk
ke negara Islam, dan mendapatkan jaminan keamanan dari pemerintah Islam.
d. Kafir Harbi, yaitu orang kafir yang memusuhi/memerangi Islam.
Dari keempat macam orang kafir tersebut, hanya “Kafir Harbi”
yang boleh diperangi dan halal darahnya untuk ditumpahan.
· Munafik
Secara etimologi kata munafik berasal dari kata “nifak”
yang berarti berpura-pura, atau menampakkan yang baik dan menyembunyikan yang
buruk. Secara sederhana istilah munafik mempunyai pengertian bermuka dua,
atau adanya perbedaan sikap antara lahiriah dan batiniah.
Rasulullah SAW menyebut orang yang bermuka dua (al wajhain)
adalah manusia
yang paling buruk, seperti disebutkan di dalam
hadits: “Manusia yang paling buruk adalah orang yang bermuka dua, yang
mendatangi kaum dengan muka tertentu dan mendatangi lainnya dengan muka yang
lain.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah).
Orang munafik lebih bahaya ketimbang
orang-orang kafir. Bila orang kafir menentang
dan melawan perjuangan Islam dengan terang-terangan, maka orang-orang munafik
menggerogoti Islam dari dalam tubuh sendiri. Mereka adalah musuh dalam selimut.
Oleh karenanya, siksa mereka di akhirat lebih pedih ketimbang orang-orang
kafir.
Segala bentuk aktifitas orang-orang munafik sangat membahayakan dan merugikan umat Islam, karena secara langsung maupun tak langsung ia mendukung
perjuangan orang-orang kafir. Dalam sejarah peradaban Islam, peran
orang-orang munafik sangat signifikan dalam meruntuhkan kejayaan Islam.
Ciri-ciri orang
munafik.
Orang munafik adalah orang yang bermuka dua dan bermulut dua,
yaitu adanya perbedaan antara sikap lahir dan sikap batin. Dalam
keseharian Nabi Muhammad memberikan ciri-ciri orang munafik, seperti yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari, yaitu:
1) Apabila dipercaya ia berkhianat;
2) Apabila berkata ia berdusta; dan
3) Apabila berjanji ia ingkar.
Prilaku orang munafik
1) Bersekutu dengan orang-orang kafir;
2) Mengangkat orang kafir sebagai aulia (penolong/pemimpin);
3) Membantu orang-orang Kafir yang menentang Islam;
4) Tidak mau berperang karena takut mati; dan
5) Tidak mau membela kepentingan umat Islam.
Sebab orang menjadi munafik,
Sebab utama orang menjadi munafik adalah karena lemahnya iman,
yang bisa membuat dirinya: melacurkan akidah demi memperoleh keuntungan,
takut kehilangan kedudukan, takut kehilangan harga diri, menghindari rasa malu
dan mencari muka atau pujian.
13. Tiga
Unsur Ruhaniah
Allah menciptakan
manusia selain berupa jasmani, manusia dilengkapi pula dengan tiga unsur
ruhaniah yaitu akal, nafsu dan qalbu/perasaan.
Tiga unsur ruhaniah itu merupakan komponen dasar kehidupan manusia.
a. Nafsu. Dalam setiap diri manusia terdapat apa yang
disebut sebagai motive /drive.
Motive atau drive ini merupakan
suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk berbuat sesuatu. Tanpa adanya motive atau drive, manusia
tidak mempunyai kemauan untuk berbuat sesuatu.
Dalam khasanah Islam,
nafsu ada dua, yaitu quwwah syaitaniah (nafsu setan) adalah nafsu yang
cenderung mendorong kearah kesesatan, dan quwwah
rabbaniyah (nafsu ketuhanan) adalah nafsu yang cenderung mendorong
kearah kebajikan.
Nafsu itu ibarat
api. Ia sangat berguna manakala kita
dapat mengendalikannya, namun akan menjadi malapetaka apa bila kita tidak dapat
mempergunakan dan mengendalikannya dengan baik
b. Otak atau akal. Otak atau akal berfungsi untuk
berfikir untuk memecahkan suatu masalah , serta mengingat dan memahami suatu
peristiwa atau kejadian. Otak mampu
menciptakan konsep-konsep atau keinginan-keinginan untuk mencapai sesuatu. Otak/akal inilah yang mampu menggerakkan
jasmani untuk melakukan suatu perbuatan.
c. Hati berfungsi menyaring
apa yang patut atau tidak patut dikerjakan.
Kalau hati seseorang baik atau bersih
tentu dapat memberi arah apa yang otak seyogyanya ciptakan. Tetapi kalau
hatinya tidak bersih (hitam), maka dapat saja otak tersebut bekerja semaunya.
Selanjutnya peran jasmani adalah
melaksanakan apa yang telah dikehendaki oleh otak dan hati. Ia bekerja kalau sudah ada perintah dari otak
dan hati. Jasmani tidak berfikir, ia
hanya bekerja setelah menerima petunjuk.
Yang paling dominan dari
komponen dasar kehidupan manusia tersebut adalah nafsu. Karena 80% aktifitas
kita sehari-hari digerakkan oleh nafsu. Sementara peran fikiran maksimal hanya
20%, sedangkan yang paling sedikit berfungsi adalah hati nurani.
Alaa wa inna fil jasadi mudh ghah
- idzaa sholuhat sholuhal jasadu
kulluhu - Waidzaa hasadat fasadal jasadu kulluhu -
alaa wahiyal qalbu. (Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada segumpal daging (mudghah), bila
ia baik/sehat maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia buruk/rusak maka rusaklah
seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu).
14. Tasawuf
Tasawuf atau Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi.
Tasawuf dapat diartikan sebagai cara atau adab batiniah untuk mencapai makrifat, yaitu memperoleh hubungan langsung
dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa dirinya berada di hadirat Tuhan.
Makrifat merupakan
tingkat tertinggi dari perjalanan menuju Tuhan, dimana seseorang merasa menyatu
dengan Tuhan (wahdat al wujud = manunggaling kawula gusti)
Semua ulama tasawuf sependapat bahwa satu-satunya jalan
yang dapat mengantarkan seseorang mencapai makrifat adalah melalui kesucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan kebersihan hati (qalbun salim).
Untuk memperoleh jiwa suci dan bersih hati itu perlu
menjalani serangkaian proses tarbiyah
(pendidikan) dan riyadhah (latihan mental spiritual) dalam sebuah lembaga spiritual (tarekat) yang dibimbing oleh seorang Mursyid untuk
penghayatan secara hakekat.
Dalam rangkaian
metode pembersihan hati untuk mencapai makrifat, para sufi menetapkan dengan
tiga tahap yaitu Takhalli,Tahalli, dan Tajalli.
a. Takhalli, tahap pengosongan atau membersihkan
hati dari keterikatan pada dunia. (untuk mengisi botol dg air mineral maka hrs dikosongkan lebih dulu)
b. Tahalli, tahap
pengisian hati yang telah dikosongkan dengan akhlak Tuhan, yaitu disibukkan
dengan dzikir dan mengingat Allah. Pada tahap ini, hati akan merasai
ketenangan. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik.
c. Tajalli, tahap
“penampakan” Tuhan secara metafisik. Disitu kebahagian sejati telah
dating, Ia lebur bersama Allah dalam
kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya
sebagai ma'rifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur.
Dalam tarekat, seorang salik (calon sufi),
dengan bimbingan seorang syaikh mursyid (guru tarekat), harus menjalani tarekat (amalan spiritual)
sesuai tahapan spiritual (maqam).
Sebagai contoh, maqam pertama adalah tobat,
kemudian sabar, tawadu (rendah hati), zuhud (orientasi
non duniawi), tawakal, dan seterusnya hingga makrifat. Seseorang tidak dapat melewati sebuah maqam tertentu
kecuali dengan menyempurnakan seluruh kewajiban yang harus dijalankan pada
maqam tersebut.
Prinsip maqam ketasawufan :
a. Zikrullah, artinya mengingat Allah dengan cara menyebut nama-nama
Allah (asma’ al-husna).
b. Muraqabah: kesadaran bahwa seseorang tidak lepas dari pengawasan Allah,
c Zuhud: membebaskan
diri dari pengaruh dan godaan keduniawian.
Unsur-unsur Tarekat :
a. Guru tarekat (mursyid / syaikh)
- Salik (murid tarekat)
- Suluk (wirid dan amalan yang
harus dilakukan salik)
- Zawiyah (majelis tempat para salik mengamalkan sulk)
Tokoh Tarekah pertama :
a. Syekh Abdul Qadir Jaelani
(Bagdad)
b. Syekh Ahmad Riva’i (Mesir)
c. Syekh Jalaluddin Rumi (Parsi)
Salah Paham Terhadap Tasawuf :
- Praktek tasawuf banyak menyimpang
dari ajaran Rasulullah.
- Tasawuf lebih
berorientasi pada kesalehan individual
- Mengutamakan kehinaan
dari kemuliaan (menyukai kesusahan dari kesenangan).
- Tasawuf sebagai penyebab
keterbelakangan kehidupan kaum Muslim.
- Dua istilah yang sering disebut-sebut
oleh orang-orang sufi adalah Syari’at dan hakikat. Syari’at adalah merupakan sejumlah
kumpulan hukum praktis yang berupa tuntunan, yakni apa yang dikenal dengan
sebutan Fiqih. Hakikat adalah isyarat dan
rahasia yang terkandung di balik hukum tersebut.
Golongan Tasawuf.
a. Kaum Sufi Konfensional : Memahami
hakekat dari apa yang ada pada ketetapan syari’at, dengan menjalani serangkaian proses tarekat
(amalan spiritual) untuk mencapai tingkat makrifat.
Kalau di kalangan ahli fiqih dikenal mana sunnah
dan mana yang bid’ah, maka di kalangan para sufi
tidak dikenal hal seperti itu.
Yang dipersoalkan para sufi adalah apakah hati kita semakin dekat kepada
Allah atau tidak.
b. Kaum Sufi
Ekstrim : Memahami apa yang ada di balik ketetapan
syari’at, sehingga bilamana hal itu telah dapat diselami, maka menjalankan
syari’at bukan lagi suatu keharusan.
c. Kaum Sufi Modern : Tasawuf sering dipahami sebagai akhlak untuk mendekati
Tuhan. Tiga dimensi
agama Islam yaitu Islam, Iman
dan Ihsan itu sejajar
dengan tiga dimensi lain yaitu syariah, tarekat dan hakekat. Ihsan adalah dimensi tertinggi dalam Islam
untuk menuju Tuhan, itulah tasawuf.
15. Keajaiban Al Qur’an
a. Berdasarkan
pengamatan atau penelitian secara sederhana:
1) Al Qur’an adalah sebuah buku
yang tidak pernah direvisi.
2) Al Qur’an adalah satu-satunya
buku tebal yang mampu dihafal oleh manusia
3) Isi atau ajaran Al Quran tidak
pernah ada yang menentang kebenarannya.
b. Berdasarkan
penelitian secara ilmiah.
1) Redaksi dan gaya bahasa Al-Qur’an yang indah
dan ajaib.
a) Kata ”dunia” dan ”akhirat” ( 115 kali), ”malaikat” dan ”setan”
( 88 kali), ”al-hayaat” dan ”al-maut”
(145 kali),”An-naf” (manfaat) dan ”al-madharrah (mudarat) = 50 kali.
b) Kata ”al-yaum” (yang berarti hari) =
365 kali.
c) kata ”syahrun” (bulan) = 12 kali.
d) Jumlah huruh Basmallah = 19 huruf, ternyata
angka 19 merupakan angka misteri,
2) Pemberitaan gaibnya.
a) Ramalan kemenangan bangsa Romawi atas
Persia (QS. Ar Rum ayat 2-4)
b) QS Yunus ayat 92 disebutkan bahwa
badan Fir’aun (Ramses II) diselamatkan Tuhan untuk dijadikan pelajaran bagi
generasi berikutnya.
3) Isyarat ilmiahnya
a) Langit dan
Bumi awalnya satu (QS. Al Anbiyaa ayat 30).
b) Matahari dan bulan beredar pada orbitnya. (QS.
Al Anbiya ayat 33 & 38)
c) Matahari memancarkan cahaya
sendiri. (QS. Yunus (10) ayat 5)
d) Semua benda-benda bergetar (QS.
Al Isra’ (17): 44)
16. Puasa
Puasa tidak hanya memberi pengaruh positif bagi kesehatan
ruhani , akan tetapi
juga mempunyai manfaat positif bagi kesehatan lainnya. Banyak para pakar yang membahas hikmah dan
filosofi ibadah puasa.
- Ada yang mengaitkannya dengan kesehatan.
- Ada yang mengaitkannya dengan pendidikan
kepribadian.
- Serta ada pula yang mengaitkan
puasa dengan kepedulian sosial.
a. Kesehatan
. Menurut statistik ilmu kesehatan, 60% penyakit berasal dari
perut, maka apabila perut tidak dikendalikan maka banyak penyakit akan tumbuh. Puasa membantu membuang sel-sel yang rusak, sekaligus
membuang hormon ataupun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan
tubuh. Puasa, sebagaimana dituntunkan
oleh Islam adalah rata-rata 14 jam, kemudian makan untuk durasi waktu beberapa jam, hal itu merupakan metode yang bagus untuk
membangun kembali sel-sel baru.
Sehingga puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh,
dengan cara peremajaan terhadap sel-sel yang tua. Di Jerman ada lembaga yang bernama Fasten Institut (Lembaga Puasa), yang
menggunakan puasa sebagai terapi untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu yang menurut pengobatan moderen belum
dapat disembuhkan.
b. Kepribadian.
Inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control). Pengendalian diri untuk tidak marah, untuk
tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk bersabar. Puasa merupakan sarana untuk membentuk
pribadi berakhlak mulia.
c. Kepedulian sosial. Puasa dapat
menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan. Puasa menempa jiwa supaya memiliki kekuatan dan daya tahan
menanggung penderitaan, mengurangi hawa nafsu keduniawian serta menggerakkan hati orang-orang kaya supaya menyantuni kaum
dhuafa.
Nabi Muhammad SAW
memiliki akhlak dan sifat-sifat yang sangat mulia. Sebelum diangkat menjadi
Nabi dan Rasul semua penduduk Makkah memberinya gelar atau julukan
Al-Amin (yang dipercaya). Gelar tersebut diberikan kepada
Rasulullah karena beliau memiliki 5 sifat mulia, yaitu: Sidik (Jujur), Amanah (dapat dipercaya),
Al-hilmu (Penyantun), Al-hayak (Pemalu), dan Tawaduk (Rendah Hati).
Setelah
menjadi Nabi dan pemimpin bagi umat Islam, beliau dikenal mempunyai sifat-sifat
mulia, yaitu: Siddiq (benar/jujur), Amanah (dipercaya), Tabligh
(menyampaikan) dan Fathonah (cerdas & bijaksana).
1.
Siddiq (Benar atau Jujur)
Siddiq (bahasa
arab) mempunyai pengertian: nyata, benar, atau
jujur. Lawan kata ini adalah dusta,
atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”.
Secara Istilah,
pengertian jujur itu meliputi: a) Kesesuaian antara informasi dan kenyataan
(tidak berdusta); b) Kesesuaian antara perbuatan dan kematangan hati
(tidak riya’); c) Kesesuaian antara niat dan perbuatan (menepati janji);
dan d) Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan (integritas).
2.
Amanah (Benar-benar dipercayai)
Jika satu urusan
diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahawa urusan itu akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Oleh kerana itulah penduduk Makkah member gelaran kepada
Nabi Muhammad SAW dengan gelaran ‘Al-Amin’ yang bermaksud ‘terpercaya’, jauh
sebelum beliau diangkat jadi seorang Rasul.
Apa pun yang beliau
ucapkan, dipercayai dan diyakini penduduk Makkah kerana beliau terkenal sebagai
seorang yang tidak pernah berdusta.
Mustahil Rasulullah
SAW itu berlaku khianat terhadap orang yang memberinya amanah. Baginda tidak
pernah menggunakan kedudukannya sebagai Rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab
untuk kepentingan peribadinya atau kepentingan keluarganya, namun yang
dilakukan Baginda adalah semata-mata untuk kepentingan Islam melalui ajaran
Allah SWT.
Ketika Nabi
Muhammad SAW ditawarkan kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy agar beliau
meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, Baginda menolaknya.
3.
Tabligh (menyampaikan)
Tabligh artinya
menyampaikan. Segala firman Allah SWT yang ditujukan oleh manusia, disampaikan
oleh Baginda. Tidak ada yang disembunyikan walaupun ia-nya menyinggung Baginda
sendiri.
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahawa firman Allah (QS 'Abasa: 1)
turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang
datang kepada Rasulullah SAW sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku, ya
Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah
SAW sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah
berpaling daripadanya dan tetap melayani pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum
berkata: “Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah menjawab:
“Tidak.” Maka ayat ini turun sebagai teguran di
atas perbuatan Rasulullah SAW. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang
bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari
Anas.)
Sebetulnya apa yang
dilakukan Rasulullah SAW itu menurut standard umum adalah hal yang wajar.
Ketika sedang berbicara di depan umum atau dengan seseorang, tentu kita tidak
suka diganggu oleh orang lain. Namun untuk standard Nabi, itu tidak cukup. Oleh
kerana itulah Allah SWT telah menegur Baginda SAW.
Sebagai seorang
yang tabligh, meski ayat itu menyindirnya, Nabi Muhammad SAW tetap
menyampaikannya kepada kita. Itulah sifat seorang Nabi. Jadi, mustahil Nabi itu
‘kitman’ atau menyembunyikan wahyu.
4.
Fathonah (cerdas & bijaksana)
Fathonah artinya
Cerdas. Kecerdasan meliputi intelektual, emosional dan spiritual. Sebagai
nabi dan pemimpin umat, Rasulullah harus paham seluk beluk
tugasnya, harus juga seimbang emosinya, sehingga tidak cepat marah,
menggerutu, sebagaimana ia harus memiliki
kecerdasan spiritual, yang tergambar dalam hubungan baik dengan
Allah, yang dibuktikan dengan ibadah ritual minimal yang wajib serta
keterhindaran dari dari takhyul dan khurafat.
Dalam menyampaikan
6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits
membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Nabi harus mampu menjelaskan
firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam.
Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang
sebaik-baiknya.
Apalagi Nabi mampu
mengatur ummatnya sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta
saling perang antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan
dalam 1 negara yang besar yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa. Negara
tersebut membentang dari Spanyol dan Portugis di Barat hingga India Barat.
18. Yang Paling ...
·
Inna
Akramakum ‘Indallaahi Atqaakum , Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa diantara kamu. (QS. Al hujurat; 49 : 13)
·
Hiyaa Rukum ’Akhaa Sinukum Akhlaaq, Sebaik-baik
orang diantara kalian ialah orang yg baik akhlaknya. (HR. Bukhari & Muslim)
·
Akmalul Mu’miniina Imaanan Ahsanuhum Khuluqan, Orang mukmin yang
paling sempurna keimannya adalah orang yang
sempurna akhlaknya. (HR.
Tarmidzi).
·
Khairunnas
Anfa’uhum Linnas, Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.
(HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani).
·
Dan
ketika Rasulullah ditanya, ”amal apa yang paling utama?”. Nabi yang mulia
menjawab, ”Seutama-utama amal ialah memasukkan rasa bahagia pada hati
orang yang beriman, yaitu melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari
kesulitan, dan membayar utang-utangnya.”
19. Hakekat
Kebahagiaan.
Prof. William James
: Kebahagiaan tidak
selalu berada pada orang yang hidupnya penuh dengan kemudahan tanpa masalah,
tetapi justru kebahagiaan seringkali dirasakan oleh orang yang selalu berhasil
dalam mengatasi berbagai persoalan-persoalan hidup. Jadi menurutnya, orang yang mempunyai selalu
dapat mengatasi setiap persoalan yang dihadapinya itulah orang yang
berbahagia. Sedangkan orang yang tidak
pernah mempunyai persoalan hidup, yang perjalanan hidupnya mulus-mulus saja,
dia akan merasakan sebuah kehidupan yang tidak hidup, kehidupan yang datar,
hambar, tidak dinamis dan menjemukan.
Sesungguhnya inti dari diri kita sebagai manusia
yang hidup dan berkehidupan adalah hati (qalbu). Hati adalah potensi yang menentukan
manusia menjadi mulia atau hina, yang membuat manusia merasa bahagia atau
menderita.
Bahagia itu kuncinya ada pada di hati.
Harta, tahta, pangkat
dan kedudukan bukan jaminan kebahagiaan.
Mario Teguh :
·
Kebahagiaan
adalah kegembiraan, dalam rasa damai, yang penuh dengan rasa syukur. Jadi menurutnya, kebahagiaan itu terdiri
dari tiga unsur yaitu, gembira, damai, dan syukur. Jika salah satu unsur ini tidak ada, maka
kebahagiaan itu belum tercipta dalam diri kita.
Kebahagiaan sejati ada di dalam hati, bukan di tempat hiburan atau di
tempat dugem. Orang “gelisah” yang
mencari kebahagiaan di tempat hiburan sejatinya hanyalah menindas rasa gelisah
itu.
·
Orang yang menghindari
kesulitan hidupnya pasti akan sulit.
Orang yang sukses adalah orang yang berhasil mengatasi kesulitan. Karena hidup ini tidak mungkin tanpa
persoalan.
DR. Dale Carnegie (pakar psikolog terkemuka) :
“Hidup kita dibentuk oleh pikiran kita. Orang tidak terlalu terluka oleh apa yang
terjadi, tetapi oleh pendapatnya (pikirannya) akan apa yang terjadi”.
Prof. William James (Bapak psikologi praktis, dosen filsafat Univ. Havard):
“Engkau bukanlah yang engkau
kira, tetapi apa yang engkau pikirkan.
Kalau
engkau memikirkan kebahagiaan, engkau akan bahagia. Kalau engkau berpikiran sedih, engkau menjadi
sedih. Dan kalau engkau berpikiran
takut, engkau akan menjadi takut”.
Rasulullah Saw :
Ada empat hal yang dapat membahagiakan bagi seorang muslim, yaitu (1) istri yang salihah, (2) anak-anak yang menyenangkan, (3) lingkungan (sahabat-sahabat) yang baik, serta (4) mempunyai penghidupan yang diusahakan di negeri sendiri. (HR Dailami).
Hendaklah kamu berbahagia bila mempunyai hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, dan istri (suami) yang membantunya dalam
urusan akhirat. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Secara umum kegembiraan terkait
dengan kenikmatan yang bersifat kondisional / sementara yang dirasakan oleh
panca indera, seperti rasa senang bila mendapatkan sesuatu. Sedangkan kebahagiaan terkait dengan kenikmatan yang
mendalam dan panjang, yang dirasakan oleh hati, seperti ketenangan hidup dalam
berumah tangga.
20. Memaafkan
Salah
satu cara untuk dapat melonjakkan kekuatan spiritual kita adalah dengan
memaafkan orang yang berbuat dzalim kepada kita.
Orang yang sulit memaafkan tidak akan memperoleh
kemuliaan, justru malah ketidak tenangan karena diliputi rasa kebencian.
Sebaliknya, orang yang tulus memaafkan akan memperoleh kemuliaan, terhindar
dari rasa kesal dan sesal, dan yang terpenting menjadi _nsur untuk meraih
kedudukan taqwa.
Mario Teguh : “Memaafkan (mungkin) tidak bisa memperbaiki masa lalu, tetapi pasti
memperindah masa depan”.
Untuk
dapat menjadi pemaaf maka perlu latihan, salah satu cara dengan meluangkan waktu untuk memikirkan orang-orang yang pernah kita benci atau
pernah menyakiti. Kemudian ingatlah kata-kata mereka yang menyakitkan, dan kemudian
tenangkan batin kita. Katakan dengan lembut dan tulus, “AKU TELAH MEMAAFKANMU!”.
Nabi Muhammad : “ Allah akan memuliakan dan meninggikan
derajat orang yang mempunyai sifat
Hilm (sabar di atas sabar), yaitu sabar kepada
orang yang membencinya, memaafkan orang yang
mendzaliminya, mengasihani kepada orang yang
memusuhinya, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim dengannya” (HR Thabrani).
21. Mencintai
Anak
Cinta terhadap anak
adalah cinta manusia yang paling tinggi dibanding cinta terhadap materi
lainnya. Oleh karenanya Nabi Ibrahim
diuji oleh Allah untuk mengorbankan cinta terhadap anaknya agar cinta kepada
Rabbul Alamin tetap tinggi.
Rasulullah bersabda : Hak anak atas
orang tua adalah (1) memperoleh nama yang bagus, (2) memperoleh pendidikan,
dan (3) ditempatkan di tempat yang baik.
Teori Labelling (penamaan) menjelaskan kemungkinan orang menjadi jahat
karena orang menjulukinya sebagai penjahat.
Rasulullah menjelaskan : Perlakuan orang tua terhadap anak : (1) Menerima usahanya walaupun
kecil, (2) memaafkan kekeliruannya, (3) tidak membebaninya dengan yang berat,
dan (4) tidak pula memakinya dengan yang melukai perasaannya.”
Jika anak
dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak
dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak
dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak
dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak
dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak
dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan
dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan.
22. Filsafat & Psikologi
Filsafat adalah studi
yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Filsafat juga bisa
berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya
tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit. Seseorang yang mendalami
bidang falsafah disebut "filsuf".
Filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori
besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa
dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur
Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi
menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat
Kristen”.
Socrates (470-399
SM) adalah filsuf
dari Athena,
Yunani
dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling
penting. Socrates merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari
Yunani, yaitu Socrates, Plato
dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar
Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
Ketika Alexander Agung dari Macedonia menguasai Timur Tengah (abad 4 SM),
maka kebudayaan Yunani menyebar ke
wilayah-wilayah Mesir, Suria, Irak, Iran dsb.
Setelah daerah2
tersebut di taklukkan oleh kekuatan Islam melalui peperangan (abad 6 M), para
sahabat nabi mengalami kesulitan dalam menyampaikan dakwah Islam kepada
sebagian para penduduknya (umumnya mereka telah beragama Yahudi dan Nasrani),
karena Al Qur’an mengajarkan bahwa tidak ada paksaan dalam agama.
Bahkan muncul satu
golongan yang berusaha untuk menjatuhkan Islam dengan menyerang melalui
argument berdasarkan filsafat Yunani dengan konsep pemikiran logika akal yang
tinggi. Dari pihak umat Islam muncul
satu golongan yang dipelopori oleh kaum Mu’tazilah dengan
konsep teologi rasional Islam dalam memahami Al Qur’an dan sunah Nabi untuk
melawan argument mereka.
Ciri-ciri teologi rasional Mu’tazilah :
·
Banyak
memakai ta’wil dalam memahami wahyu.
·
Menganut
faham qadariah (istilah barat : free will
and free act), dengan konsep manusia yang penuh dinamika.
·
Pemikiran
teologi bertitik tolak pada konsep keadilan yaitu Tuhan Maha Adil
Filsuf Islam :
·
Al-Kindi (796-873M)
filsuf besar Islam pertama, mengatakan bahwa antara filsafat dan agama tidak
ada pertentangan, karena keduanya membicarakan kebenaran.
·
Al-Farabi (870-950M),
memurnikan tauhid dalam teologi dan filsafat Islam.
·
Ibn Sina (980-1037M),
mengembangkan filsafat Islam mengenai jiwa (al nafs)
Muncul pula teologi Asy’ari yang bercorak tradisional sebagai
lawan dari teologi rasional Mu’tazilah. Berbeda dengan teologi rasional, dalam
teologi tradisional berpandangan bahwa akal mempunyai kedudukan yang rendah.
Teologi tradisional ini berkembang di dunia Islam bagian timur yang berpusat di
Bagdad. Teologi tradisional Asy’ari jelas tidak mendorong pada berkembangnya
pemikiran ilmiah dan filosofis.
Al Ghazali mengkafirkan
pemikiran filsafat, dengan mengeluarkan pendapat bahwa untuk mencapai hakikat
bukanlah dengan filsafat tetapi dengan tasawuf.
Bagi para filsuf,
kesempurnaan manusia diperoleh melalui pengetahuan akal (ma’rifat aqliyah),
sedangkan bagi para sufi melalui pengetahuan hati (ma’rifatul qalbiyah).
Man ’arafa nafsahu faqad ’arafa rabbahu. Siapa yang telah mengenal dirinya maka ia (akan
mudah) mengenal Tuhannya.
23. Lebah
Profil mukmin ideal mempunyai karakter seperti yang
ditunjukkan oleh lebah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, :
“Seorang mukmin itu diumpamakan seperti lebah, tidak makan kecuali yang
baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat, dan ia tidak bersifat merusak
(jika hinggap di sebuah dahan)” (HR. Ibnu Umar)
Mencermati
pola kehidupan lebah, terdapat pelajaran
yang sangat berharga bagi umat manusia, yaitu :
Pertama, Lebah hidup berkoloni (berjamaah) dengan
semangat ukhuwah. Mereka hidup bersatu
padu dan tidak bercerai berai yang ditunjukkan oleh kompaknya koloni lebah.
Kedua, Koloni Lebah memiliki imam/pemimpin yang ditaati. Lebah ratu merupakan satu-satunya pemimpin
dalam koloni yang ditaati.
Ketiga, Koloni lebah terorganisasi rapi, bekerja profesional dan fungsional
(bertanggung jawab penuh pada masing-masing tugasnya). Didalam koloni lebah terdapat pembagian tugas
sesuai keahlian anggota koloni. Lebah ratu bertugas bertelur dan menjaga
keutuhan koloni. Lebah jantan mengawini ratu, dan lebah pekerja mengumpulkan
nektar, polen, air, membersihkan sarang, dan menjaga koloni dari invasi musuh.
Keempat, Lebah merupakan pekerja keras. Sikap ini ditunjukkan lebah dalam
mengumpulkan nektar secara tekut dan tidak mengenal lelah.
Kelima, Lebah bersifat tidak merusak. Meski lebah mengambil nektar dari bunga
tanaman, tapi ia tidak pernah merusak tanaman yang disinggahinya.
Keenam, Lebah makan dan minum dari yang baik-baik, dan menghasilkan yang baik pula
(bermanfaat). Lebah makan hanya dari
berbagai sari bunga, dan ia menghasilkan madu yang sangat bermanfaat bagi
manusia.
Ketujuh, Selalu pergi ke tempat-tempat yang baik.
Lebah tidak pernah pergi ke tempat yang kotor dan jorok seperti lalat.
Kedelapan, Rela berkorban dan siap mati (syahid) bila diganggu. Pada musim pakan kurang, lebah jantan harus rela dieksekusi mati demi
keutuhan koloni. Lebah jantan yang mengawini ratu harus rela organ
reproduksinya lepas dari tubuh, yang berujung pada kematiannya. Bila ada
gangguan atau serangan dari musuh, ia bertempur sampai mati demi kehormatan
koloni.
Sementara rumahnya yang berbentuk heksagon (segi enam) mengisyaratkan bahwa
hidupnya tidak sekedar mengandalkan panca indra, tapi dilengkapi dengan indra
ke-enam, yakni cahaya Islam dan Iman.
24. Lapita Selekta.
Toleransi antar umat beragama memang ada untuk hidup rukun dan
hidup damai. Tetapi toleransi agama tidak
ada. Toleransi agama bukan berarti
membenarkan semua agama. Sebab,
membenarkan semua agama berarti pemurtadan masal.
Rasulullah bersabda, ”
Wa man adzaa dzimmiyyan fa anaa khasmuhu wa idzaa kuntu khasmahu khasamtuhu
yaumal qiyaamah” (Barang siapa yang menyakiti orang-orang
yang tidak beragama Islam, padahal
mereka hidup rukun dengan orang Islam, maka ia memusuhiku pada hari kiyamat)
Peta dunia menunjukkan,
dimana umat Islam mayoritas, di situ umat yang non muslim bisa hidup dengan
damai. Lihat di Maroko, Tunisia, Aljazair, Mesir, Pakistan dan
lain-lain.
Tegaknya dunia (masyarakat) itu karena 4 sendi, yaitu
Ilmunya para ulama, keadilan para pemimpin, kedermawanan orang kaya dan
doa fakir miskin. (al hadist)
Ada tiga hal yang bisa merusak agama, yaitu : Ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, penguasa
yang zalim, dan orang-orang bodoh yang berijtihad. (al hadis).
Psikosomatik (nafs jasadiyah) : yaitu sejenis
penyakit gabungan fisik dan mental.
Sumber penyakit sebenarnya ada pada jiwanya, kemudian menjelma dalam
bentuk sakit fisik.
Seorang sosiolog
menyebutkan bahwa, pada dasarnya semua agama mengandung
dimensi intelektual, ritual, sosial dan mistik.
- Dimensi intelektual berkenaan
dengan pengetahuan dan kepercayaan kita tentang agama.
- Dimensi mistik, berkenaan
dengan tata cara mendekati Tuhan yang
memberikan pengalaman kepada kita yang sangat spesifik.
- Dimensi ritual, berkenaan
dengan ritus-ritus untuk menyembah Allah
SWT.
- Dimensi sosial merupakan be
ntuk hidup bermasyarakat.
Sedikitnya ada 4 pendekatan (dalil) yang digunakan untuk membuktikan bahwa
Allah itu ada, yaitu: teori kejadian, teori gerak, teori keteraturan dan
pemeliharaan.
Plato membegi manusia
berdasarkan 3 nilai, yaitu : keberanian,
kesenangan, dan kebijaksanaan. Nilai pertama dianut prajurit, nilai kedua dianut pedagang, dan nilai
ketiga dianut filosof.
Spanger, psikolog Jerman, meyebut enam tipe manusia
berdasarkan nilai yang paling menguasai dirinya:
a. Manusia
Teoritis
b. Manusia
ekonomis.
c. Manusia estetis
d. Manusia
sosial
e. Manusia
politis
f. Manusia
religius.
Sigmund Freud.
Mengemukakan 3 konsep
perkembangan manusia.
- Tahap pertama, anak sepenuhnya
diatur oleh id sumber hasrat, keinginan dan nafsu.
- Tahap kedua, ia melihat
realitas di sekitarnya; prilakunya diatur oleh ego.
- Tahap ketiga, ia diatur oleh
hati nuraninya.(superego). Setiap kali manusia menentang superegonya,
maka ia melakukan pelanggaran nilai-nilai etik atau moral (istilah sufi adalah
dosa)
Piramida
Kebutuhan Maslow
Menurut A.H. Maslow, seorang ahli jiwa
terkenal, dalam bukunya “A Theory of Human Motivation”, ada lima macam urutan
kebutuhan pokok manusia menurut urgensinya (hierarki kebutuhan) yaitu :
a. Physical Need , yaitu kebutuhan
pokok sehari-hari, sandang, pangan dan papan
b. Safety Need , yaitu kebutuhan untuk mendapatkan keamanan dan
keselamatan
c. Social Need , yaitu kebutuhan untuk bermasyarakat, hidup
berdampingan dengan masyarakat lainnya, kebutuhan untuk disukai dan menyukai
d. Esteems , yaitu kebutuhan untuk memperoleh kehormatan,
penghargaan, pujian dsb.
e. Self actualization , yaitu
kebutuhan untuk memperoleh kemasyhuran sebagai orang yang mampu dan berhasil
mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.
Tugas Mahluk
Allah:
Manusia dan Jin :
adalah untuk ibadah (Adz Dzariat
56)
Malaikat : adalah melaksanakan perintah Allah (At
Tahrim 6)
Mahluk lain :
adalah untuk bertasbih ( Al
Isra’ 44)
Jagalah Lima Perkara Sebelum Lima Perkara
- Jagalah
masa mudamu, sebelum masa tuamu
- Jagalah
masa kayamu, sebelum masa miskinmu
- Jagalah
masa sehatmu, sebelum masa sakitmu
- Jagalah
masa lapangmu, sebelum masa sempitmu
- Jagalah
masa hidupmu, sebelum masa matimu. (HR.
Ahmad dan Nasa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar