1. Dialoq Murid & Guru
Seorang murid bertanya kepada gurunya (Imam Al-Ghazali), "Syeikh, bukankah dzikir
bisa membuat seseorang lebih dekat dengan Allah dan syaitan akan terusir
menjauh darinya?"
“Benar,” jawab sang Imam.
"Namun kenapa masih ada orang yang rajin
berdzikir tetapi masih sering tergoda oleh syaitan?” lanjut sang Murid.
Gurunya menjawab: “Mengusir syaitan itu seperti
mengusir anjing. Kalau kita hardik anjing maka ia akan lari menyingkir. Tapi jika disekitar
diri kita masih terdapat banyak sampah tulang belulang, yang merupakan makanan kesukaan
anjing maka ia akan datang kembali.
Sang Guru
melanjutkan, “Begitu pula halnya dengan dzikir. Syaitan itu sangat menyukai
kotoran hati, sebagaimana anjing suka tulang belulang. Orang-orang yang rajin berdzikir tapi
masih menyimpan pelbagai kotoran hati dalam dirinya maka syaitan akan
terus datang mendekat, bahkan bersahabat dengannya".
Dzikir tidak akan bermanfaat jika di dalam hati seseorang masih banyak kotoran hati, kesukaan syaitan. Kotoran hati bisa juga disebut dengan penyakit hati.
2. Penyakit Hati
Penyakit hati dalam Islam bukanlah penyakit hati yang menyangkut
kesehatan jasmani seperti penyakit liver, hepatitis, sirosis, dan lain sebagainya. Tetapi penyakit hati disini
adalah penyakit dalam aspek ruhani.
Penyakit hati atau penyakit qalbu (bahasa Arab) adalah penyakit atau gangguan yang ada
pada qalbu dan perasaan manusia. Penyakit ini bisa mempengaruhi perilaku dan
perbuatan seseorang. Apabila hatinya baik atau sehat maka akan baik
pula prilaku dan akhlaknya. Namun apabila hatinya rusak atau kotor maka akan buruk
pula prilaku dan akhlaknya.
Nabi Saw bersabda, "Alaa wa inna fil jasadi mudghah. Idzaa shaluhat shaluhal jasadu kulluhu, waidzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu, Alaa wahiyal qalbu." Artinya, ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah qalbu” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Macam Penyakit Hati
Penyakit hati merupakan sifat atau perbuatan
tercela yang dilarang oleh agama Islam, tetapi sangat disukai oleh syaitan. Penyakit
hati seringkali tidak disadari oleh orang yang mengindapnya, tetapi mudah
dikenali oleh orang lain yang mengenalinya.
Sedikitnya ada tujuh macam penyakit hati, yaitu (1) sombong, (2) ujub, (3)
riya’ (4) gibah, (5) iri-dengki, (6) marah, & Cinta Dunia. Untuk lebih mudah mengingatnya keenam
penyakit hati itu disingkat “SUR-GIM + Cidun”, yaitu:
Pertama, Sombong (takabur). Sombong adalah akhlak buruk yang tidak disukai
Allah. Dosa pertama adalah kesombongan iblis sehingga menyebabkan ia dikutuk
oleh Allah. Sombong adalah perasaan membanggakan diri dan memandang rendah orang
lain. Rasulullah bersabda: “Sombong adalah menolak
kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim). Kondisi yang berpotensi membuat sifat sombong antara
lain adalah kekayaan, jabatan, kecantikan,
kegagahan, dan kepandaian.
Kedua, Riya’ (pamer). Riya’ adalah niatan dalam beramal bukan karena Allah tetapi
ingin dipuji orang lain. Riya’ merupakan kebalikan
dari ikhlas. Seseorang yang melakukan perbuatan amal
shaleh karena riya’ (tidak ikhlas karena Allah) maka ia tidaklah mendapatkan
pahala di sisi Allah.
Ketiga, Ujub (merasa
sholeh). Ujub adalah perasaan mengagumi/membanggakan diri sendiri dalam
beribadah. Sifat ujub harus dihindari karena sifat ini bisa mengurangi bahkan
menghilangkan pahala ibadah seseorang. Ujub juga bisa menjerumuskan seseorang
kepada sifat takabur (sombong).
Keempat, Iri-dengki
(hasad dan hasud). Iri berarti tidak senang
melihat kelebihan orang lain, sedangkan dengki merupakan wujud amarah karena
perasaan iri. Dampak
paling besar dari sifat iri-dengki adalah hancurnya
tali persaudaraan, serta menimbulkan kebencian
dan permusuhan. Dalam Islam kita boleh iri terhadap 2 hal, yaitu orang yang dikaruniai
ilmu lalu diamalkan, serta orang yang dikaruniai harta lalu disedekahkan
(hadis).
Kelima, Ghibah
(bergunjing), yaitu prilaku suka membicarakan aib orang lain untuk tujuan
provokasi (kebencian). Berghibah merupakan
perbuatan tercela dan berdosa besar. Rasulullah bersabda, “Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka
Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni
sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,'" (HR At-Thabrani).
Keenam, Ghadab
(emosional/pemarah). Marah menyebabkan seseorang
sulit mengontrol diri sehingga menyebabkan daya nalar pikiran tidak dapat berfungsi
dengan baik. Orang yang suka marah tidak akan disukai siapapun. Rasulullah SAW bersabda, “Orang kuat bukanlah jagoan
dalam bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika
marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika penyakit-penyakit hati itu menghinggapi
diri seseorang, maka syaitan akan senantiasa datang mendekatinya, dan kemudian
mempengaruhi untuk melakukan hal buruk dan tercela yang bisa menghilangkan
pahala amal ibadahnya.
Dengan begitu maka agar syaitan tidak mudah
mendekat maka seseorang haruslah membebaskan diri dari berbagai penyakit
hati. Kebanyakan para ustadz kita dalam tausiyahnya menyampaikan
bahwa membersihkan penyakit hati dilakukan dengan lima cara, yakni seperti pada
syair lagu berjudul “Tombo Ati” atau “Obat Hati” yang dipopulerkan oleh penyanyi Opick.
Pada syair tembang “Tombo Ati” itu disebutkan
bahwa obat hati ada lima perkara, yaitu: (1) membaca Al Qur’an; (2) shalat malam; (3) bergaul dengan orang-orang
shalih; (4) berpuasa; dan (5) dzikir malam.
Tembang “Tombo Ati” itu konon berasal dari Sunan
Bonang, salah satu wali dari “Wali Songo” atau
sembilan wali yang sangat mashur di tanah Jawa. Sunan Bonang menggunakan
tembang itu sebagai media dakwah dalam penyebaran Islam di tanah Jawa (sekitar
abad XV).
Namun penulis berpendapat bahwa lima hal yang disebutkan dalam
tembang “Tombo Ati” itu sejatinya merupakan obat pelipur
hati bagi orang yang sedang sedih hati,
cemas dan gundah gulana. Bukan cara untuk membersihkan atau mengobati hati yang
kotor atau rusak.
5. Cara membersihkan hati kotor
Untuk menjadikan hati bersih dan terbebas dari penyakit hati, maka kita harus senantiasa membersihkan hati. Setidaknya ada lima cara untuk membersihkan hati yang kotor atau mengobati penyakit hati, yaitu: (1) puasa, (2) hidup sederhana, (3) sedekah, (4) istighfar, dan (5) mendekati dhuafa. ”Jembatan keledai” lima macam menghidupkan qalbu adalah PSSI-Dhuafa, yaitu singkatan dari : Puasa, Sedekah, Sederhana, Istighfar, dan Dhuafa.
1) Puasa.
Pada dasarnya puasa itu bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi hakekat puasa adalah menahan hawa nafsu, atau pengendalian diri (self control).
Pengendalian diri atas ucapan (mulut), pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata), serta perasaan (hati). Yaitu menahan diri untuk tidak berghibah, tidak bicara kasar dan kotor yang menyakiti hati. Menahan diri untuk tidak mendengarkan ghibah serta kata-kata jorok dan kotor. Menahan diri untuk tidak melihat sesuatu yang dilarang agama. Mengendalikan diri untuk tidak berprasangka buruk (su’udzan).
Salah satu aktifitas puasa adalah menahan rasa lapar dan haus, aktifitas ini sesungguhnya mengajarkan pada seseorang untuk mempunyai rasa empati, yaiu ikut merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.
Dengan sering melaksanakan puasa maka seseorang akan semakin peka terhadap penderitaan yang dialami kaum dhuafa, dan hal ini akan membuat qalbu menjadi hidup.
2) Hidup Sederhana (Zuhud).
Zuhud adalah prilaku hidup sederhana dan tidak materialistik, yakni hidup yang selalu dipenuhi oleh keinginan duniawai. Zuhud juga mencakup sifat rendah hati. Sehingga prilaku zuhud dapat membuat seseorang terbebas dari sifat sombong, takabur, dan iri dengki.
Nabi SAW bersabda bahwa hal yang dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka, diantaranya adalah hidup sederhana, baik dalam keadaan fakir maupun di saat kaya raya.
Hidup sederhana merupakan konsep dari tasawuf yaitu zuhud. Zuhud bukanlah sikap hidup yang anti dunia, atau menghindari kenikmatan duniawi, sehingga seseorang harus menjalani kehidupan layaknya orang yang miskin.
Zuhud adalah sikap atau upaya untuk membebaskan diri dari pengaruh dan godaan duniawi berbentuk kemewahan, yang cenderung mendorong seseorang menjadi sombong dan membanggakan diri.
3) Sedekah.
Sedekah merupakan rasa syukur yang diwujudkan dalam bentuk kepedulian sosial dengan cara membantu harta untuk meringankan beban kesulitan ekonomi seseorang. Sedekah akan membangun karakter kasih sayang dan menjauhkan dari sifat tamak.
Bersedekah akan menghapus dosa-dosa dan membersihkan kotoran hati. Mereka yang enggan bersedekah berarti mereka sudah tidak punya kepedulian terhadap nasib fakir miskin, dan itu pertanda bahwa hatinya telah beku.
Sedekah, selain sebagai sarana untuk menyucikan harta dan memperoleh pahala besar, yaitu pahala jariyah, sedekah juga bertujuan untuk mengendalikan nafsu duniawi. Semakin besar nilai sedekah maka semakin besar pula kekuatan pengendalian nafsu.
4) Istighfar
Istighfar adalah ungkapan permohonan ampunan kepada Allah atas kesalahan dan dosa yang dilakukan. Istighfar dilakukan segera setiap kita menyadari melakukan kesalahan, dengan kesadaran dalam hati dan diucapkan dengan lisan.
Namun istighfar juga sangat baik bila dilakukan secara rutin dalam dzikir, meskipun kita tidak merasa melakukan kesalahan. Istighfar sangat baik dilafalkan secara berulang-ulang dalam satu kegiatan dzikir, yang dilakukan sehabis shalat atau pada saat-saat tertentu di malam hari.
Dalam hadis riwayat Bukhari dikatakan bahwa Rasulullah senantiasa beristighfar minimal tujuh puluh kali dalam sehari, meskipun beliau manusia yang terbebas dari kesalahan dan dosa (ma’shum).
Dalam satu Riwayat disebutkan bahwa Allah Ta’ala menyukai gemuruhnya suara orang berdzikir, namun Allah lebih menyukai rintihan penyesalan (istighfar) para pendosa.
Manfaat lain dari dzikir istighfar adalah menghilangkan kesedihan dan mendatangkan rizki. Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka ,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).
5) Mendekati Kaum Dhuafa.
Kaum dhuafa adalah para fakir miskin, yaitu mereka yang sehari-hari mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan banyak atau sering mendekati kaum dhuafa (mereka yang hidupnya sangat memprihatinkan) akan membuat hati menjadi lembut dan terbebas dari kesombongan.
Rasulullah bersabda: ”Duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan terbebas dari kesombongan, dan menjadi orang besar disisi Allah” (HR.Abu Mu’aim)
Dalam suatu kisah, kepada Nabiyullah Musa As. Allah Swt berfirman: “Kalau engkau ingin mendekati-Ku, maka dekatilah mereka yang kehausan, yang kelaparan, dan yang kelelahan. Karena sesungguhnya Aku bersamanya.”
6. Qalbun Salim
Fungsi hati (qalbu) yang paling
utama adalah mengenal Allah atau iman, lalu menggerakkan si pemilik hati untuk
mewujudkan keimanannya itu dalam sikap dan perilaku konkret kehidupan
sehari-hari.
Oleh karena itulah maka kita
diperintahkan untuk senantiasa membersihkan hati, dengan setidaknya melalui
empat cara seperti diatas agar kita mempunyai hati yang bersih (qalbun salim).
Rasulullah Saw bersabda, “At-tagwa ha-huna, takwa itu di
sini,” sambil menunjuk ke dada tiga kali. (HR. Baihaqi).
Apabila hati kita bersih maka kita
akan mudah mengenal Allah, karena syaitan telah menjauh
dan tidak mampu lagi menggoda diri kita.
Dengan qalbun salim maka diri kita akan dengan ringan untuk bertakwa
kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar