Sabtu, 07 Oktober 2017

Tarekat Syadziliyah

TAREKAT SYADZILIYAH
Tarekat ini didirikan oleh Abu Hasan Ali asy-Syadzili.
Pusat Tarekat Syadziliyah di Indonesia berada di Tulung Agung (Jawa Timur)
Tarekat Syadziliyah dikenal sebagai tarekat yang sederhana dalam ajarannya, tidak berbelit-belit,
Tarekat ini banyak diminati oleh kalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat dan pegawai negeri.
Di antara tarekat-tarekat yang ada, Tarekat Syadziliyah memiliki pandangan-pandangan yang sedikit berbeda dibanding lainnya.
Tarekat Syadziliyah sangat berbeda dengan aliran-aliran Tasawuf Falsafi semodel ajaran tasawuf Ibn Arabi tentang Wahdatul wujudnya.
Dalam fiqih, Imam Syadzili mengikuti Madzhab Maliki. Dalam tasawuf ajaran tasawuf Syadzili sangat dekat dengan ajaran tasawuf al-Ghazali.
Tidak menuliskan ajaran-ajarannya dalam sebuah kitab yang tertulis, namun karya-karyanya adalah kitab yang berjalan.

Ajaran-ajaran Tarekat Al-Syadziliyah, yaitu :
·         Tidak menekankan perlunya Tapabrata atau kehidupan menyendiri.
·         Tidak juga menganjurkan bentuk-bentuk dzikir tertentu yang disuarakan dengan keras/lantang.
·         Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at islam.
·         Menonjol dalam kerapian pakaian dan penampilan.
·         Tidak menganjurkan murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka.
·         Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner (kaya raya), asalkan hatinya tidak bergantung pada harta yang dimilikinya.
·         Tidak diperkenankan mengemis dan tidak mendukung kemiskinan.
·         Berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan umat.
·         Selalu membantu penderitaan kaum muslim dan memudahkan orang-orang yang berada dalam kesulitan.
·         Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia, karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan.
  
Tasawuf Syadziliyah:
Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah.
Ma’rifat adalah salah satu tujuan ahli tarekat atau tasawuf yang dapat di peroleh dengan dua jalan, yaitu Riyadhah al-Abdan  (al-Ghazali) atau Riyadhah al-Qulub. (al-Syadzili).
Antara al-Ghazali dan al-Syadzili di samping memiliki beberapa kesamaan, juga memiliki sedikit perbedaan yaitu dalam hal upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Apabila al-Ghazali lebih menekankan Riyadhah al-Abdan atau latihan yang berhubungan dengan fisik yang mengharuskan adanya musyaqqah, misalnya bangun malam, lapar dan lain-lain,
maka al-Syadzili lebih menekankan para Riyadhah al-Qulub tanpa adanya Musyaqah al-Abdan, misalnya menekankan SENANG (al-Fash), RELA (al-Ridha) dan selalu BERSYUKUR atas rahmat dan nikmat Allah Swt.
Dunia yang dibenci kaum sufi, adalah dunia yang memalingkan seorang hamba dari Tuhannya, yang melengahkan dan memperbudak manusia karena kesenangan yang berlebihan terhadapnya.

Pengetahuan Umum ttg Tasawuf.
Tasawuf  atau Sufisme  adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi.
Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. 
Bagi kalangan pengikut tasawwuf, terdapat 4 tingkatan spiritual/keimanan dalam agama Islam, yaitu Syariat, Tarekat, Hakikat, dan Ma’rifat.
1. Syariat adalah hukum dan peraturan-peraturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim,
2. Tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa (ma’rifat). Istilah tarekat juga menjadi nama lain dari aliran tasawuf.
3. Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati (mengenai Tuhan). Hakikat merupakan pekerjaan hati, sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah.
4. Ma’rifat artinya mengenal Allah secara sangat dekat, dengan telah tersingkapnya rahasia-rahasia ketuhanan, atau kemampuan melihat Allah dengan mata hati.  Ma’rifat  merupakan inti dari wilayah hakikat yang 'tak terlihat'.  Ma’rifat dicapai ketika Shufi mencapai maqam tertinggi dalam Tasawuf.

Istilah Tasawuf sebelumnya tidak dikenal dimasa Rasulullah. Sesudah abad ke-2 Hijriyah muncul golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah.
Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian Syari’ah, Thariqat, Haqiqat, dan Makrifat.
Pengetahuan mengenai Tarekat sesungguhnya adalah pengetahuan mengenai hakikat, yang dalam banyak hal tidak akan mampu dijangkau oleh akal. Seperti halnya dicontohkan dalam kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa As.
Kebanyakan Tarekat pada umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Sehingga banyak orang menentang dan meninggalkan tarekat atau tasawuf. Alasannya karena tarekat membawa kemunduran pada umat islam.
Akan tetapi, akhir-akhir ini perhatian pada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materalisme. Orang-orang Barat melihat bahwa materalisme memerlukan sesuatu yang bersifat rohani, yang bersifat immateri sehingga banyak orang yang kembali memerhatikan tasawuf.

Berkas:Syariah-thariqah-hakikah2.jpg

4 Aliran Utama Tarekat:
Tarekat (Thariqah) berarti : jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu.
Tarekat adalah jalan yang mengacu pada suatu sisten latihan meditasi maupun amalan-amalan (muraqabah, dzikir, wirid, dan sebagainya) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi. Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khosh.
Beberapa aliran Tarekat:
Tarekat Qadiriyah             à Abd. Qadir ai-Jaelani
Tarekat Naqsyabandiyah à Bahauddin An-Naqsabandi
Tarekat Suhrawardiyah    à Zianudin Jahib Suhrawardi
Tarekat Syadziliyah          à Ahmad Asy-Syadzili

LIMA SENDI ajaran Tarekat Syadziliyah:
1. TAQWA kepada Allah SWT lahir bathin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap WARA’ dan ISTIQAMAH dalam menjalankan perintah Allah.
2. Konsisten mengikuti SUNNAH RASUL, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalu bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.
3. TAWAKAL yaitu berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah SWT.
4. RIDHA terhadap Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan apa adanya (qana’ah/tidak rakus] dan menyerah.
5. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan BERSYKUR dalam keadaan senang dan BERSABAR / berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.

Hizib (Do’a dan Dzikir) Tarekat Syadziliyah
Sebelum seseorang mengikuti baiat atau talqin zikir, biasanya ia dianjurkan untuk membaca hizb al-syifa’.
cara mengamalkan adalah apabila disertai puasa maka hizb as-Syifa’ dibaca setiap selesai shalat fardhu dan puasa dilaksanakan selama tiga hari, tujuh hari, sepuluh hari, atau empat puluh hari, sesuai dengan petunjuk mursyid.

Puasa dimulai hari Selasa, Rabu, dan Kamis.

2 komentar:

  1. Siapa mursyit thariqat Al-Syadziliyah sekarang yang bisa ketemu

    BalasHapus
  2. Semoga kita semuanya termasuk orang yang mengamalkan thariqat terutama thariqat Syadziliyyah

    BalasHapus