Selasa, 31 Maret 2020

Bersikap Sombong

Suatu hari, ada seorang pria yang bertamu di rumah seorang Kyai. Dia melihat Sang Kyai sedang duduk sambal termenung.
Pria itu bertanya, “Apa yang sedang Kyai lakukan?”
Kyai itu menjawab, “Tadi saya kedatangan tamu yang minta nasihat. Saya berikan banyak nasihat yang bermanfaat. Namun, setelah tamu itu pulang saya merasa jadi orang hebat dan telah memberi manfaat pada seseorang. Saya merasa kebanggaan dan kesombongan saya mulai muncul, dan saya menyesal. Karena itu saat ini saya sedang tafakur (merenung) dan memohon ampun atas kesombongan yang bisa menggugurkan amal kebaikan itu.”  
Dari ilustrasi dialog diatas, bisa dibilang kesombongan seseorang itu bukan hanya karena banyaknya harta, kedudukan, dan ilmu saja, tapi bisa jadi kesombongan itu muncul setelah berbuat kebaikan seperti Kyai taersebut.
Tak sedikit di antara kita yang sombong setelah berhasil memberi solusi bagi masalah orang lain. Ada juga yang merasa besar hati setelah berhasil membantu meringankan beban hidup orang lain. Tak jarang ungkapan kesombongan pun tanpa disadari muncul seperti, “Andai dia tidak aku bantu, pasti masalahnya tak pernah terselesaikan.” Ini adalah bentuk ungkapan sederhana tapi mengandung makna keangkuhan.
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi semua Bani Adam, benih-benihnya seringkali muncul tanpa disadari.
Paling tidak, kesombongan itu mempunyai tiga level antara lain; 
Pertama, sombong disebabkan oleh faktor materi. Pada level ini, biasanya seseorang menjadi sombong karena merasa lebih kaya, lebih terhormat, dan lebih rupawan daripada orang lain.
Kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Dalam tahap ini, orang merasa sombong karena ia merasa lebih pintar, lebih berwawasan, lebih berkompeten dari orang lain, merasa menjadi orang yang paling benar dibandingkan orang lain.
Ketiga, sombong disebabkan oleh faktor perbuatan.  Pada level ini, orang menjadi sombong karena ia merasa dirinya lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih soleh dibandingkan dengan orang lain. Tanpa disadari banyak orang terjebak sombong karena merasa sudah berbuat baik kepada orang lain (sombong dalam kebaikan). Bisa jadi faktor kesombongan level ketiga ini sudah melekat lama pada diri kita tanpa sedikitpun disadari.
Kesombongan level ketiga ini sebenarnya jauh lebih halus dari dua level kesombongan lainnya. Mengapa? Karena orang yang sombong karena materi, maka ia mudah terlihat. Tapi, orang yang sombong karena pengetahuan apalagi sombong karena kebaikan sangat sulit terdeteksi. Sebab ia seperti benih-benih halus yang perlahan tapi pasti terus menjalar di hati seseorang.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang kita sebagai umatnya untuk bersikap sombong, sebab sombong adalah salah satu ciri dari penghuni neraka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).” (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada sahabat yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Nabi menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91).
An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadis diatas berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam).

Islam Melarang Sombong
Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadis ini shahih).
Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap sombong.
Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain. (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman: 18).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (Q.S. An Nahl: 23).
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda,  “Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Dosa Pertama Iblis
Sebagian salaf menjelaskan  bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al Baqarah: 34).
Qotadah berkata tentang ayat ini, “Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/114, cet al Maktabah at Tauqifiyah).


Sombong Kepada Orang Sombong

Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah.”  Penyataan di atas bukanlah hadis, melainkan hanya perkataan para ulama yang banyak tersebar di masyarakat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyful Khafa. Hanya saja, maknanya sesuai dengan keterangan beberapa ulama.”

Penulis kitab Bariqah Mahmudiyah mengatakan, “Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan.
Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali.’
Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.’
Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan.'”
Sementara, ulama yang lain mengatakan, “Terkadang bersikap sombong kepada orang yang sombong, bukan untuk membanggakan diri, termasuk perbuatan terpuji. Seperti, bersikap sombong kepada orang yang kaya atau orang bodoh (yang sombong).”
Allahu a’lam.
---

Sombong itu selendangKu. Siapa yang memakai selendangKu niscaya dia tidak akan mencium bau surga”. (hadist Qudsi).
Perumpamaan kesombongan sebagai suatu selendang dan Allah akan menyiksa orang yang merebut selendangNya itu menunjukkan bahwa Allah sangat tidak menyukai orang yang sombong.

Dari sudut pandang kita hamba yang beriman kepada Allah SWT, tentu saja sifat sombong itu adalah sifat yang konyol sekali..

Jadi, saya menafsirkan hadist diatas tetap pada pemahaman bahwa kesombongan itu bukan sifat Allah dan Allah tidak pernah menyatakan bahwa dia Maha Sombong.

1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

    BalasHapus