Aku menatap istriku
yang masih terlelap tidur disisiku. Matanya rapat terpejam,mulutnya menganga,
dengkur nafasnya membawa aroma yang kurang sedap. Bunyi alarm hp tanda waktu
shalat subuh tak dihiraukan. Baru kali ini aku bangun duluan, ia masih tertidur
pulas.
Aku pandangi wajahnya
dalam-dalam, ia tampak begitu lelah. Wajahnya tak secantik dulu, tubuhnyapun
sudah tidak lagi langsing, perutnya juga sudah kendor, juga kulitnya sudah
tidak kencang dan mulus lagi. Aku menahan untuk tidak membangunkan dari
tidurnya.
Istriku sungguh sangat
kelelahan. Biasanya, ia bangun duluan untuk menyiapkan sarapan pagi dan segala
keperluan harian. Seperti biasa sehabis shalat subuh aku menikmati acara tv,
tetapi ia sudah beraktivitas mencuci piring dan membersihkan perabotan kotor
lainnya. Itu berlangsung hingga tiba waktu untuk berangkat
kantor.
Ketika sore hari,
sepulang dari kantor ia sudah begitu sibuk mengurusi segala keperluan dan
kerapihan rumah, juga menyiapkan makan malam. Bahkan ia masih juga
memikirkan keperluan anak-anak. Rutinitas itu dilakukannya setiap hari.
Ooo …betapa lelahnya.
Pernah suatu ketika
aku sampai rumah duluan sepulang kantor. Kulihat tumpukan piring-piring dan
peralatan dapur yang masih kotor berserakan di tempat cucian. Segera aku
mencucinya untuk membantu meringankan tugas rumahnya. Sejakanak-anakku beranjak
dewasa, ia memutuskan untuk tidak lagi mencari pembantuyang memang sudah sangat
sulit didapat, kecuali tukang cuci baju yang datang dipagi hari. Ketika ia sampai
rumah sepulang dari kantor, diraihnya tanganku dan dipeluk serta diciumnya
diriku yang sedang nonton tv. “Yeee… dapurnya sudah bersih. Siapa yang
nyuci piring sayang? Trimakasih ya suamiku”. Sambil menciumku lagi ia berkata
“Maaf tadi pagi tidak sempat nyuci, trima kasih ya…”.Aku hanya tersenyum
meresponnya. Dalam hati aku tersenyum bangga, aku telah menunjukkan kasih
sayang pada istriku.
Tetapi…. tak lama
kemudian segera aku tersadar… Sesungguhnya kegiatan seperti itu telah dilakukan
oleh istriku setiap hari... bahkan sejak dulu. Namun tak pernah sekalipun aku
mengucapkan trimakasih padanya. Sedangkan aku baru sekali itu membantunya,
namun ia tak henti-hentinya mengucapkan trimakasih sambil menciumi pipiku.
Betapa tulus ikhlasnya dirimu sayang …
Urusan keperluan
sekolah, buku, uang saku, serta transportasi, juga mencari sekolah lanjutan
bagi anak-anak… istrikulah yang terus menerus memikirkan dan mengurusnya. Aku
hanya sesekali membantunya, mengantarkannya ke sekolah yang dituju. Bahkan
untuk bayar listrik, telepon, perpanjangan stnk mobilpun aku hampir tidak
pernah memikirkan. Sehari-hari aku lebih sering menonton tv dan membaca buku,
sementara ia sibuk di dapur.
Pantaslah bila ia
kurang peduli dengan dirinya sendiri. Kurang peduli dengan penampilannya dan
bahkan untuk merawat tubuhnya. Kalau saat ini badannya sudah tidak langsing
lagi, di kening dan tepi matanya terdapat guratan kulit … itusemua karena rasa
tanggung jawab dan kepeduliannya terhadap rumah, demi aku, dan demi keluarga.
Kalau ia sering ngomel dan salah paham hingga terjadi perselisihan, itu karena
ia telah begitu lelah hingga emosinya tak terkontrol.
Kubisikkan lembut ke telinganya, trimakasih dan maafkan aku. Sambil kuciumi pipinya hingga ia terbangun dari tidurnya.
(salam, De Kalimana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar