Jumat, 24 Agustus 2018

Tidak Ada Orang yang Tidak Memiliki Kompetensi.

KISAH NYATA     
---------------------

Disuatu Sekolah, ada seorang Guru yang selalu tulus mengajar dan selalu berusaha dengan  sungguh-sungguh membuat suasana Kelas yang baik untuk Murid-Muridnya.

Ketika Guru itu menjadi Wali Kelas 5, seorang Anak–salah satu Murid di Kelasnya, selalu berpakaian kotor dan acak-acakan.
Anak ini pemalas, sering terlambat dan selalu mengantuk di Kelas. Ketika semua Murid yang lain mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan, kuis atau mengeluarkan pendapat, Anak ini tak pernah sekalipun mengacungkan tangannya.

Guru itu mencoba berusaha, tapi ternyata tak pernah bisa menyukai Anak ini. Dan entah sejak kapan, Guru itupun menjadi Benci dan Antipati terhadap Anak tsb.

Di Raport tengah Semester, Guru itupun menulis apa adanya mengenai keburukan Anak ini.

Suatu hari, tanpa disengaja, Guru itu melihat catatan Raport Anak ini pada saat dia Kelas 1. Disana tertulis:
“Anak yg Ceria, menyukai teman-temannya, ramah dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik, masa depannya penuh harapan,”

“..Ini pasti salah, ini pasti catatan Raport Anak lain….,” pikir Guru itu sambil melanjutkan melihat catatan berikutnya Raport Anak ini.

Dicatatan Raport Kelas 2 tertulis, : “Kadang-kadang terlambat karena harus merawat Ibunya yang sakit-sakitan,”

Di Kelas 3 Semester Awal,:
“Sakit Ibunya nampaknya semakin parah, mungkin terlalu letih merawat, jadi sering mengantuk di Kelas,”

Di Kelas 3 Semester Akhir,
“Ibunya meninggal, Anak ini sangat sedih, terpukul dan kehilangan harapan,”

Di Catatan Raport Kelas 4 tertulis,: “Ayahnya seperti kehilangan semangat hidup, kadang-kadang melakukan tindakan kekerasan kepada Anak ini,”

Terhentak Guru itu oleh rasa pilu yang tiba-tiba menyesakkan dadanya. Dan tanpa disadari diapun meneteskan air mata, dia mencap memberi label Anak ini sebagai Pemalas, padahal si Anak tengah berjuang bertahan dari Nestapa hidupnya yang begitu dalam…

Terbukalah mata dan hati Guru itu. Selesai jam Sekolah, Guru itu menyapa si Anak :
“Bu Guru kerja sampai sore di Sekolah, bagaimana kalau kamu juga belajar mengejar ketinggalan kamu, jadi kalau ada yang gak ngerti nanti Ibu ajarin,”

Untuk pertama kalinya si Anak memberikan senyum diwajahnya.

Sejak saat itu, si Anak belajar dengan sungguh-sungguh, Prepare dan Review dia lakukan dibangku di Kelasnya setelah sekolah usai.

Guru itu merasakan kebahagian yang tak terkira ketika si Anak untuk pertama kalinya mau mengacungkan tangannya di Kelas. Kepercayaan diri si Anak kini mulai tumbuh lagi.

Di Kelas 6, Guru itu tidak menjadi Wali Kelas si Anak.

Ketika kelulusan tiba, Guru itu mendapat Selembar Kartu dari si Anak, disana tertulis  :
_“Bu Guru baik sekali seperti Bunda, Bu Guru adalah Guru terbaik yang pernah aku temui.”

Enam tahun kemudian, kembali Guru itu mendapat sebuah Kartu  dari si Anak. Disana tertulis,: 
“Besok hari kelulusan SMA. Saya sangat bahagia mendapat Wali Kelas seperti Bu Guru waktu kelas 5. Karena Bu Gurulah, saya bisa kembali belajar dan bersyukur. Saya mendapat 'Bea Siswa' sekarang untuk melanjutkan Sekolah ke Fakultas Kedokteran.”

Sepuluh tahun berlalu, kembali Guru itu mendapatkan sebuah Kartu Pos. Disana tertulis : 
“Saya menjadi Dokter yang mengerti Rasa Syukur dan mengerti Rasa Sakit. Saya mengerti rasa syukur karena bertemu dengan Ibu Guru dan saya mengerti rasa Sakit karena saya pernah dipukul Ayah,”

Kartu Pos itu diakhiri dengan kalimat, :
 “Saya selalu ingat Ibu Guru saya waktu kelas 5. Bu Guru seperti dikirim Tuhan untuk menyelamatkan saya ketika saya sedang jatuh waktu itu. Saya sekarang sudah Dewasa dan bersyukur bisa sampai menjadi seorang Dokter. Tetapi Guru terbaik saya adalah Guru Wali Kelas ketika saya Kelas 5 di Sekolah Dasar.

Setahun kemudian, yang datang adalah : "Surat Undangan" disana tertulis satu baris :

“Mohon duduk di-Kursi Bunda pada Pernikahan saya,”

Guru itu pun tak kuasa menahan tangis haru dan bahagianya
-------'----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar