Rabu, 06 Januari 2021

Agama Hindu

Pada awalnya Hindu merupakan kebudayaan bukan agama seiring dengan perubahan yang dilakukan maka terjadi agama. Semuanya dimulai saat bangsa Arya (indo-jerman) datang ke India melalui celah khaibar. Pada saat itu sangat sulit untuk menemukan jalur untuk masuk ke India oleh sebab itu dulu India juga disebut sebagai anak benua.

Hal ini terjadi pada
tahun 1000 - 2000 SM. Lalu bangsa Arya menetap di lembah sungai Sindu (sekarang Sungai indus, tanah Punjab). Bangsa Arya melakukan akulturasi budaya dengan bangsa Dravida (penduduk asli) menghasilkan suatu kebudayaan yang dinamakan dengan Bangsa Hindu. 

Weda merupakan kitab suci agama Hindu, dan sejak ada kitab ini Hindu menjadi agama.

Dalam agama hindu juga dikenal kasta / sistem pembeda golongan / tingkat.

Dalam Agama Hindu di India terbagi atas 5 kasta :
1. Brahmana = pendeta
2. Ksatria = prajurit, raja, bangsawan
3. Waisya = pedagang
4. Sudra = buruh / rakyat jelata
5. Varya = gelandangan, pengemis
antara satu tingkat dengan tingkat yang lain dilarang menikah.
Di indonesia sendiri, hanya mengenal 4 sistem kasta dimana yang ke 5 digabung dengan yang ke 4.

Hindu mulai masuk ke indonesia pada tahun 4 Masehi, oleh para brahmana dari india dengan motif berdagang dan menyebarkan agama. Sekarang daerah yang menjadi mayoritas agama Hindu ada di Bali.

Kepercayaan Bangsa Hindu bersifat politeisme (memuja banyak dewa). Di dalam pemujaan terhadap dewa itu sering dibuatkan patung-patung yang disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di dalam kehidupan manusia.

Patung-patung itu merupakan simbol dari dewa-dewa yang disembahnya seperti misalnya Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur atau Pembinasa. Ketiga dewa itu diberi nama Tri Murti.

Tri Murti sendiri berarti yang Maha Kuasa. Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja seperti Dewi Saraswati sebagai Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan, dan lain sebagainya.

Umat Hindu beranggapan bahwa, tempat suci adalah tempat bersemayamnya para dewa, sehingga umat Hindu terbiasa mengadakan ziarah ke tempat-tempat suci untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi umat di dunia.

Umat Hindu berziarah ke tempat-tempat suci seperti Kota Benares, sebuah kota yang dianggap sebagai kota tempat bersemayamnya Dewa Pelabur (Dewa Siwa).

Di samping itu, Sungai Gangga juga dianggap suci dan keramat oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan merka, air dari Sungai Gangga akan dapat menyucikan segala dosa betapapun besarnya. Begitu pula tulang dan abu orang mati yang sudah dibakar dibuang ke dalam Sungai Gangga, agar orang yang meninggal masuk ke dalam surga.

 

Reinkarnasi

Dalam filsafat agama Hindu, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Pada saat manusia hidup, mereka banyak melakukan perbuatan dan selalu membuahkan hasil yang setimpal. Jika manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya yang belum sempat dinikmati.

Selain diberi kesempatan menikmati, manusia juga diberi kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya (kualitas). Jadi, lahir kembali berarti lahir untuk menanggung hasil perbuatan yang sudah dilakukan. Dalam filsafat ini, bisa dikatakan bahwa manusia dapat menentukan baik-buruk nasib yang ditanggungnya pada kehidupan yang selanjutnya. Ajaran ini juga memberi optimisme kepada manusia. Bahwa semua perbuatannya akan mendatangkan hasil, yang akan dinikmatinya sendiri, bukan orang lain.

Menurut Hinduisme, yang bisa berinkarnasi itu bukanlah hanya jiwa manusia saja. Semua jiwa mahluk hidup memiliki kesempatan untuk berinkarnasi dengan tujuan menikmati hasil perbuatannya pada masa lalu dan memperbaiki kulaitas hidupnya.

Dalam kehidupan di dunia, manusia menempati strata yang paling tinggi sehingga reinkarnasi yang tertinggi adalah hidup sebagai manusia, bahkan dewa atau malaikat yang ingin sempurna hidupnya, harus turun ke dunia untuk menyempurnakan jiwatman-nya sehingga mencapai moksa, bersatu dengan Brahman.

Makhluk hidup selain manusia memiliki jiwatman yang sama. Jiwatman memiliki memori untuk mencatat dan mengenang peristiwa yang dilakukan atau dialami dalam kehidupan sewaktu masih bersatu dengan raga. Memori tersebut menghasilkan kemelekatan terdadap dunia yang terus dibawa walaupun terjadi kematian yang menyebabkan jiwatman berpisah dengan badan.

Suatu saat jiwatman tersebut akan mencari raga baru yang sesuai dengan kemelekatannya pada konsepsi (janin) yang siap dimasuki roh (atman). Bila manusia mampu meniadakan kemelekatannya terhadap kehidupan dunia, maka ia akan mencapai moksa dan bersatu dengan Brahman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar