Kamis, 18 April 2024

Pribahasa & Falsafah Hidup Orang Jawa

DALAM berfalsafah, orang Jawa seringkali menggunakan unen-unen untuk menata hidup manusia. Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, “Wong Jowo sing ora njawani”.
Falsafah Jawa dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan.

Tigapuluh Lima Pribahasa & Falsafah Jawa
Dari sekian banyak pribahasa dan falsafah yang menjadi pedoman hidup orang Jawa, berikut 35 diantaranya:

1. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
2. Urip Iku Urup
3. Ngunduh Wohing Pakarti
4. Sugih Tanpa Bandha, Sekti Tanpa Aji-Aji
5. Ajining raga saka ing busana…
6. Lembah Manah lan Andhap Asor (tawadhu')
7. Mulat Sarira Hangrasa Wani
8. Becik ketitik - Ala ketara
9. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Landhep tanpa natoni.
10. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan

11. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani
12. Mati Sajroning Urip
13. Menang ora kondang kalah gawe wirang
14. Wani Ngalah luhur wekasane
15. Adigang, adigung, adiguna
16. Jer Basuki Mawa Beya
17. Sawang Sinawang
18. Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa
19. Aja rumangsa bisa, ...
20. Aja Gumunan, Aja Kagetan, lan Aja Getunan

21. Aja Dumeh
22. Sapa sira sapa ingsun
23. Sapa temen bakal tinemu
24. Sapa nandur bakal ngunduh
25. Wani Ngalah Luhur Wekasane
26. Mikul dhuwur, mendhem jero
27. Asu gedhe menang kerahe
28. Anak polah bapa kepradah
29. Desa mawa cara Negara mawa tata
30. Nerima ing pandum

31. Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti
32. Cakra panggilingan
33. Aja milik barang kang melok, ...
34. Aja ketungkul marang kalungguhan, ....
35. Andhap ashar
36. Alaon alon asal kelakon

*****
PENJELASAN:
1. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Artinya, menebar kebaikan untuk kemakmuran dunia, memberantas kemungkaran. Maknanya, dalam kehidupan dunia manusia harus menebarkan kemakmuran (kedamaian dan kesejahteraan) bagi alam semesta; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak. Dalam agama Islam, dikenal dengan "Rahmatan lil alamin" dan "Amar makruf nahi munkar".
2. Urip Iku Urup
Hidup itu nyala, maksudnya adalah hidup itu haruslah menjadi penerang bagaikan lentera. Maknanya dalam hidup orang hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik. Dalam agama Islam, Rasulullah bersabda, "khairunnas anfa'uhum linnas", artinya manusia yang paling baik ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.
3. Ngunduh Wohing Pakarti
Artinya, menuai hasil dari setiap perbuatan, maksudnya bahwa setiap perbuatan (baik atau buruk) pasti akan mendapat balasan. Maknanya semua orang akan mendapatkan akibat dari setiap prilakunya sendiri (kebaikan maupun keburukan). Jadi, kita tidak perlu menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain karena bisa saja itu adalah akibat dari apa yang kita lakukan sendiri. Jadi, kita harus ingat untuk berhati-hati dalam betindak. Allah SWT berfirman: "Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah - Wa man Ya'mal mitsqaala dzarratin syarran yarah" artinya barangsiapa yang mengerjakan kebaikan atau keburukan, meski sebesar zahrah (debu/atom) niscaya akan memperoleh balasan (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
4. Sugih Tanpa Bandha, Sekti Tanpa Aji-Aji
Terjemahan literalnya adalah "kaya tanpa harta kekayaan, sakti/kuat tanpa ajian mistis". Maknanya bahwa kekayaan batin itu lebih berharga daripada harta benda, dan kekuatan karakter lebih penting daripada kekuatan fisik. Makna lain adalah orang kaya itu bukanlah orang yang banyak harta tetapi orang yang kaya hati atau besar jiwanya. Sedangkan orang bisa menjadi hebat dan kuat itu tidaklah dengan mantra tetapi dengan ilmu.
5. Ajining raga saka busana, Ajining diri saka lathi lan budi
Arti literalnya adalah "Kehormatan raga berasal dari busana, sedangkan kehormatan diri berasal dari lisan dan prilaku". Maknanya, kehormatan luar seseorang bisa dilihat dari cara berpakaiannya. Sedangkan kehormatan diri (marwah) dilihat dari cara berkomunikasi dan moral prilakunya. Cara berpakaian itu menentukan kehormatan raga dan cara berbicara menunjukkan kehormatan diri seseorang. Penampilan dan ucapan kita mempengaruhi bagaimana orang bereaksi dan menghargai kita. Sedangkan kehormatan diri ditentukan oleh bagaimana seseorang berucap dan budi pekertinya. Dalam agama Islam, Rasulullah bersabda, "Hiyaa Rukum 'Akhaa Sinukum Akhlaaq", Sebaik-baik orang diantara kalian ialah orang yg baik akhlaknya. (HR. Bukhari & Muslim).

6. Lembah Manah lan Andhap Asor (tawadhu')
Dalam bahasa jawa pengertian "lembah manah" dan "andhap asor" mempunyai pengertian yang mirip, yaitu bersikap rendah hati dan sopan santun. Filosofi ini bagai pepatah: "Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk" artinya: semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya; kalau sudah pandai jangan sombong, selalulah rendah hati. Dalam Islam sikap luhur seperti itu dikenal dengan istilah "tawadhu".
7. Mulat Sarira Hangrasa Wani
Arti mulat berarti melihat dan sarira berarti badan, maknanya "introspeksi diri atau merenungkan diri sendiri". Sedangkan hangrasa berarti merasa, dan wani berarti berani., maknanya "berani dengan penuh kesadaran". Makna keseluruhan adalah "berani dengan kesungguhan hati melihat kekurangan diri". Jadi harus ada keberanian, artinya kesungguhan hati untuk melihat kekurangan diri. Dalam Bahasa Arab atau khasanah Islam dikenal dengan frase: muhasabah atau tafakur.
8. Becik ketitik - Ala ketara
Secara harfiah dapat diterjemahkan "perbuatan baik akan nampak, dan perbuatan buruk akan terungkap". Maknanya bahwa perbuatan baik yang meskipun tidak diperlihatkan atau diketahui orang lain, pada akhirnya pasti akan tampak atau diketahui orang. Sebaliknya bahwa perbuatan buruk meskipun ditutup-tutupi pada akhirnya pasti akan tercium atau terungkap. Pesan moralnya adalah tidak usah pamrih dan jangan berbuat curang, karena semua perbuatan baik atau buruk pada akhirnya akan ada balasannya.
9. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Landhep tanpa natoni.
Arti literalnya adalah "Menyerbu tanpa bala bantuan, Memenangkan tanpa merendahkan, dan Tajam tapi tak melukai". Maknanya, dalam menghadapi lawan, manusia yang baik adalah yang mampu mengalahkan dengan cara luhur penuh kebajikan. Mereka mampu melawan sendiri tanpa bantuan kawan atau membawa massa. Dan mampu memenangkan peperangan tanpa merendahkan atau mempermalukan lawan, bahkan lawanpun kalah secara terhormat merasa tak terluka.
10. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Arti literalnya adalah "Jangan sakit hati bila tertimpa musibah, dan jangan bersedih bila kehilangan". Maknanya adalah kita harus senantiasa bersabar dan tegar menghadapi segala macam musibah, dan pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah karena Tuhan yang mengatutr segala sesuatunya.

11. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani


12. Mati Sajroning Urip
Maknanya, jalan menuju pulang (kematian) itu adalah jalan yang harus ditapaki oleh seseorang sejak sekarang. Sejak hidup di dunia ini, kita sudah diseru untuk merenungi (dan mempersiapkan bekal) kematian. Hal itu bisa dilakukan dengan cara bersemedi, atau dalam khasanah Islam adalah berkhalwat dan berdzikir, yaitu memutuskan hubungan dengan masalah masalah duniawi untuk bertafakur, tadabur dan tasyakur.

13. Menang ora kondang kalah gawe wirang

14. Wani Ngalah luhur wekasane

15. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti. Maksudnya adalah Jaga kelakuan / tatakrama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latarbelakangmu.

16. Jer Basuki Mawa Beya
Setiap kesuksesan/kebahagiaan memerlukan biaya atau usaha yang keras.

17. Sawang Sinawang

18. Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa

19. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
20. Aja Gumunan, Aja Kagetan, Aja Getunan, Aja Aleman.
Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah terkejut-kejut, Jangan mudah menyesal, Jangan manja dan mudah ngambeg.

21. Aja Dumeh
22. Sapa sira sapa ingsun
23. Sapa sing temen bakal tinemu
Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil
24. Sapa nandur bakal ngunduh
Siapa yang menanam bakal menuai hasilnya. Maksudnya barang siapa yang menanam kebaikan maka suatu saat akan mendapatkan hasilnya. Kita diajarkan untuk berlomba menanam kebaikan dimanapun kita berada. Ini juga bermakna kerja keras kita yang akan berhasil kelak.
25. Wani Ngalah Luhur Wekasane

26. Mikul dhuwur, mendhem jero
27. Asu gedhe menang kerahe
28. Anak polah bapa kepradah
29. Desa mawa cara Negara mawa tata

30. Nerima ing pandum
Menerima segala pemberian. Mengandung makna ikhlas dengan segala keadaan atau hasil, meskipun sudah berupaya semaksimal mungkin. Sebab manusia hanyalah berkewajiban untuk berusaha, namun hasilnya Tuhanlah yang berkuasa menentukan .

31. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

32. Cakra manggilingan.
Kehidupan manusia akan seperti roda yang selalu berputar, kadang di bawah kadang di atas. Hukum sebab akibat dan memungkinkan terjadi penitisan.

33. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

34. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

35. Andhap asor.
Bersikap sopan dan santun
36. Alon-alon waton kelakon
Pelan-pelan asal selamat. Kedengarannya simpel ya tetapi sebenarnya filosofi ini memiliki makna yang mendalam. Disini kita diajak untuk selalu berhati-hati, ulet, waspada, dan berusaha dalam menjalani hidup.

***** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar