Ada seorang Raja yang
sedang termenung sambil melihat taman di depan istananya. Ia gelisah karena tak
pernah merasakan ketenangan dan sulit sekali menemukan kebahagiaan. Kesehatannya
mulai menurun karena ia mulai susah tidur akibat banyaknya pikiran yang
mengganggu. Padahal selama ini ia tidur di kamar mewah di atas kasur yang
empuk.
Ketika sedang melamun, sang raja melihat seorang tukang kebun yang sedang bekerja sambil bernyanyi dan tertawa ria. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan. Padahal gajinya pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya.
Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makan seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.
Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihatnya dan bertanya: Hai penasihatku, telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran melihat tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya. Padahal ia tidak memiliki apa-apa.
Sang Penasehat tersenyum dan berkata : Paduka raja, Itu karena tukang kebun itu tidak tersentuh Jebakan 99. Bila ia sudah terkena jebakan ini, maka hidupnya akan gelisah dan ia tdk akan bisa tidur.
Apa yang kau maksud dengan Jebakan 99 ?, tanya raja. Bila paduka ingin tahu, besok malam perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak uang dan tulislah 100 Dinar. Namun isi lah kotak itu dengan 99 dinar saja. Raja pun menuruti saran dari penasihatnya.
Ketika hari mulai gelap, prajurit mengetuk pintu rumah tukang kebun ini dengan membawa hadiah.
Si tukang kebun membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah. Ini hadiah dari raja untukmu, kata si prajurit.
Sampaikan terima kasihku kepada raja, jawab tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak dengan tulisan 100 dinar. Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu. Ia segera membawa masuk kotak itu dan menghitungnya bersama keluarga.
Namun anehnya, jumlah uang didalam kotak itu hanya 99 dinar.Dia pun menghitung ulang lagi,
tapi tetap jumlahnya 99. Dia yakin, pasti ada uang yang jatuh.
Dia mencari-cari di sekitar pintu, tapi tak menemukan apa-apa. Akhirnya dia mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana. Semalaman ia mencari, tapi tetap tidak menemukan apa-apa.
Matahari mulai terbit, raja beserta penasihatnya menanti tukang kebun ini. Tak berapa lama dia datang dengan wajah yg masam dan merengut. Raja pun kaget dan bertanya kepada penasihatnya, Apa yang terjadi ? Tak biasanya ia datang dengan wajah seperti ini !
Penasihat raja menjawab, Duhai raja, begitulah kehidupan. Kita memiliki banyak hal, namun kita mencari yang tidak kita miliki. Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma-cuma, namun ia sibuk mencari 1 dinar yang tidak ada.
Ketika sedang melamun, sang raja melihat seorang tukang kebun yang sedang bekerja sambil bernyanyi dan tertawa ria. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan. Padahal gajinya pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya.
Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makan seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.
Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihatnya dan bertanya: Hai penasihatku, telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran melihat tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya. Padahal ia tidak memiliki apa-apa.
Sang Penasehat tersenyum dan berkata : Paduka raja, Itu karena tukang kebun itu tidak tersentuh Jebakan 99. Bila ia sudah terkena jebakan ini, maka hidupnya akan gelisah dan ia tdk akan bisa tidur.
Apa yang kau maksud dengan Jebakan 99 ?, tanya raja. Bila paduka ingin tahu, besok malam perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak uang dan tulislah 100 Dinar. Namun isi lah kotak itu dengan 99 dinar saja. Raja pun menuruti saran dari penasihatnya.
Ketika hari mulai gelap, prajurit mengetuk pintu rumah tukang kebun ini dengan membawa hadiah.
Si tukang kebun membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah. Ini hadiah dari raja untukmu, kata si prajurit.
Sampaikan terima kasihku kepada raja, jawab tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak dengan tulisan 100 dinar. Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu. Ia segera membawa masuk kotak itu dan menghitungnya bersama keluarga.
Namun anehnya, jumlah uang didalam kotak itu hanya 99 dinar.Dia pun menghitung ulang lagi,
tapi tetap jumlahnya 99. Dia yakin, pasti ada uang yang jatuh.
Dia mencari-cari di sekitar pintu, tapi tak menemukan apa-apa. Akhirnya dia mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana. Semalaman ia mencari, tapi tetap tidak menemukan apa-apa.
Matahari mulai terbit, raja beserta penasihatnya menanti tukang kebun ini. Tak berapa lama dia datang dengan wajah yg masam dan merengut. Raja pun kaget dan bertanya kepada penasihatnya, Apa yang terjadi ? Tak biasanya ia datang dengan wajah seperti ini !
Penasihat raja menjawab, Duhai raja, begitulah kehidupan. Kita memiliki banyak hal, namun kita mencari yang tidak kita miliki. Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma-cuma, namun ia sibuk mencari 1 dinar yang tidak ada.
Munculnya kegelisahan
hati, karena kita mencari sesuatu yang tidak kita miliki, Sementara kita tidak pernah sungguh-sungguh
mensyukuri banyaknya anugerah yg kita punya.
Sebuah renungan bagi kita bila kadang merasa kurang bersyukur.
----------
Sebuah renungan bagi kita bila kadang merasa kurang bersyukur.
----------
Sangat sedikit hamba Allah yang pandai bersyukur. Allah Ta’ala berfirman:
“Sangat
sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
"Sesungguhnya
Allah sentiasa melimpahkan kurnia-Nya kepada manusia (seluruhnya), tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur." (QS. al-Baqarah: 243)
"Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim,
14: 34),
Ketika
Siti Aisyah bertanya Rasulullah SAW (suaminya), mengapa baginda begitu kuat dan
tekun beribadah (solat) sampai kakinya bengkak, sedangkan baginda seorang nabi
yang telah diampun dosanya dahulu dan akan datang? Nabi Muhammad menjawab,
"Tidak
bolehkah aku menjadi orang yang bersyukur kepada Allah."
Imam Al
Ghazali menerangkan bahwa bersyukur kepada Allah dapat dilakukan dengantiga
cara yaitu :
1. Bersyukur dengan hati.
Bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan Allah. "Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah." (QS An-Nahl [16]:53).
Bersyukur dengan hati bisa membawa seseorang pada sikap menerima karunia Allah, dengan penuh keikhlasan tanpa kecewa atau keberatan betapa pun kecilnya nikmat tersebut.
2. Bersyukur dengan lisan
Bila hati seseorang telah sangat yakin bahwa segala nikmat yang didapatkan berasal dari Allah SWT. Dia pasti akan mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Oleh karena itu, jika mendapatkan nikmat dari seseorang lisannya tetap memuji Allah. Karena mesti disadari bahwa orang itu sekedar perantara Allah.
3. Bersyukur dengan tindakan
Bersyukur dengan tindakan bermakna bahwa semua nikmat yang diperoleh harus dimanfaatkan di jalan yang diridhaiNya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Allah SWT sangat suka melihat nikmat yang diberikan kepada hambaNya dengan cara dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmatNya pada hambaNya," sabda Rasulullah. Maksud dari hadis ini ialah Allah sangat suka pada hamba-hambaNya yang memperlihatkan dan mengakui segala nikmat yang dilimpahkan kepadanya. Misalnya, orang kaya hendaklah membagi hartanya untuk zakat sedekah dan sebagainya.
1. Bersyukur dengan hati.
Bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan Allah. "Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah." (QS An-Nahl [16]:53).
Bersyukur dengan hati bisa membawa seseorang pada sikap menerima karunia Allah, dengan penuh keikhlasan tanpa kecewa atau keberatan betapa pun kecilnya nikmat tersebut.
2. Bersyukur dengan lisan
Bila hati seseorang telah sangat yakin bahwa segala nikmat yang didapatkan berasal dari Allah SWT. Dia pasti akan mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Oleh karena itu, jika mendapatkan nikmat dari seseorang lisannya tetap memuji Allah. Karena mesti disadari bahwa orang itu sekedar perantara Allah.
3. Bersyukur dengan tindakan
Bersyukur dengan tindakan bermakna bahwa semua nikmat yang diperoleh harus dimanfaatkan di jalan yang diridhaiNya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Allah SWT sangat suka melihat nikmat yang diberikan kepada hambaNya dengan cara dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmatNya pada hambaNya," sabda Rasulullah. Maksud dari hadis ini ialah Allah sangat suka pada hamba-hambaNya yang memperlihatkan dan mengakui segala nikmat yang dilimpahkan kepadanya. Misalnya, orang kaya hendaklah membagi hartanya untuk zakat sedekah dan sebagainya.
Kebahagiaan
itu milik "orang-orang yang pandai bersyukur".
Bahagia atau tidaknya
hidup seseorang itu, bukan ditentukan oleh: seberapa Kayanya, Tenarnya, Cantiknya,
Kuasanya, Sehatnya atau se-Sukses apapun hidupnya.
Kebahagiaan itu tidak bisa dibeli. Kebahagiaan
itu tidak bisa dicari. Tapi kebahagiaan itu bisa ditimbulkan, yaitu dengan rasa
ikhlas, sabar dan syukur.
Kalau kebahagiaan bisa
dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu dan kita akan sulit
mendapatkan kebahagiaan karena sudah di-borong oleh mereka.
Kalau kebahagiaan itu
ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan kosong ...karena semua
orang akan ke sana berkumpul di mana kebahagiaan itu berada.
Untungnya kebahagiaan
itu berada di dalam hati setiap manusia.
Jadi ...kita tidak perlu membeli atau pergi mencari susah payah
kebahagiaan itu.
Yang bisa membuat
seseorang itu bahagia adalah SIKAP HATI
orang itu sendiri... Yang kita perlukan adalah Hati yang bersih dan Ikhlas serta Pikiran yang jernih, maka kita
bisa merasakan BAHAGIA itu kapan pun, di manapun dan dengan kondisi
apapun."
Kebahagiaan itu milik
"Orang-orang yang pandai bersyukur". Allah Ta’ala berfirman, “La-in Syakartum La-Aziidannakum - Wala-in Kafartum Inna 'Adzaabii
Lasyadiid”; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih. ((QS. Ibrahim (14): 7)
Banyak bet
BalasHapus