Rabu, 06 Maret 2019

Qalbun Salim; Menjaga Kebersihan Hati

1. Dialoq Murid & Guru

Seorang murid bertanya kepada gurunya (Imam Al-Ghazali), "Syeikh, bukankah dzikir bisa membuat seseorang lebih dekat dengan Allah dan syaitan akan terusir menjauh darinya?" 

“Benar,” jawab sang Imam.

"Namun kenapa masih ada orang yang rajin berdzikir tetapi masih sering tergoda oleh syaitan?” lanjut sang Murid.

Gurunya menjawab: “Mengusir syaitan itu seperti mengusir anjing. Kalau kita hardik anjing maka ia akan lari menyingkir. Tapi jika disekitar diri kita masih terdapat banyak sampah tulang belulang, yang merupakan makanan kesukaan anjing maka ia akan datang kembali.

Sang Guru melanjutkan, “Begitu pula halnya dengan dzikir. Syaitan itu sangat menyukai kotoran hati, sebagaimana anjing suka tulang belulang. Orang-orang yang rajin berdzikir tapi masih menyimpan pelbagai kotoran hati dalam dirinya maka syaitan akan terus datang mendekat, bahkan bersahabat dengannya".

Dzikir tidak akan bermanfaat jika di dalam hati seseorang masih banyak kotoran hati, kesukaan syaitan.  Kotoran hati bisa juga disebut dengan penyakit hati. 

2. Penyakit Hati

Penyakit hati dalam Islam bukanlah penyakit hati yang menyangkut kesehatan jasmani seperti penyakit liver, hepatitis, sirosis, dan lain sebagainya. Tetapi penyakit hati disini adalah penyakit dalam aspek ruhani.

Penyakit hati atau penyakit qalbu (bahasa Arab) adalah penyakit atau gangguan yang ada pada qalbu dan perasaan manusia. Penyakit ini bisa mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang.  Apabila hatinya baik atau sehat maka akan baik pula prilaku dan akhlaknya. Namun apabila hatinya rusak atau kotor maka akan buruk pula prilaku dan akhlaknya.

Nabi Saw bersabda, "Alaa wa inna fil jasadi mudghah. Idzaa shaluhat shaluhal jasadu kulluhu, waidzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu, Alaa wahiyal qalbu." Artinya, ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah qalbu” (HR. Bukhari dan Muslim). 

3. Macam Penyakit Hati

Penyakit hati merupakan sifat atau perbuatan tercela yang dilarang oleh agama Islam, tetapi sangat disukai oleh syaitan. Penyakit hati seringkali tidak disadari oleh orang yang mengindapnya, tetapi mudah dikenali oleh orang lain yang mengenalinya.

Sedikitnya ada tujuh macam penyakit hati, yaitu (1) sombong, (2) ujub, (3) riya’ (4) gibah, (5) iri-dengki, (6) marah, & Cinta Dunia.  Untuk lebih mudah mengingatnya keenam penyakit hati itu disingkat “SUR-GIM + Cidun”, yaitu: 

PertamaSombong (takabur).  
Sombong adalah akhlak buruk yang tidak disukai Allah. Dosa pertama adalah kesombongan iblis sehingga menyebabkan ia dikutuk oleh Allah. Sombong adalah perasaan membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Rasulullah bersabda: Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim). Kondisi yang berpotensi membuat sifat sombong antara lain adalah kekayaan, jabatan, kecantikan, kegagahan, dan kepandaian.

Kedua, Riya’ (pamer).  Riya’ adalah niatan dalam beramal bukan karena Allah tetapi ingin dipuji orang lain. Riya’ merupakan kebalikan dari ikhlas. Seseorang yang melakukan perbuatan amal shaleh karena riya’ (tidak ikhlas karena Allah) maka ia tidaklah mendapatkan pahala di sisi Allah.

Ketiga, Ujub (merasa sholeh). Ujub adalah perasaan mengagumi/membanggakan diri sendiri dalam beribadah. Sifat ujub harus dihindari karena sifat ini bisa mengurangi bahkan menghilangkan pahala ibadah seseorang. Ujub juga bisa menjerumuskan seseorang kepada sifat takabur (sombong).

Keempat, Iri-dengki (hasad dan hasud). Iri berarti tidak senang melihat kelebihan orang lain, sedangkan dengki merupakan wujud amarah karena perasaan iri.  Dampak paling besar dari sifat iri-dengki adalah hancurnya tali persaudaraan, serta menimbulkan kebencian dan permusuhanDalam Islam kita boleh iri terhadap 2 hal, yaitu orang yang dikaruniai ilmu lalu diamalkan, serta orang yang dikaruniai harta lalu disedekahkan (hadis).

Kelima, Ghibah (bergunjing), yaitu prilaku suka membicarakan aib orang lain untuk tujuan provokasi (kebencian). Berghibah merupakan perbuatan tercela dan berdosa besar. Rasulullah bersabda, “Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,'" (HR At-Thabrani).

Keenam, Ghadab (emosional/pemarah).  Marah menyebabkan seseorang sulit mengontrol diri sehingga menyebabkan daya nalar pikiran tidak dapat berfungsi dengan baik. Orang yang suka marah tidak akan disukai siapapun. Rasulullah SAW bersabda, “Orang kuat bukanlah jagoan dalam bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketujuh, Hubbud dun'ya (cinta dunia). Hubbud dun’ya merupakan pangkal dari semua kemungkaran. Rasulullah bersabda, “Hubbuddunya ra’su kulli khathi’ah” artinya, cinta dunia adalah sumber segala perbuatan dosa. Yang dimaksud hubbud dun’ya adalah menyukai sesuatu secara berlebihan (lebih dari sekedar kebutuhan) sehingga lalai dari ibadah. Ciri-ciri orang yang hubbud dun’ya antara lain menumpuk harta, mengoleksi barang mahal, suka beli barang-barang mewah, sangat memperhatikan penampilan fisik, suka bersolek, dan sebagainya. Sedangkan dampak hubbud dun’ya adalah lalai ibadah, sombong, rakus, kikir, dan apatis.

4. Tembang Tombo Ati

Ketika penyakit-penyakit hati itu menghinggapi diri seseorang, maka syaitan akan senantiasa datang mendekatinya, dan kemudian mempengaruhi untuk melakukan hal buruk dan tercela yang bisa menghilangkan pahala amal ibadahnya. 

Dengan begitu maka agar syaitan tidak mudah mendekat maka seseorang haruslah membebaskan diri dari berbagai penyakit hati.  Kebanyakan para ustadz kita dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa membersihkan penyakit hati dilakukan dengan lima cara, yakni seperti pada syair lagu berjudul “Tombo Ati” atau “Obat Hati” yang dipopulerkan oleh penyanyi Opick.  

Pada syair tembang “Tombo Ati” itu disebutkan bahwa obat hati ada lima perkara, yaitu: (1) membaca Al Qur’an; (2) shalat malam; (3) bergaul dengan orang-orang shalih; (4) berpuasa; dan (5) dzikir malam.

Tembang “Tombo Ati” itu konon berasal dari Sunan Bonang, salah satu wali dari “Wali Songo” atau sembilan wali yang sangat mashur di tanah Jawa. Sunan Bonang menggunakan tembang itu sebagai media dakwah dalam penyebaran Islam di tanah Jawa (sekitar abad XV).

Namun penulis berpendapat bahwa lima hal yang disebutkan dalam tembang “Tombo Ati” itu sejatinya merupakan obat pelipur hati bagi orang yang sedang sedih hati, cemas dan gundah gulana. Bukan cara untuk membersihkan atau mengobati hati yang kotor atau rusak.

5. Cara membersihkan hati kotor 

Untuk menjadikan hati bersih dan terbebas dari penyakit hati, maka kita harus senantiasa membersihkan hati. Setidaknya ada lima cara untuk membersihkan hati yang kotor atau mengobati penyakit hati, yaitu:  (1) puasa, (2) hidup sederhana, (3) sedekah, (4) istighfar, dan (5) mendekati dhuafa.  ”Jembatan keledai” lima macam menghidupkan qalbu adalah PSSI-Dhuafa, yaitu singkatan dari : Puasa, Sedekah, Sederhana, Istighfar, dan Dhuafa.

1) Puasa.

Pada dasarnya puasa itu bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi hakekat puasa adalah menahan hawa nafsu, atau pengendalian diri (self control).

Pengendalian diri atas ucapan (mulut), pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata), serta perasaan (hati). Yaitu menahan diri untuk tidak berghibah, tidak bicara kasar dan kotor yang menyakiti hati. Menahan diri untuk tidak mendengarkan ghibah serta kata-kata jorok dan kotor. Menahan diri untuk tidak melihat sesuatu yang dilarang agama. Mengendalikan diri untuk tidak berprasangka buruk (su’udzan).

Salah satu aktifitas puasa adalah menahan rasa lapar dan haus, aktifitas ini sesungguhnya mengajarkan pada seseorang untuk mempunyai rasa empati, yaiu ikut merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.

Dengan sering melaksanakan puasa maka seseorang akan semakin peka terhadap penderitaan yang dialami kaum dhuafa, dan hal ini akan membuat qalbu menjadi hidup.

2) Hidup Sederhana (Zuhud)

Zuhud adalah prilaku hidup sederhana dan tidak materialistik, yakni hidup yang selalu dipenuhi oleh keinginan duniawai. Zuhud juga mencakup sifat rendah hati. Sehingga prilaku zuhud dapat membuat seseorang terbebas dari sifat sombong, takabur, dan iri dengki.

Nabi SAW bersabda bahwa  hal yang dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka, diantaranya adalah hidup sederhana, baik dalam keadaan fakir maupun di saat kaya raya.      

Hidup sederhana merupakan konsep dari tasawuf yaitu zuhud. Zuhud bukanlah sikap hidup yang anti dunia, atau menghindari kenikmatan duniawi, sehingga seseorang harus menjalani kehidupan layaknya orang yang miskin.

Zuhud adalah sikap atau upaya untuk membebaskan diri dari pengaruh dan godaan duniawi berbentuk kemewahan, yang cenderung mendorong seseorang menjadi sombong dan membanggakan diri.

3) Sedekah.

Sedekah merupakan rasa syukur yang diwujudkan dalam bentuk kepedulian sosial dengan cara membantu harta untuk meringankan beban kesulitan ekonomi seseorang. Sedekah akan membangun karakter kasih sayang dan menjauhkan dari sifat tamak.

Bersedekah akan menghapus dosa-dosa dan membersihkan kotoran hati.   Mereka yang enggan bersedekah berarti mereka sudah tidak punya kepedulian terhadap nasib fakir miskin, dan itu pertanda bahwa hatinya telah beku.  

Sedekah, selain sebagai sarana untuk menyucikan harta dan memperoleh pahala besar, yaitu pahala jariyah, sedekah juga bertujuan untuk mengendalikan nafsu duniawi. Semakin besar nilai sedekah maka semakin besar pula kekuatan pengendalian nafsu.

4) Istighfar

Istighfar adalah ungkapan permohonan ampunan kepada Allah atas kesalahan dan dosa yang dilakukan.  Istighfar dilakukan segera setiap kita menyadari melakukan kesalahan, dengan kesadaran dalam hati dan diucapkan dengan lisan.

Namun istighfar juga sangat baik bila dilakukan secara rutin dalam dzikir, meskipun kita tidak merasa melakukan kesalahan. Istighfar sangat baik dilafalkan secara berulang-ulang dalam satu kegiatan dzikir, yang dilakukan sehabis shalat atau pada saat-saat tertentu di malam hari.

Dalam hadis riwayat Bukhari dikatakan bahwa Rasulullah senantiasa beristighfar minimal tujuh puluh kali dalam sehari, meskipun beliau manusia yang terbebas dari kesalahan dan dosa (ma’shum).

Dalam satu Riwayat disebutkan bahwa Allah Ta’ala menyukai gemuruhnya suara orang berdzikir, namun Allah lebih menyukai rintihan penyesalan (istighfar) para pendosa.

Manfaat lain dari dzikir istighfar adalah menghilangkan kesedihan dan mendatangkan rizki. Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka ,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

5) Mendekati Kaum Dhuafa.

Kaum dhuafa adalah para fakir miskin, yaitu mereka yang sehari-hari mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.    

Dengan banyak atau sering mendekati kaum dhuafa (mereka yang hidupnya sangat memprihatinkan) akan membuat  hati menjadi lembut dan terbebas dari kesombongan

Rasulullah bersabda: ”Duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan terbebas dari kesombongan, dan menjadi orang besar disisi Allah” (HR.Abu Mu’aim)

Dalam suatu kisah, kepada Nabiyullah Musa As. Allah Swt berfirman: “Kalau engkau ingin mendekati-Ku, maka dekatilah mereka yang kehausan, yang kelaparan, dan yang kelelahan.  Karena sesungguhnya Aku bersamanya. 

6. Qalbun Salim

Fungsi hati (qalbu) yang paling utama adalah mengenal Allah atau iman, lalu menggerakkan si pemilik hati untuk mewujudkan keimanannya itu dalam sikap dan perilaku konkret kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itulah maka kita diperintahkan untuk senantiasa membersihkan hati, dengan setidaknya melalui empat cara seperti diatas agar kita mempunyai hati yang bersih (qalbun salim).

Rasulullah Saw bersabda, “At-tagwa ha-huna, takwa itu di sini,” sambil menunjuk ke dada tiga kali. (HR. Baihaqi).

Apabila hati kita bersih maka kita akan mudah mengenal Allah, karena syaitan telah menjauh dan tidak mampu lagi menggoda diri kita.  Dengan qalbun salim maka diri kita akan dengan ringan untuk bertakwa kepada Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar