Minggu, 26 Agustus 2018

Tafakur, Tadabur dan Tasyakur

Manusia diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa akal dan pikiran serta hati. Tidak lain, untuk berfikir. Dalam kajian Islam ada istilah yang disebut dengan tafakur, tadabur dan tasyakur. Semuanya merujuk pada urusan berfikir atau merenung serta imbasnya.
Ketiganya tentu saja memiliki perbedaan masing-masing. Secara sederhana, perbedaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tafakur 
Akar kata tafakur adalah fakara – yafkiru – fakran – tafakkuran yang mengandung arti merenung, berpikir, dan mengamati.  Tafakur dapat diartikan sebagai kegiatan merenung, berpikir, ataupun mengenang berbagai macam fenomena yang terjadi di alam semesta. Baik itu dari suatu kejadian ataupun dari suatu pengalaman inderawi.
Dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191, Allah SWT memerintahkan manusia untuk bertafakur: “Sesungguhnnya semua manusia diperintahkan untuk bertafakur menerenungkan tanda-tanda atau fenomena-fenomena alam ciptaan tuhan, agar timbul kesadaran bahwa dibalik itu ada dzat yang maha kuasa, yang maha agung, dan yang maha bijaksana yaitu sang pencipta, Allah SWT.”
Menuruut para sufi, Tafakur adalah cara untuk memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dalam arti yang hakiki. Para Ulama mengatakan bahwa tafakur itu ibarat pelita hati, sehingga dapat terlihat baik dan buruk maupun manfaat dan madharat dari segala sesuatu.
2) Tadabur 
Tadabur mengandung arti memahami, menghayati, atapun memikirkan.  Kata tadabur sering lekat dengan Alquran, sehingga kita sering mendengar istilah “tadabur Alquran”. Ada juga istilah “tadabur alam” yang juga sering dijumpai pada aktifitas kajian tentang kebesaran Allah Swt.
Tadabur Alquran bermakna suatu usaha untuk memahami, menghayati, dan  memikirkan, ayat-ayat di dalam Alquran. Tadabur Alquran dilakukan dengan mengetahui arti, memahami tafsir, serta makna kandungan, kemudian merenungkan pelajaran yang bisa diambil.
Sedangkan tadabbur alam adalah kegiatan perenungan kekuasaan Allah melalui hasil ciptaannya seperti benda-benda langit, angin, laut, gunung, tumbuhan dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui dan memahami tujuan penciptaan alam semesta dan manusia sebagai khalifah.
Kesamaan tafakur dan tadabur adalah keduanya merujuk pada aktivitas berpikir. Sedangkan perbedaannya secara sederhana adalah tafakur merupakan kegitan perenungan tentang kejadian, sedangkan tadabur adalah kegiatan pemahaman terhadap fakta.
3) Tasyakur 
Tasyakur berarti mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan. Kemampuan untuk mentasyakuri nikmat Allah merupakan buah dari aktivitas tafakur dan tadabur seseorang.
Menurut para ulama, bersyukur kepada Allah berarti mengakui dan menunjukkan adanya nikmat Allah dalam dirinya. Bersyukur bisa diungkapkan dengan lisan, maupun lewat hati. Bersyukur dengan lisan berarti mengucapkan terima kasih atas nikmat Allah, disertai dengan pujian kepada-Nya. Sementara bersyukur yang diungkapkan dengan hati dilakukan dengan pengakuan atas nikmat-nikmat Allah, yang disertai dengan bertambahnya kecintaan dan ketaqwaan kepada Allah.
Mensyukuri nikmat Allah merupakan perintah-Nya kepada kita. Allah berfirman, “Hai manusia ingatlah nikmat Allah kepadamu, adakah pencipta yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi selain Dia?” (QS.Fathir: 3). Di ayat ini, Allah menjelaskan kepada manusia bahwa kepada-Nya-lah kita harus bersyukur. Sebab hanya Allah penguasa langit dan bumi.

Selain memerintahkan untuk bersyukur, Allah juga menjanjikan kebaikan bagi siapa saja yang mau bersyukur kepada-Nya. Allah akan menambahkan nikmat kepada hamba yang mau bersyukur. Allah berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu” (QS.Ibrahim: 7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar