Senin, 29 April 2019

Marhaban Ya Ramadhan

Syahru Ramadhaanal Ladzi  Unzila Fii Hil Qur’aan Hudalinnas
Wa Bayyinaati Minal Hudaa  Wal Furqaani
Faman Syahida Minkumusy Syahra  -  Fal Yashum Hu.
“Bulan Ramadhan, pada bulan itu Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia,  Dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).  Karena itu, jika kalian menyaksikan bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah : 185)

EKSPRESI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ada tiga ekspresi umat Islam dalam merespon datangnya bulan suci Ramadhan, yaitu : (1) sedih, (2) biasa, dan (3) gembira.   Masing2 ekspresi itu menunjukkan kadar keimanan kita. Kita termasuk yang mana?
Indikasinya adalah :
1)   Ekspresi pertama: Sedih à  Ungkapan: ”Ya..., sudah puasa lagi !”
Kadar keimanannya dipertanyakan.  Berat rasanya utk puasa.
2)   Ekspresi kedua : Biasa à Ungkapan: ” Ramadhan tiba... , mari kita puasa” 
Kadar keimanannya masih tipis. Ramadhan atau tidak sama saja.   
3)  Ekspresi ketiga : Gembira à Ungkapan: ”Alhamdulillah... akhirnya kita dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan - Marhaban ya Ramadhan.
Kadar keimanannya yang sudah mantab. Baginya bulan Ramadhan adalah berkah.  
Bagi orang yang kadar keimanannya tinggi, ia sudah menunggu dan merindukan datangnya bulan Ramadhan. Karena ia tahu betapa besar keberkahan bulan Ramadhan.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, dua bulan sebelum Ramadhan, ketika baru memasuki bulan rajab ia berdoa :
Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban, Wa ballignaa Romadhon 
”Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan.”
Dan ketika tiba bulan Ramadhan, maka ia menyambutnya dengan ungkapan: ”Alhamdulillah... akhirnya kita bertemu dengan Ramadhan.  Marhaban ya Ramadhan.”

KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN.
Bulan Ramadhan = bulan Berkah / bulan Maghfirah (ampunan) / bulan Panen Pahala
 (1)    Gerakan nafas orang yang berpuasa menjadi tasbih, tidurnya menjadi ibadah,  amalan-amalannya diterima dan doa-doanya diijabah.
(2)     Satu amal kebajikanmaka Allah memberi ganjaran 70 kali lipat.
(3)     Terdapat malam Lailatul Qadr, satu malam nilainya sama dengan seribu bulan  (kira-kira 83 tahun, atau setara dengan umur manusia).
(4)     Massa dalam bulan Ramadhan dibagi menjadi tiga bagian. 
-.    Sepuluh hari pertama, disebut Ayyaamur rahmah  (Allah menurunkan kasih sayang).
-.    Sepuluh hari kedua, disebut ayyaamul maghfirah, (Allah menurunkan ampunan).
-.    Sepuluh hari terakhir, disebut ’itqun minan naari, (Allah membebaskan dari siksa api neraka.)
Begitu besarnya keistimewaan dan keberkahan bulan suci Ramadhan ini, sampai Rasulullah Saw bersabda,
Law ya’lamun naasu -  maa fii hadasy syahri minal khairaati -   latamannaw  an yakuuna -  ramadhaana sunatu kulluhaa. 
(Andaikata manusia itu tahu apa saja yang ada dalam kandungan bulan suci Ramadhan, maka mereka tentu akan mengharapkan agar seluruh bulan dalam setahun itu menjadi Ramadhan semua)

PELAKSANAAN PUASA
Kita sudah tahu bahwa, Bulan Ramadhan = bulan Berkah / bulan Maghfirah (ampunan) / bulan Panen Pahala,   Akan tetapi kita jangan terburu gembira, tanpa mengetahui bagaimana menjalankan ibadah puasa secara baik dan benar.  
Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, puasa tidaklah sekedar menahan lapar dan dahaga saja.     Akan tetapi puasa juga harus pula bisa menghindari Lagwu (perbuatan sia-sia dan Rofats (perkataan kotor). 
Nabi Muhammad SAW bersabda :

”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum.  Akan tetapi puasa itu adalah mencegah diri dari perbuatan atau perkataan lagwu (perbuatan sia-sia) dan rofats (kotor/ porno).   Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, ’Aku sedang berpuasa, aku sedang puasa’.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Suatu ketika Rasulullah mendapati seorang wanita sedang memaki-maki pembantunya di bulan ramadhan.   Lalu nabi meminta salah seorang sahabatnya untuk mengambilkan makanan dan mendekati wanita tadi.   
Nabi berkata kepada wanita itu, ”makanlah”.  Wanita itu menjawab, ”Inni shaa’imah (Saya sedang berpuasa)”.        Nabi berkata lagi, ”makanlah”.   Wanita itu menjawab lagi , ” Inni shaa’imah (saya sedang berpuasa).    ”Bagaimana mungkin (percuma) engkau berpuasa  kalau engkau berperilaku  seperti itu”, sergah nabi.     
Kemudian nabi berkata : ”Alangkah banyaknya orang yang lapar, alangkah sedikitnya yang berpuasa”.  
Pada kesempatan lain Rasulullah menjelaskan perihal puasa kepada para sahabatnya,
Kam Min Shaa-Imin      Laisa Lahu Min Shiyaamihi   Illal  Ju-’u   Wal  ’Athasyu
Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)

TIGA GOLONGAN ORANG BERPUASA 

Tentang pelaksanaan ibadah puasa, imam Al-Ghazali membagi orang yang berpuasa itu dalam tiga golongan :
(1)   Golongan pertama disebut Shaumul’awaam atau puasanya orang awam.   Mereka yang  melaksanakan puasa berupa tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri pada siang hari.   Hanya itu saja.
 (2)   Golongan kedua disebut shaumul khawaash.  Mereka  melaksanakan ibadah puasa bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan kegiatan hubungan suami istri saja, Namun mereka juga mempuasakan seluruh anggota tubuhnya; mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan semua anggota badan yang lain dari perbuatan yang tidak baik. Inilah puasa yang benar.
(3)   Golongan ketiga disebut shaumul kawaashil khawaash. Mereka ini dalam menjalankan ibadah puasa seperti golongan kedua, ditambah lagi hatinya juga ikut berpuasa. Inilah puasanya para Ambiyaa Wal Mursaliin dan orang-orang saleh. Inilah ibadah puasa yang ideal karena mencakup puasa lahir batin. Inilah puasa yang sangat sempurna.
Bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL).  Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar.

MENJAGA KEKHUSUKAN PUASA
Rasulullah SAW bersabda, ”Ada lima hal yang dapat membatalkan atau mengurangi pahala puasa seseorang, yaitu : (1) berdusta/fitnah, (2) ghibah(3) mengumpat/memaki, (4) berkata kotor/porno,  dan (5) memandang penuh nafsu.” (HR. Ibnul Jauzi, tergolong hadits dhaif mutamasik yaitu lemah tetapi baik dan bisa dijadikan hujjah para ulama). 
Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita menjaga empat hal untuk memenuhi syarat berpuasa, agar puasa kita diterima oleh Allah SWT. 
Empat hal yang harus dijaga adalah :
(1)        Menjaga lisan.   Menjaga lisan dari perkataan dusta, fitnah, gunjing, berkata kotor, dsb.  
(2)        Menjaga pendengaran.      Apa saja yang dilarang diucapkan, Allah juga melarang kita untuk mendengarkannya.   Bila ada seseorang yang mengajak kita berbicara dengan nuansa ghibah apalagi fitnah, maka katakanlah ”maaf saya sedang berpuasa”.
 (3)       Menjaga penglihatan.        Menjaga penglihatan agar tidak melihat sesuatu yang tidak disukai Allah.       Apa saja yang dilarang untuk dikerjakan, seperti judi, mabok, dsb, maka kita dilarang pula melihatnya.    
(4)        Menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan sia-sia, keji dan kotor.   Apabila kita berkumpul bersama rekan sejawad, maka hendaknya mengarahkan kegiatan itu untuk kegiatan yang bermanfaat, misal diskusi dsb.     Jangan biarkan kegiatan itu sis-sia, apalagi kotor dan keji.        Tetapi apabila tidak bisa, maka lebih baik tinggalkan dan mungkin lebih baik tidur.  
Bila kita mampu melaksanakan keempat syarat ini, kata Al-Ghazali,  puasa kita tidak akan sia-sia, bahkan bermanfaat bagi kehidupan kita dan akan mengantar kita kepada derajat taqwa.

TUJUAN PUASA
Puasa memang dirasakan banyak memberi manfaat atau hikmah bagi yang menjalankannya.  Banyak para pakar yang membahas hikmah dan manfaat ibadah puasa, antara lain adalah puasa dapat meningkatkan kesehatan, membentuk mental kepribadian, melatih disiplin dan kesabaran, melatih kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan, dan sebagainya.   
Namun tujuan puasa Ramadhan secara tegas dinyatakan dalam Al-Quran agar seseorang dapat mencapai kedudukan taqwa. Allah SWT berfirman :
 YAA AYUHAL LADZIINA  AAMANUU  - KUTIBA ’ALAIKUMUSH SHIYAAM - KAMAA KUTIBA ’ALAL LADZINA MIN QABLIKUM -  LA’ALLAKUM TATTAQUUN                  
(Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah ( ):183)
Ayat tersebut menegaskan wajibnya puasa bagi setiap mukmin, juga merupakan penegasan bahwa tujuan puasa adalah menciptakan ketaqwaan kepada Allah SWT.  

Semoga kita mampu menjalakan puasa di bulan Ramadhan ini penuh kekhusukan dan dapat meraih derajat ketaqwaan.  Marhaban ya Ramadhan



1 komentar:

  1. Itulah keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan. Marilah kita isi bulan suci Ramadhan ini dengan kegiatan ibadah semaksimal mungkin. Dengan perbuatan baik sesering mungkin. Dengan bersedekah sebanyak mungkin.
    Tidak perlu merisaukan kita termasuk golongan yang mana dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Apakah senang, sedih atau biasa saja. Marilah kita beristighfar dan meluruskan niat untuk memanfaatkan gebyar pahala bulan Ramadhan ini sebanyak-banyaknya. Isi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Baca al quran, baca buku agama, berdzikir, perbanyak shalat sunah, banyak bersedekah, membantu kesulitan orang lain, dsb.
    Jangan biarkan waktu luang di bulan Ramadhan ini berlalu dengan percuma.
    Kurangi kegiatan menonton acara TV. Kurangi kegiatan membuka smart phone. Jangan isi waktu di bulan ramadhan ini dengan nonton sinetron yg tidak tak punya nilai ibadah. Tinggalkan sinetron: Orang Ketiga, Bumi terbalik, Shani, dsb Karena tontonan itu akan mempengaruhi kekhusukan ibadah kita. Daripada melakukan kegiatan yang sia-sia dan mudharat lebih baik tidur. Karena tidurnya orang berpuasa mengandung nilai ibadah.
    Marilah kita niatkan puasa di bulan Ramadhan ini sebulan penuh. Niat itu sesungguhnya ada di dalam hati dan tidak disyaratkan dengan lisan. Namun adalah baik bila niat itu juga dibarengi secara lisan. Marilah kita awali puasa esok hari dengan bacaan niat puasa.
    Bismillahirrahmannirrahim.
    ”Nawaitu shauma ghodin 'an adaa'i fardhi syahri romadhoona hadihis-sanati lillahi ta'aalaa."
    Artinya: Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di Bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'aala.

    BalasHapus