Pada
awalnya Hindu merupakan kebudayaan bukan agama seiring dengan perubahan yang
dilakukan maka terjadi agama. Semuanya dimulai saat bangsa Arya
(indo-jerman) datang ke India melalui celah khaibar. Pada
saat itu sangat sulit untuk menemukan jalur untuk masuk ke India oleh sebab itu
dulu India juga disebut sebagai anak benua.
Hal ini terjadi pada tahun 1000 - 2000 SM. Lalu bangsa Arya menetap di lembah sungai Sindu (sekarang Sungai indus,
tanah Punjab). Bangsa Arya melakukan akulturasi budaya dengan bangsa Dravida
(penduduk asli) menghasilkan suatu kebudayaan yang dinamakan dengan Bangsa
Hindu.
Weda merupakan kitab suci agama Hindu, dan sejak ada kitab ini Hindu menjadi
agama.
Dalam
agama hindu juga dikenal kasta / sistem pembeda golongan / tingkat.
Dalam
Agama Hindu di India terbagi atas 5 kasta :
1. Brahmana = pendeta
2. Ksatria = prajurit, raja, bangsawan
3. Waisya = pedagang
4. Sudra = buruh / rakyat jelata
5. Varya = gelandangan, pengemis
antara satu tingkat dengan tingkat yang lain dilarang menikah.
Di indonesia sendiri, hanya mengenal 4 sistem kasta dimana yang ke 5 digabung dengan
yang ke 4.
Hindu mulai masuk ke indonesia pada tahun 4 Masehi, oleh para brahmana dari
india dengan motif berdagang dan menyebarkan agama. Sekarang daerah yang
menjadi mayoritas agama Hindu ada di Bali.
Kepercayaan Bangsa Hindu bersifat politeisme (memuja
banyak dewa). Di dalam pemujaan terhadap dewa itu sering
dibuatkan patung-patung yang disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di dalam
kehidupan manusia.
Patung-patung itu merupakan simbol dari
dewa-dewa yang disembahnya seperti misalnya Dewa
Brahma sebagai Dewa Pencipta, Dewa
Wisnu sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur atau Pembinasa. Ketiga dewa itu diberi nama Tri
Murti.
Tri Murti sendiri berarti yang Maha Kuasa.
Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja seperti Dewi Saraswati sebagai Dewi
Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan, dan lain sebagainya.
Umat
Hindu beranggapan bahwa, tempat suci adalah tempat bersemayamnya para dewa, sehingga
umat Hindu terbiasa mengadakan ziarah ke tempat-tempat suci untuk memohon
keselamatan dan kesejahteraan bagi umat di dunia.
Umat Hindu berziarah ke tempat-tempat suci seperti Kota Benares, sebuah kota yang
dianggap sebagai kota tempat bersemayamnya Dewa Pelabur (Dewa Siwa).
Di samping itu, Sungai Gangga juga dianggap suci
dan keramat oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan merka, air dari Sungai Gangga
akan dapat menyucikan segala dosa betapapun besarnya. Begitu pula tulang dan
abu orang mati yang sudah dibakar dibuang ke dalam Sungai Gangga, agar orang
yang meninggal masuk ke dalam surga.
Reinkarnasi
Dalam filsafat agama Hindu,
reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada
kehidupannya yang terdahulu. Pada saat manusia hidup, mereka banyak
melakukan perbuatan dan selalu membuahkan hasil yang setimpal. Jika manusia
tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi
kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu,
munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil
perbuatannya yang belum sempat dinikmati.
Selain diberi kesempatan menikmati, manusia juga diberi
kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya (kualitas). Jadi, lahir kembali
berarti lahir untuk menanggung hasil perbuatan yang sudah dilakukan. Dalam
filsafat ini, bisa dikatakan bahwa manusia dapat menentukan baik-buruk nasib
yang ditanggungnya pada kehidupan yang selanjutnya. Ajaran ini juga memberi
optimisme kepada manusia. Bahwa semua perbuatannya akan mendatangkan hasil,
yang akan dinikmatinya sendiri, bukan orang lain.
Menurut Hinduisme, yang bisa berinkarnasi itu bukanlah hanya jiwa
manusia saja. Semua jiwa mahluk hidup memiliki kesempatan untuk berinkarnasi
dengan tujuan menikmati hasil perbuatannya pada masa lalu dan memperbaiki
kulaitas hidupnya.
Dalam kehidupan di dunia, manusia menempati strata yang paling
tinggi sehingga reinkarnasi yang tertinggi adalah hidup sebagai manusia, bahkan
dewa atau malaikat yang ingin sempurna hidupnya, harus turun ke dunia untuk
menyempurnakan jiwatman-nya sehingga mencapai moksa, bersatu
dengan Brahman.
Makhluk hidup selain manusia memiliki jiwatman yang
sama. Jiwatman memiliki memori untuk mencatat dan mengenang
peristiwa yang dilakukan atau dialami dalam kehidupan sewaktu masih bersatu
dengan raga. Memori tersebut menghasilkan kemelekatan terdadap dunia yang terus
dibawa walaupun terjadi kematian yang menyebabkan jiwatman berpisah
dengan badan.
Suatu saat jiwatman tersebut akan mencari raga baru yang sesuai dengan kemelekatannya pada konsepsi (janin) yang siap dimasuki roh (atman). Bila manusia mampu meniadakan kemelekatannya terhadap kehidupan dunia, maka ia akan mencapai moksa dan bersatu dengan Brahman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar