PADA 2004, terjadi ledakan kereta di Korea Utara. Anehnya,
ledakan ini sangat besar, sama dengan gempa bermagnitudo 3,6. Terbukti, dari
10.000 penduduk di Cyonchon, 2.000 orang terluka.
Pemerintah Korut berdalih bahwa kereta membawa minyak
sehingga ledakan besar sangat dapat dipahami. Namun, Korut tak ingin
berlama-lama dengan isu kecelakaan kereta tersebut. Tanpa tedeng aling-aling,
segala jenis publikasi dilarang setelah itu. Bahkan, penggunaan ponsel dilarang
sampai lima tahun ke depan.
Lebih mecurigakan lagi, beberapa saat setelah ledakan, salah
satu pesawat Suriah datang ke Korut. Ini hal yang sangat jarang terjadi, bahkan
terkesan aneh.
Intelijen Israel, Mossad, mendapat bukti bahwa pesawat
tersebut ternyata membawa mayat 12 ilmuwan Suriah yang meninggal, lengkap
dengan pakaian laboratoriumnya. Ada pula beberapa foto pertemuan ilmuwan Suriah
dan Korut.
Meir Dagan, Kepala Mossad kala itu, terkaget. Ia sempat
berkesimpulan bahwa kereta yang meledak tersebut berisikan bahan nuklir dalam
jumlah besar.
Karena muncul keterkaitan dengan Suriah, tahun 2006, Mossad
mengikuti salah satu petinggi badan nuklir Suriah ke London, yang kebetulan
sedang ada acara.
Pada malam sebelum acara, sang pejabat menyempatkan diri
bersantai di salah satu bar di London. Tak mau kehilangan momen, Mossad
mengutus seorang anggota wanita cantiknya untuk mengajak Pejabat tersebut
berinteraksi.
Sang pejabat Suriah tertarik dengan umpan yang diberikan.
Pembicaraan hangat pun terjadi sampai tengah malam, minuman beralkohol makin
banyak yang diminum.
Di luar pengetahuan pejabat tersebut, pada waktu yang sama,
dua orang pasukan khusus Mossad menyelinap ke dalam hotel di mana si pejabat
menginap.
Divisi khusus penyadapan Mossad, Neviot, sedang beraksi.
Mossad beruntung, laptop sang pejabat tak terkunci.
Tak menuggu lama, semua isi harddisk drive di laptop itu
disalin oleh Mossad, dikirim langsung ke Tel Aviv. Tak lupa, mereka juga
menanam alat pemyadap di laptop tersebut.
Setelah sang wanita mendapat pemberitahuan bahwa misi telah
selesai, si wanita pergi begitu saja meninggalkan si pejabat.
Di Tel Aviv, Meir Dagan menerima kiriman file dari laptop
pejabat nuklir Suriah. Dia mengutak-atik isi harddisk si pejabat.
Dari sekian banyak data rahasia, ada satu yang menonjol,
yakni foto udara sebuah bangunan besar, kira-kira 39 x 39 meter dengan tinggi
sekitar 21 meter, tapi tak diketahui lokasinya.
Meir Dagan, intelijen Mossad yang sudah tersohor sekaligus
Direktur Mossad kala itu, seperti tak asing dengan gambar tersebut. Gambarnya
persis sama alias replika dari bangunan reaktor nuklir milik Korea Utara.
Kesimpulan pun diambil bahwa Korut sedang membangun reaktor
nuklir di Suriah atau Suriah dibantu Korut membangun reaktor nuklir.
Sebagaimana biasanya saat mengetahui situasi demikian, semua
kemampuan teknologi dikerahkan untuk mencari lokasi gedung tadi. Semua
teknologi satelit dan infiltrasi informasi dikeluarkan oleh Israel.
Akhirnya ketemulah satu bangunan yang sangat mirip dengan
gambar. Lokasinya terpencil jauh dari ibu kota Suriah, Damaskus, yakni di Al
Kibar.
Tak menunggu lama, Dagan melaporkan langsung kepada Ehud
Olmert, Perdana Menteri kala itu. Semua gambar diperlihatkan. Olmert terlihat
sangat khawatir, namun belum berani mengambil sikap progresif.
Olmert meminta Dagan memastikan apakah reaktor tersebut sudah
beroperasi atau belum. Karena kalau reaktor nuklir telah aktif beroperasi, maka
akan menimbulkan ledakan sangat besar saat dihancurkan.
Dagan langsung bersikap. Perlu tim khusus untuk memperjelas
status reaktor nuklir tersebut. Sebagaimana diduga, pilihan jatuh pada Sayeret
Matkal, pasukan elite khusus Israel.
Sayaret Matkal termasuk salah satu pasukan elite dunia dengan
mengadopsi banyak gaya dari pasukan khusus SAS Inggris dan US Navy Seal Team
Six.
Keahlian utama Sayeret Matkal adalah infiltrasi ke lokasi
musuh, tanpa diketahui. Dengan helikopter yang nyaris kedap suara, Sayeret
Matkal bisa datang dan pergi tanpa keributan.
Hampir semua negara di Timur
Tengah pernah diinfiltrasi oleh mereka dan nyaris tak berjejak.
Maka dikirimlah tim kecil Sayeret Matkal ke lokasi reaktor.
Seperti biasa, pasukan ini berhasil mendekati lokasi, sampai hanya berjarak
beberapa meter. Mereka mengambil banyak foto dan sampel tanah di sekitar
reaktor untuk dianalisis.
Penyusup kembali ke Tel Aviv dengan selamat. Dari hasil tes
laboraturium, terbukti bahwa kandungan radioaktif di tanah reaktor Al Kibar
menunjukkan bahwa reaktor tersebut belum beroperasi penuh dan masih
dimungkinkan untuk dihancurkan.
Dengan hasil itu, Olmert memutuskan untuk melakukan
penghancuran. Opsi operasi khusus yang ada adalah serangan tim kecil melalui
darat atau hantaman langsung dari udara.
Pilihan jatuh pada opsi kedua, serangan diam-diam dari udara.
Dagan pun segera bertindak. Skuadron 69 dari Angkatan Udara Israel ditunjuk
sebagai eksekutor. Divisi ini dikenal dengan sebutan Ha'patishim.
Skuadron 69 dianggap tepat karena pernah melakukan operasi
yang sama dan terbukti berhasil. Pada 1981, Skuadron 69 berhasil
meluluhlantakkan reaktor nuklir Irak. Waktu operasi hanya dua jam kurang dan semua
pesawat kembali dengan selamat ke Tel Aviv.
Latihan pun dilakukan secara rutin dan terus-menerus,
terutama latihan untuk menjatuhkan bom di lokasi bangunan kecil. Rute juga
telah disiapkan, khusus untuk menghindari pantauan Suriah.
Para pilot andal dan terbaik dipilih. Latihan dilakukan tidak
berarti para awak pesawat tempur tersebut mengetahui lokasi yang akan
dihancurkan. Waktu dan lokasi sama sekali belum ditentukan, tugas mereka
sementara waktu baru berupa latihan untuk menjatuhkan bom pada objek bangunan
kecil.
Sampai pada satu waktu, Olmert mendapat kabar dari pasukan
Mossad di lapangan di Suriah bahwa kapal dari Korea Utara telah merapat ke
pelabuhan Suriah, membawa materal terakhir untuk reaktor. Dengan datangnya
bahan penutup tersebut, otomatis reaktor akan segera aktif.
Olmert tak mau lagi menunggu. Waktu ditentukan, yakni jam
23.59 tanggal 6 september 2007 jelang tanggal 7 September. Sepuluh pesawat yang
terdiri dari F-15 dan F-16 berangkat.
Pemilihan jenis pesawat tersebut telah melalui pertimbangan
panjang. Suriah adalah negara yang memiliki sistem pertahanan udara yang
tangguh.
Mereka memiliki senjata antipesawat Tom-M1 buatan Rusia dan
rudal-rudal antiaircraft yang siap melahap pesawat musuh. Kedua jenis pesawat
buatan Amerika tersebut adalah pilihan tepat karena memiliki teknologi
antiradar, antikuncian rudal, teknologi pengalih objek rudal, dan banyak lagi.
Saat sepuluh pesawat tersebut berangkat, tak satu pun pilot
yang mengetahui targetnya. Mereka hanya mengikuti rute yang telah dibuat. Sebelum
mendekati lokasi target, barulah koordinat diinput ke dalam komputer pesawat.
Serangan pun siap diluncurkan. Dari pusat kendali udara di
Tel Aviv terdengar, sebelum para pesawat menghantam target, terdengar salah
satu pilot berkata bahwa mereka ditembak satu rudal antiudara. Lalu kondisi
terdiam.
Tak lama berselang, muncul kata-kata Arizona di radio, yang
berarti target telah dilumpuhkan. Tel Aviv mendadak lega. Tujuh pesawat kembali
dengan selamat (karena tiga di antaranya ditarik pulang sebelum koordinat
target diberikan).
Olmert menelpon George W Bush, Presiden Amerika Serikat waktu
itu, dan mengatakan bahwa target yang tak pernah ada sekarang telah tiada.
Tampaknya Bush mengetahui operasi Israel ini dan terus dikabari oleh Olmert,
namun memercayakan kepada Israel untuk mengeksekusinya.
Olmert kemudian mengirim pesan kepada Presiden Suriah Basyar
Hafizh al-Assad bahwa Israel tidak akan mengakui terjadinya peledakan tersebut
dan akan mengatakan kepada media bahwa Israel tidak tahu-menahu tentang itu.
Olmert sedikit berspekulasi atas kemungkinan reaksi Assad
bahwa Assad akan menyepakatinya karena takut akan dipermalukan di pelataran
Timur Tengah.
Yang lebih penting, jika Assad memperpanjang masalah, maka
akan diketahui oleh publik global bahwa Assad memiliki reaktor nuklir.
Spekulasi Olmert ternyata berhasil. Televisi Suriah kemudian
memberitakan bahwa pasukan Suriah telah menembaki beberapa pesawat Israel yang
memasuki area mereka dan berhasil mengusirnya.
Satu pertanyaan muncul di kepala Olmert dan Dagan, bagaimana
Suriah bisa menyembunyikan reaktor nuklir selama beberapa tahun belakangan?
Setelah informasi dikumpulkan, ternyata Suriah mengembangkan
sistem jaringan komunikasi khusus yang tak tersentuh oleh jaringan elektronik.
Komunikasi surat-menyurat langsung melalui dokumen tercetak dengan dukungan
jaringan kurir yang rapi.
Otaknya adalah Jederal Muhamad Sulaeman. Jenderal ini adalah
tangan kanan Asaad, bahkan sering diibaratkan sebagai bayangan Asaad.
Tahun 2008, Mossad mendapat kabar bahwa Asaad berniat
membangun kembali reaktor nuklir dan Sang Jenderal langsung yang menanganinya.
Tak ada pilihan lain bagi Olmert dan Dagan, Sulaeman harus
dilenyapkan. Tetapi tak mudah mengejar jenderal yang satu ini. Jadwalnya sangat
rahasia, hanya diketahui beberapa orang. Dan di Damaskus, Sulaeman selalu
dikawal ketat. Sangat tidak mungkin menghabisinya.
Pada pertengahan tahun 2008, Sulaeman diketahui sedang berada
di rumah keduanya, sebuah vila di dekat pantai Kota Tirtous, Suriah.
Di sanalah Sulaeman berakhir dengan hantaman dua peluru
pasukan super khusus Israel, Kidon, yang spesialisasinya memang untuk urusan
bunuh-membunuh semua tokoh yang dianggap musuh Israel.
Boleh jadi, cerita di atas, yang belum lama ini
dipublikasikan secara publik oleh intelijen Israel dan AS dan sempat diangkat
menjadi salah satu cerita dalam salah satu acara di National Geographic
bertajuk "Black Operation", sangatlah "Israel sentris".
Namun, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sana,
terutama tentang sebuah negara yang dihuni oleh suku bangsa yang sempat
mengalami mimpi buruk bernama Hollocaust dan berjuang untuk tetap terdepan
dalam aksi-aksi preventif yang dibutuhkan untuk memberi kepastian pada
keberlanjutan negaranya.
Terlepas dari rasa kebencian dan ketidaksukaan pada negara
yang satu ini, pun terlepas dari rasa tak menerima dengan apa yang mereka
lakukan pada banyak negara tetangganya, apa yang mereka lakukan terkait dengan
cerita di atas adalah gambaran bagaimana seharusnya sebuah negara memberi peran
kepada badan intelijen dan pasukan khususnya.
Intelijen bukanlah mainan untuk menakut-nakuti rakyat
sendiri, bukan pula institusi untuk menambah daya ungkit elektoral penguasa
dalam kontestasi, apalagi menjadi instrumen untuk ikut-ikutan latah dalam
memperburuk semburan informasi menyesatkan di ruang publik.
Justru inilah catatan penting untuk negara kita di mana
pembenahan badan intelijen mau tak mau harus segera dilakukan, agar selaras
dengan kepentingan negara bangsa, bukan dengan kepentingan sesaat
kelompok-kelompok tertentu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pelajaran Intelijen dari Israel", https://internasional.kompas.com/read/2019/04/01/16470471/pelajaran-intelijen-dari-israel.
Editor : Laksono Hari Wiwoho
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pelajaran Intelijen dari Israel", https://internasional.kompas.com/read/2019/04/01/16470471/pelajaran-intelijen-dari-israel.
Editor : Laksono Hari Wiwoho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar