Saya tidak percaya
kedatangan Raja Salman krn memikirkan umat Islam Indonesia.
Dia datang lebih krn
kepentingan negaranya sendiri, bahkan lebih sempit lagi, krn kepentingan
Dinasti Saud, demi diri dan keluarganya sendiri.
Tak ada itu dana
(solidaritas) Islam. Dia arahkan kebijakan
luar negerinya ke Timur (India, Malaysia, Indonesia, Jepang, bahkan RRT) krn gerak invèstasinya di Barat semakin
sulit.
Ekonomi USA belum sembuh
dari kehancuran akibat krisis mortgage 2007, ditambah kebijakan Trump yg "America first", self protective, dan
anti-Islam.
Eropa, dengan bbrp
negara spt Yunani, Portugal, Spanyol
terus mengalami krisis ekonomi*; dan *keluarnya
Inggris dari UE, semakin memberi ketidak pastian masa depan untuk
investasi.
RRT,
India, Indonesia...
tiga negara dgn pertumbuhan ekonomi yg terbaik (relatif dari semua negara di
dunia), tiga negara berpenduduk terbesar yg siap menjadi market besar dunia, lebih menjanjikan untuk investasi uang Dinasti
Saud.
Benarkah Raja Salman
bawa uang 325T untuk menutup hutang RI kpd RRT? Hahaha... nonsense... omong
kosong...
Duit gak kenal saudara
pemiliknya (manusia)... duit gak akan keluar dari sarangnya kecuali hanya untuk
membawa pulang temannya lagi (sesama duit).
Bagaimana Raja Salman
mau nebar duit untuk umat Islam Indonesia, kalau uang kematian korban robohnya crane di Masjidil Haram
yg dijanjikannya sendiri sudah bertahun-tahun belum bisa dia bayarkan. Belum
lagi janji untuk menghajikan keluarga korban
"tragedi Mina 2".
Bagaimana mau menebar
uang untuk umat Islam, kalau Saudi sendiri sdg berusaha "memeras"
umat Islam dunia dgn menaikkan harga
visa Haji dan Umrah, menjadikan Haji dan Umrah sbg "komoditi
eksklusif" dgn "market yg captive", padahal tebar pesona sebagai
"Khadimul Haramain (pelayan dua Tanah Suci)".
Bagaimana Saudi mau
membebaskan umat Islam Indonesia dari terkaman RRT, kalau RRT pemegang dana cadangan devisa terbesar di dunia (sekitar 3,5T
US $), kontraktor pembangunan jaringan kereta api di Saudi, juga kontraktor dan
investor besar pembangunan proyek2 infrastruktur di negara-negara Teluk Arab.
Harga
minyak dunia sdg turun,
Saudi tak mau menurunkan produksinya walau sdh ditekan OPEC, maka satu2nya cara
meningkatkan harganya dgn meningkatkan penjualannya, dan potensi pembeli
terbesarnya adalah RRT yg sdg haus enerji untuk pembangunan sektor industrinya.
Itu sebabnya setelah
dari Indonesia Raja Salman akan ke RRT,
untuk memperkuat kerjasama ekonomi dgn RRT. Dalam "The Clash of Civilizations" S Huntington juga
meramalkan, benturan peradaban yang akan terjadi adalah antara Peradaban Barat
dgn Peradaban Islam (Arab?) Yg bersatu dgn Perdaban Konfusianisme (Cina?).
Kapitalis
Saudi tdk melihat umat Islam suatu negara sebagai saudara seagama. Apa yg telah dibuatnya untuk
"saudara-saudara seagamanya" di Mesir, Libya, Palestina, Suriah, Iraq, dan Yaman yg berada
dalam lingkungan terdekatnya? Sepanjang tdk mendatangkan keuntungan ekonomi,
tak ada tindakan berarti yg dibuatnya untuk "saudara-saudara
seagamanya" itu.
Kedatangannya ke
Indonesia, dengan siapa pertemuan-pertemuan pendahuluan dilakukan untuk
mempersiapkannya? Apakah dgn MUI, NU, Muhammadiyah, atau Parpol-parpol Islam
spt PKS, PAN, PPP, PKB? No, ini bukan
kunjungan keagamaan... ini kunjungan bisnis Kapitalis Saudi yg sdg mencari
saudaranya sesama kapitalis...
Dan siapa
kapitalis-kapitalis besar di Indonesia? Lihatlah para pangeran Saudi itu,
dengan siapa pertemuan2 bisnis mrk sdh diagendakan, di saat sang Raja melakukan
acara seremonial diplomasi kenegaraan? Pepatah tua mengatakan, orang kaya hanya
bergaul dgn sesama orang kaya...
Saudi
dan RRT adalah dua, kekuatan Kapitalisme yg didukung oleh Kekuasaan
Otoriter (diktator?) yg anti demokrasi. Apakah kunjungan Raja Salman akan
memperkuat demokrasi di Indonesia? No, bagi investor RRT dan Saudi, yg mereka
harapkan terjadi di Indonesia adalah stabilitas politik untuk mengamankan uang2
mereka di sini, tidak peduli apa agama penguasa di Indonesia, dan bagaimana
kekuasaan itu diraih dan dikelola, yg penting mantap dan stabil.
Apakah kunjungan Raja
Salman itu sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi keIslaman di Indonesia? Pasti
ada dong, walau serpihan-serpihan saja. Yg jelas kelompok dakwah Salafi Wahabi (SaWah) akan makin kebanjiran dana.
Bukan SaWah yg radikal,
tapi SaWah yg anti demokrasi, bahkan
yg apolitis. Paling-paling hanya
akan menambah keributan soal syirik, bid'ah, dhalalah, kafir... dan enerji
dakwah hanya akan tersita di keributan soal itu, sebagaimana terjadi di Makkah
dan Madinah, lalu umat Islam terlalaikan dari pergulatan yg sesungguhnya di
pucuk-pucuk Kekuasaan dan Ekonomi negeri ini. Kapitalis Arab dan Kapitalis
China, keduanya sama saja, tetap kapitalis. Fokus utamanya cuma satu, uang.
Jalan menuju uang, yg
harus dibangun oleh umat Islam Indonesia adalah: Entrepreneurship !!!
Kalau jalan itu tak
dikembangkan, silahkan jadi kuli dan jongos saja.
SELAMAT
DATANG KAPITALIS RRT DAN KAPITALIS SAUDI.
Kemarin jadi kuli dan
jongos Arab di Saudi, serta jadi kuli dan jongos China di Hongkong, sekarang
bersiaplah jadi kuli dan jongos Saudi dan China di negeri sendiri, NKRI.
Uang bagaikan kawanan
burung bangkai yg terbang berkelompok di angkasa, berputar-putar mencari
mangsa. Di situ ada bangkai, di situlah mereka mendarat. Mereka tak kenal
kewarhanegaraan, ras/etnis, maupun agama...
Setelah pelemahan
ekonomi di Eropa, juga Amerika, terlebih dgn kebijakan Donald Trump yg
self-protection dan anti-Islam, kemana para Kapitalis Saudi akan mengarahkan
investasinya? Afrika yg dekat dgn Saudi, dari dulu tak pernah menjanjikan.
Dengan GDP terbesar
kedua di dunia, dan Cadangan Devisa terbesar nomor satu di dunia, apalagi
dengan tekanan jumlah penduduk yg terus mendesak menjadi 1,5 milyar orang,
kemana Kapitalis RRT akan mengarahkan investasi luar negerinya?
India... paling banyak
punya ahli IT dan Manajer.
Vietnam... paling kuat
jaringan internetnya.
Malaysia... kuat
entrepreneur-nya.
Indonesia... letak geopolitisnya strategis, penduduknya banyak (sbg konsumer/market
yg kuat), sumber daya alamnya luas
dan bervariasi, para pemimpinnya
mudah dibeli, rakyatnya bermental
kuli dan jongos cocok untuk jadi bahan tenaga kerja berbiaya murah.
Ke Indonesia-lah, para
Kapitalis Saudi dan Kapitalis RRT datang...
Memangnya Raja Salman
datang ke Indonesia mau menyelesaikan urusan Islam dan umat Islam di Indonesia? No... ini urusan investasi keluarga Saud, ya
akhii...
Bagaimana Raja Salman
mau mengurus Islam di Indonesia, kalau:
1. Raja Salman tak punya
pengalaman mengurus umat sebanyak ini. Di Saudi cuma ada sekitar 22 juta muslim, di Indonesia 220 juta muslim.
2. Di Indonesia ada
lebih banyak Perguruan Tinggi Agama
Islam yg menghasilkan Sarjana-sarjana ahli Ilmu Agama Islam daripada di
Saudi. Coba hitung, betapa banyak Indonesia punya pesantren, madrasah diniyah,
ibtidaiyah hingga aliyah, UIN, IAIN, STAIN, STAI Swasta, Universitas Islam,
kursus-kursus muballigh.
Saya tdk tahu, para
sarjana S1 hingga S3 Ilmu Agama Islam yg dihasilkannya, malah membawa kemajuan
bagi umat atau malah menjadi beban... karena kalau sdh sarjana, lalu jadi
pegawai atau pengajar, gaji dan fasilitas yg ditunutunya pun semakin mahal...
jadi muballigh pun tarifnya semakin tinggi... tapi apa dampaknya bagi
perkembangan dakwah? Entahlah...
Yg jelas, kerja
"semut-semut pekerja dakwah" dari Jamaah Tabligh, yg door to door
menjemput orang ke jalan iman, lebih banyak "mengIslamkan" orang
daripada apa yg dilakukan oleh para sajana Perguruan Tinggi Agama Islam, karena
mereka lebih sibuk antri jadi PNS (sekarang ASN) di Kemenag dgn menenteng
ijasah-ijasah mereka.
3. Di Indonesia lebih
banyak organisasi dakwah dan harakah
Islamiyah daripada di Arab Saudi, dengan variasi mazhab fiqih, firqah
aqidah, dan aliran thariqah yg beragam, dengan corak yg fundamental, radikal, liberal, dan sinkretis, lengkap dgn garis
keras, garis lurus, dan garis lucu... Gak akan sanggup Raja Salman memahami
semua itu, apalagi memikirkan dan menyelesaikannya...
4. Di Indonesia banyak
terdapat parpol-parpol Islam yg mengusung "politik
demokrasi liberal", padahal itu yg paling ditakuti oleh Dinasti Saud.
Kalau semangat demokrasi menular ke rakyat Arab Saudi, hancur itu kerajaan, dan
anggota Dinasti Saud akan dibunuhi seperti Saddam Husein dan Moammar Khadafi...
Maka Arab Springs berhenti di depan pintu Arab Saudi.
5. Di Indonesia ada Ahok
dan Sembilan Naga, justeru orang-orang spt itu yg disukai para Kapitalis Saudi.
Mrk pekerja keras, pebisnis ulung, pandai membuat perkongsian...
Industri pabrikasi,
konstruksi dan perdagangan di Arab Saudi sangat maju karena bekerjasama dgn
para pebisnis China. Di pasar Ternate (pelosok Utara Maluku) toko-toko Arab dan
China berdampingan sejak lama, begitu juga di Ambon.
Di Surabaya, Malang,
Gresik, Pekalongan (pusat industri batik), Bogor (Empang), Palembang,
Makassar... pebisnis Arab dan pebisnis China, dgn gaya berkongsi masing-masing,
mereka berdagang bersama-sama di pasar, membangun pabrik, klinik, apotik, toko
kelontong... gak pernah mereka konflik...
Travel Haji/Umrah di
Indonesia pun banyak dikelola bersama oleh pebisnis Arab/Saudi dgn China.
6. Raja Salman datang
bukan untuk memberesi banjir Jakarta... justeru mrk sangat menyukai hujan
lebat, krn capek hidup di gurun kering. Juga bukan untuk menyelesaikan macet
Jakarta, krn orang Saudi tidak banyak tinggal di Jakarta, senangnya di kawasan
Puncak, Batu/Malang, daerah yg sejuk-sejuk tapi banyak hidangan hangatnya...
6. Jadi untuk apa Raja
Salman datang ke Indonesia? Untuk dagang, Bro... Untuk investasi, ya Akhii
al-kiraam...
Pokoknya, kalau umat
Islam Indonesia tidak punya semangat kemandirian, sibuk mengagungkan Turki dan
Erdogan, sibuk berteriak soal Palestina dan Suriah, bergantung pada duit
Kapitalis Saudi dan RRT... serta tidak membangun ENTREPRENEURSHIP yg kuat, maka
bersiaplah:
Kemarin menjadi kuli dan
jongos Arab di Saudi, menjadi kuli dan jongos China di Hongkong --- besok
anak-cucu menjadi kuli dan jongos Saudi dan China di NKRI...
Silahkan terus
teriak-teriak NKRI, Pancasila, Demokrasi dan Kebhinekaan... selama masih ada yg
bayar untuk berteriak... para Kapitalis akan membayarimu terus, agar kamu tidak
merecoki kerja dan investasi mereka...
-------
Tulisan Dr. KH.
Wahfiudin Sakam, M.A.
(Wakil Talqin Abah Anom,
TQN Suryalaya).
Disalin dari posting WA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar