Selasa, 28 Mei 2019

Note : Pendusta Agama

1. Kisah Syarifah Janda Miskin.
Diceritakan di dalam kitab Rasyafatus Shoodi, karya Alhabib Muhammad Alhaddar. Ada seorang Syarifah janda ditinggal wafat suaminya dan meninggalkan 3 orang anak perempuan.
Syarifah meminta pertolongan seorang guru besar Islam beserta para muridnya. Sang guru berucap: "berikan aku bukti bahwa kau janda miskin yang sengsara,"
Syarifah minta bantuan saudagar kaya, seorang Majusi (penyembah matahari).
Pada malam itu sang guru besar Islam bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat hari kiamat, dan melihat ada istana megah luar biasa di surga.  Kaum muslimin masuk surga atas perintah Rasulullah SAW. Akan tetapi Rasul berpaling muka atas sang guru besar Islam.
Maka Nabi SAW menjawab: "berikan aku bukti bahwa kau memang muslim!"   Kemudian Rasul SAW berucap: "Ingatkah engkau di dunia pernah berkata sedemikian pada cucuku". 
Sang guru besarpun menangis terisak-isak dan sangat menyesali perbuatannya. Barangkali ia merasa bahwa dirinya adalah Pendusta Agama


2.  Pendusta Agama
Pendusta agama dijelaskan oleh Al Qur’an pada surah Al-Ma’un, yaitu surat yang ke-107.  Tiga ayat pertama surah ini menjelaskan siapa yang termasuk sebagai pendusta agama, yaitu: (1) Araitalladzi yukaddzibu biddiin, (2) Fa’dzaalikal ladzii yadu’ul yatiim, (3) Wa laa yahudhdhu alaa tho’amil miskin.  Artinya: (1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, (2) Itulah orang yang menghardik anak yatim, (3) Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Pendusta agama adalah orang yang tidak peduli atau apatis terhadap anak yatim, dan fakir miskin (kaum dhuafa).
Kebanyakan orang hanya berhenti pada pemahaman siapa pelakupendusta agama, tetapi tidak sampai pada pemahaman apa konsekuensi” bagi pendusta agama.

3. Konsekuensi bagi Pendusta Agama
Menurut Prof. Dr. Hamka, hakekat pendusta agama adalah orang-orang yang “mendustai agamanya” atau “mengingkari pilar-pilar agama”.
Pilar agama Islam itu ada 5. Rasulullah Saw : buniyal Islamu ‘ala khomsin.” bahwa Islam dibangun di atas lima pilar utama,  yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.­
Jadi pendusta agama adalah orang yang mendustai pilar-pilar agama.
Bagi orang-orang yang tidak peduli (apatis) terhadap nasib anak-anak yatim dan orang-orang miskin (meskipun ia rajin shalat, rajin puasa, rajin dzikir, dsb) maka mereka adalah pendusta agama.   Ibadah shalatnya, zakatnya, puasanya, dan hajinya menjadi sia-sia,

4. Banyak kita yang pendusta Agama
Berdasarkan survei kebanyakan orang Islam sudah tahu dan hafal surat Al-Maun.  Tetapi ternyata hanya sedikit orang yang memahami dan mengamalkannya. 
Indikator tentang kepedulian terhadap nasib anak-2 yatim dan orang-orang miskin adalah dari pengeluaran Zakat Mal (harta), bukan zakat fitrah.  Zakat Mal merupakan sedekah harta yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5 persen dari penghasilan.
Hasil survei yang dilakukan oleh beberapa  mahasiswa di kota Medan, menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat menunaikan zakat (mal) hanya sebesar 3,21 persen.  Berarti orang yang tidak mengeluarkan zakat mal adalah 96, 79 persen. Dengan kata lain, diantara 100 orang hanya 3 orang  yang menunaikan zakat (mal). 
Bahkan Imam Besar Masjid Istighlal Jakarta, Prof. DR. KH Nasaruddin Umar menyebut bahwa terlalu pelit jika orang Islam hanya mengeluarkan zakat yang 2,5 persen, tanpa sedekah lainnya.

5.  Kesimpulan
Surat Al-Ma’un menjadi pelengkap bagi ayat-ayat dari surat yang lain dalam Al-Qur’an berkaitan dengan kewajiban manusia untuk peduli terhadap nasib anak yatim, dan fakir miskin (kaum dhuafa).
Orang yang tidak peduli atau apatis terhadap nasib kaum dhuafa disebut sebagai “Pendusta Agama”.
Konsekuensi bagi pendusta agama adalah ibadah shalatnya, zakatnya, puasanya, dan hajinya menjadi sia-sia, karena tak berdampak baik bagi akhlaknya.
Salah satu indikator tentang pendusta agama adalah seberapa besar seseorang mengeluarkan sedekah harta, yaitu zakat mal yang 2,5% dari rizki yang diperolehnya.
Hasil survei menunjukkan kebanyakan kita (96 persen) adalah pendusta agama, yaitu orang yang tidak menunaikan zakat mal.
Imam Besar Masjid Istighlal Jakarta, Prof. DR. KH Nasaruddin Umar menyebut bahwa jika orang Islam hanya mengeluarkan zakat yang 2,5 persen, tanpa sedekah lainnya ia terolong orang yang pelit.
Semoga uraian diatas bisa menjadikan renungan bagi kita. Apakah kita termasuk ke dalam golongan orang peduli terhadap nasib anak yatim dan kaum dhuafa, atau justru sebaliknya termasuk kedalam golongan orang yang mendustakan agama.
Astaghfirullah hal adzim.

*******


Pendusta agama” : Tahukah kamu orang yang mendustakan agama; Itulah orang yg menghardik anak yatim ;  Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
 (QS. Al Maun, 107 : 1-3)

Prof. Dr. Hamka  menjelaskan makna “pendusta agama” adalah meskipun ia rajin shalat, ia rajin puasa dan ia rajin melaksanakan ibadah lainnya, namun apabila ia yang tidak peduli terhadap nasib anak yatim dan  orang miskin maka ketaqwaannya diragukan.

Tingkat ketaqwaan seseorang diukur dari seberapa besar kepeduliannya terhadap anak yatim dan fakir miskin. Banyak hadis nabi yang menyatakan bahwa untuk mengukur ketaqwaan seseorang adalah dari akhlaknya (prilaku sosial). 

Rasulullah bersabda, khairunnas anfa’uhum linnas , ”Manusia yang paling baik (dicintai Allah Ta’ala),  ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.  (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)

Salah satu ciri orang yang bertaqwa antara lain adalah menafkahkan sebagian rizki.  Mereka yang bertaqwa, yaitu yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 2-3)

Ketika Rasulullah ditanya, ”Amal apa yang paling utama?”.  Nabi menjawab, ”Seutama-utama amal ialah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, yaitu melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan hutang-hutangnya.”  (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar