Senin, 11 Juni 2018

Karakter Manusia Terbaik: Paling Bermanfaat, Ramah, dan Suka Menolong

Dalam banyak kesempatan, Nabi Muhammad SAW kerap memberikan jawaban kepada para sahabat tentang hal-hal yang disukai Allah Ta’ala. Jawaban tersebut kadang berbeda-beda sesuai dengan konteks dan kapasitas sahabat yang menanyakan.

Ketika sedang duduk iktikaf di masjid Nabawi (seperti yang tertulis dalam kitab hadis riwayat Ath-Thabrani 6/139), Rasulullah Saw didatangi oleh seorang laki-laki, lalu ia bertanya dua hal, yaitu Siapakah orang yang paling dicintai Allah, dan amal apakah yang paling disukai Allah ta'ala

Maka nabi Muhammad menjawab, pertama, orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia. Dan kedua, Amal yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kedalam hati seorang mukmin, yaitu melepaskan kesulitannya, atau melunasi hutangnya, atau menghilangkan kelaparannya.  Lalu Nabi menambahkan bahwa beliau lebih suka membantu saudaranya daripada beriktikaf di masjid Nabawi selama sebulan.

Pada Riwayat lain, dari Jabir bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR Thabrani dan Daruquthni).

Hadis itu sangat popular, namun kebanyakan kaum muslimin hanya hafal kalimat, Khoirunnas anfa'uhum linnas,” artinya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Dari kedua hadits tersebut kita bisa menarik kesimpulan, bahwa manusia terbaik adalah yang: (1) paling bermanfaat bagi manusia lain, (3) suka menolong kesulitan orang mukmin, dan (3) ramah terhadap semua orang.

1.  Bermanfaat bagi manusia lain.

Bermanfaat bagi orang lain yaitu apabila keberadaannya sangat berfaedah bagi orang di sekitarnya, dan sangat dibutuhkan oleh orang lain.  Ia dicintai banyak manusia karena kepeduliannya terhadap sekitar dan bisa membawa pengaruh yang baik.

Cak Nun membagi keberadaan manusia ke dalam 5 (lima) golongan, yaitu : Manusia Wajib, Manusia Sunnah, Manusia Mubah, Manusia Makruh dan Manusia Haram.

a. Manusia Wajib

Keberadaannya sangat bermanfaat bagi banyak orang. Apabila dia tak ada maka orang-orang merasa kehilangan, karena tidak ada orang lain yang bisa menggantikannya.

b. Manusia Sunnah

Keberadaannya membawa manfaat bagi banyak orang. Namun apabila dia tak ada maka orang-orang tidak begitu kehilangankarena ada orang lain yang bisa gantikan posisinya.

c. Manusia Mubah

Keberadaannya tidak ada manfaat atau kerugian apapun. Adalah manusia2 cuek yang hanya mementingkan dirinya sendiri tapi tak pernah mau peduli terhadap orang lain.

d. Manusia Makruh

Keberadaannya bisa mendatangkan masalah atau keburukan bagi orang lain disekitarnya, tetapi kalau dia tak  ada tidak ada pengaruh apa-apa. 

e. Manusia Haram

Keberadaannya justru menjadi masalah atau musibah bagi orang lain disekitarnya.  Orang lebih suka jika dia tak ada. Ciri-ciri manusia ini adalah jika dia datang ke suatu tempat maka orang-orang pasti merasa tidak senang dan pergi menjauh.

2.  Suka menolong kesulitan orang lain.

Rasulullah bersabda, menolong atau memenuhi kebutuhan orang beriman yang sedang menghadapi kesulitan hidup, seperti  kelaparan, terlilit hutang, menderita sakit, dan sebagainya mempunyai nilai pahala yang melebihi pahala beriktikaf di masjid Nabawi selama sebulan.

3.  Bersikap ramah : Rumus 3S, yaitu: Senyum, Salam dan Sapa.

 

Berusaha Menjadi Manusia Terbaik

Manusia terbaik itu bukan yang rajin ibadah ritualnya (shalat, dzikir, puasa, haji, dsb), tetapi manusia terbaik itu (menurut Rasulullah) adalah manusia yang (1) bermanfaat bagi manusia lain, (2) suka menolong kesulitan orang mukmin, dan (3) ramah terhadap semua orang.

Berbuat baik itu mudah, tidak berat seperti untuk mencapai sukses (butuh kecerdasan, kerja keras, keuletan).  Berbuat baik hanya butuh : Kemauan, Kepedulian, dan Keikhlasan. 

A’a Gym menasehati kita untuk menjadi pribadi yang baik itu dengan rumus 3M (Tiga Mulai), yaitu : (1) Mulai dari diri sendiri, (2) Mulai dari hal-hal yang kecil, dan (3) Mulai dari sekarang.

Untuk itulah maka marilah kita saling berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, “Fastabikhul khairat .   Dalam surat Al Baqarah, ayat 148, Allah berfirman, “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.


--- --- --- --- --- --- 

EINSTEIN : JANGAN SEKEDAR SUKSES, TAPI JADILAH ORANG BERNILAI

Beberapa bulan sebelum kematian Albert Einstein pada April 1955, seorang jurnalis majalah "LIFE" bernama William Miller mengunjungi ilmuwan terkenal itu di rumahnya di Princeton, New Jersey. Wartawan itu didampingi putranya Pat Miller. Pada kesempatan itu William menginginkan agar Einstein memberikan nasehat kepada putranya untuk bimbingan dalam hidup. Kemudian Einstein menanggapi keinginan itu dengan sebuah nasehat kepada Pat Miller, “Try not to become a man of success but rather try to become a man of value”.

Ilmuwan terbesar abad 20 itu memeberi nasehat kepada seorang pemuda agar ia berupaya untuk menjadi orang yang bernilai, bukan untuk sekedar sukses: “Cobalah untuk tidak menjadi orang yang sukses tetapi cobalah untuk menjadi orang yang bernilai”. Menurut Einstein orang sukses mengambil lebih banyak (keuntungan) dari kehidupan ketimbang yang ia berikan, sedangkan orang yang bernilai memberi lebih banyak (keuntungan) kepada kehidupan daripada yang diterimanya. Teks di atas muncul di majalah LIFE dalam edisi 2 Mei 1955 tentang "Kehidupan" yang ditulis oleh editor William Miller.
Di dalam perspektif agama Islam, orang yang paling baik di antara semua orang adalah yang paling baik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Khoirunnas anfa'uhum linnas” , Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. (HR. Ath Thabarani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar