TAREKAT SYADZILIYAH
Tarekat ini didirikan oleh Abu Hasan Ali asy-Syadzili.
Pusat
Tarekat Syadziliyah di Indonesia berada di Tulung Agung
(Jawa Timur)
Tarekat
Syadziliyah dikenal sebagai tarekat yang sederhana dalam ajarannya, tidak
berbelit-belit,
Tarekat ini banyak diminati oleh kalangan
kelas menengah, pengusaha, pejabat dan pegawai negeri.
Di
antara tarekat-tarekat yang ada, Tarekat Syadziliyah memiliki
pandangan-pandangan yang sedikit berbeda dibanding lainnya.
Tarekat
Syadziliyah sangat berbeda dengan aliran-aliran Tasawuf
Falsafi semodel ajaran tasawuf Ibn Arabi tentang Wahdatul wujudnya.
Dalam
fiqih, Imam Syadzili mengikuti Madzhab Maliki.
Dalam tasawuf ajaran tasawuf Syadzili sangat dekat dengan ajaran tasawuf al-Ghazali.
Tidak
menuliskan ajaran-ajarannya dalam sebuah kitab yang tertulis, namun
karya-karyanya adalah kitab yang berjalan.
Ajaran-ajaran
Tarekat Al-Syadziliyah, yaitu :
·
Tidak
menekankan perlunya Tapabrata atau kehidupan
menyendiri.
·
Tidak
juga menganjurkan bentuk-bentuk dzikir tertentu yang disuarakan dengan keras/lantang.
·
Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at islam.
·
Menonjol
dalam kerapian pakaian dan penampilan.
·
Tidak menganjurkan murid-muridnya
untuk meninggalkan profesi dunia mereka.
·
Tidak ada larangan bagi kaum salik
untuk menjadi miliuner (kaya raya), asalkan hatinya tidak bergantung pada
harta yang dimilikinya.
·
Tidak
diperkenankan mengemis dan tidak mendukung kemiskinan.
·
Berusaha merespons apa yang sedang
mengancam kehidupan umat.
·
Selalu membantu penderitaan kaum
muslim dan memudahkan orang-orang yang berada dalam kesulitan.
·
Zuhud
tidak berarti harus menjauhi dunia, karena pada dasarnya zuhud adalah
mengosongkan hati dari selain Tuhan.
Tasawuf Syadziliyah:
Tasawuf
adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai
dengan ketentuan Allah.
Ma’rifat adalah salah satu tujuan
ahli tarekat atau tasawuf yang dapat di peroleh dengan dua jalan, yaitu Riyadhah al-Abdan (al-Ghazali)
atau Riyadhah
al-Qulub. (al-Syadzili).
Antara
al-Ghazali dan al-Syadzili
di samping memiliki beberapa kesamaan, juga memiliki sedikit perbedaan
yaitu dalam hal upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Apabila
al-Ghazali lebih menekankan Riyadhah al-Abdan atau latihan yang berhubungan dengan fisik yang
mengharuskan adanya musyaqqah, misalnya bangun malam, lapar dan
lain-lain,
maka
al-Syadzili lebih menekankan para Riyadhah
al-Qulub tanpa adanya Musyaqah
al-Abdan, misalnya menekankan SENANG (al-Fash), RELA (al-Ridha)
dan selalu BERSYUKUR atas rahmat dan nikmat Allah Swt.
Dunia yang dibenci kaum
sufi, adalah dunia
yang memalingkan seorang hamba dari Tuhannya, yang melengahkan dan memperbudak manusia
karena kesenangan yang berlebihan terhadapnya.
Pengetahuan Umum ttg Tasawuf.
Tasawuf atau Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan
akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang
abadi.
Tasawuf pada awalnya
merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Bagi kalangan pengikut
tasawwuf, terdapat 4 tingkatan spiritual/keimanan dalam agama Islam, yaitu Syariat, Tarekat, Hakikat, dan Ma’rifat.
1. Syariat adalah
hukum dan peraturan-peraturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim,
2. Tarekat
adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa
seseorang untuk menjadi orang bertaqwa (ma’rifat). Istilah
tarekat juga menjadi nama lain dari aliran tasawuf.
3.
Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati
(mengenai Tuhan). Hakikat merupakan pekerjaan hati, sehingga tidak ada yang
dilihat didengar selain Allah.
4. Ma’rifat
artinya mengenal Allah secara sangat dekat, dengan telah tersingkapnya
rahasia-rahasia ketuhanan, atau kemampuan melihat Allah dengan mata hati. Ma’rifat merupakan inti dari
wilayah hakikat yang 'tak terlihat'. Ma’rifat dicapai ketika Shufi
mencapai maqam tertinggi dalam Tasawuf.
Istilah Tasawuf sebelumnya tidak
dikenal dimasa Rasulullah. Sesudah abad ke-2 Hijriyah muncul golongan sufi yang
mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada
Allah.
Para sufi kemudian membedakan
pengertian-pengertian Syari’ah, Thariqat, Haqiqat,
dan Makrifat.
Pengetahuan mengenai Tarekat sesungguhnya
adalah pengetahuan
mengenai hakikat, yang dalam banyak hal tidak akan mampu dijangkau oleh akal. Seperti halnya dicontohkan dalam kisah
Nabi Khidir dan Nabi Musa As.
Kebanyakan Tarekat pada umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia.
Sehingga banyak orang menentang dan meninggalkan tarekat atau tasawuf.
Alasannya karena tarekat membawa kemunduran pada umat islam.
Akan tetapi, akhir-akhir ini
perhatian pada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham
materalisme. Orang-orang Barat melihat bahwa materalisme memerlukan sesuatu
yang bersifat rohani, yang bersifat immateri sehingga banyak orang yang kembali
memerhatikan tasawuf.
4 Aliran Utama Tarekat:
Tarekat (Thariqah) berarti : jalan,
keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu.
Tarekat adalah jalan yang mengacu pada
suatu sisten latihan meditasi maupun amalan-amalan (muraqabah, dzikir, wirid,
dan sebagainya) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi. Tarekat juga berarti
organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khosh.
Beberapa aliran Tarekat:
Tarekat
Qadiriyah à Abd. Qadir ai-Jaelani
Tarekat
Naqsyabandiyah à
Bahauddin An-Naqsabandi
Tarekat
Suhrawardiyah à Zianudin Jahib Suhrawardi
Tarekat
Syadziliyah à Ahmad Asy-Syadzili
LIMA SENDI ajaran Tarekat Syadziliyah:
1. TAQWA
kepada Allah SWT lahir bathin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap WARA’ dan ISTIQAMAH
dalam menjalankan perintah Allah.
2.
Konsisten mengikuti SUNNAH RASUL,
baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalu bersikap
waspada dan bertingkah laku yang luhur.
3.
TAWAKAL yaitu berpaling (hatinya)
dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan
berserah diri kepada Allah SWT.
4.
RIDHA terhadap Allah, baik dalam
kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan apa adanya (qana’ah/tidak
rakus] dan menyerah.
5.
Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam
keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan BERSYKUR
dalam keadaan senang dan BERSABAR / berlindung
kepada-Nya dalam keadaan susah.
Hizib
(Do’a dan Dzikir) Tarekat Syadziliyah
Sebelum
seseorang mengikuti baiat atau talqin zikir,
biasanya ia dianjurkan untuk membaca hizb al-syifa’.
cara
mengamalkan adalah apabila disertai puasa maka hizb as-Syifa’ dibaca
setiap selesai shalat fardhu dan puasa dilaksanakan selama tiga hari, tujuh hari,
sepuluh hari, atau empat puluh hari, sesuai dengan petunjuk mursyid.
Puasa dimulai
hari Selasa, Rabu, dan Kamis.
Siapa mursyit thariqat Al-Syadziliyah sekarang yang bisa ketemu
BalasHapusSemoga kita semuanya termasuk orang yang mengamalkan thariqat terutama thariqat Syadziliyyah
BalasHapus