Kisah "Dark Justice" dimulai dari sebuah persidangan yang dipimpin seorang hakim bernama Nicholas Marshall. Siang itu juri memberikan keputusan apakah seorang terdakwa yang merupakan seorang pengusaha kaya raya, dinyatakan bersalah atau tidak. Rupanya, pengacara- pengacara handal berbayar mahal cukup pintar melihat celah kelemahan hukum, sehingga juri persidanganpun berpendapat sang terdakwa dinyatakan tidak bersalah.
Sementara Hakim
Nicholas Marshall berkeyakinan terdakwa bersalah. Namun Amerika yang menganut
Anglo-Saxon, benar tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh juri yang direkrut
dari masyarakat. Hakim hanya bertugas mengatur jalannya persidangan agar sesuai
dengan prosedur hukum. Tugas jaksa dan pengacara berargumentasi dengan fakta
hukum untuk meyakinkan juri. Akhirnya Hakim Nicholas Marshall mengetuk palu
setelah pembacaan putusan yang membebaskan terdakwa dari segala tuntutan.
Terdakwa dan
pengacaranya begitu bergembira dengan hasil putusan dan saling mengucakan
selamat. Namun Nicholas Marshall yang tidak puas dengan hasil putusan juri
berikutnya berencana membuat peradilan jalanan (Street Justice) alias main
hakim sendiri.
Saat malam hari,
Nicholas Marshall yang ternyata berambut panjang, membuka ikatan rambutnya dan
menyelinap di kegelapan malam dengan motor gedenya dan menjadi The Night
Watchman, untuk memberikan hukuman kepada si terdakwa tadi. Jadilah sebuah
kisah hakim yang main hakim sendiri.
Tindakan Nicholas
Marshall sebagai seorang hakim yang main hakim sendiri sebenarnya
dilatar-belakangi oleh dendam pribadi saat anak dan istrinya tewas terbunuh.
Sayangnya sistem pengadilan membebaskan para terdakwa yang membuat Nicholas
Marshall tidak lagi percaya pada sistem hukum prosedural. Jadilah si hakim
menjalankan 2 model hukum.
Kasus eksekusi 4
tersangka yang dilakukan oleh sebuah tim pasukan khusus, wajar bila menimbulkan
pro dan kontra di masyarakat. Mereka yang pro mungkin merasakan hal yang sama
dengan Judge Nicholas Marshall yang tidak puas dengan sistem penegakkan hukum di
Indonesia. Sedangkan mereka yang kontra, mengusung issue HAM dan perasaan cemas
akan keluarnya militer dari baraknya untuk berkiprah di luar tugas mereka
sebagai alat pertahanan negara.
Ketimpangan hukum di
Indonesia memang luar biasa parahnya. Seolah-olah hukum hanya tajam ke bawah,
namun tumpul ke atas. Berbagai pertunjukan akrobat hukum yang kita saksikan
saat ini membuat mereka yang pro dengan eksekusi, menemukan alasan
pendukungnya.
Polisi korup, hakim
korup, jaksa narkoba, preman yang bersahabat dan binaan penegak hukum dan kasus
rusaknya pranata hukum lainnya. Belum lagi bebasnya anak menteri dari hukuman
pidana dengan mendapatkan perlakuan khusus selama proses hukum.
Memang semua orang
harus menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). Namun dalam
kondisi sistem hukum yang rusak parah, rasanya saya masih bisa memaklumi bila
ada hakim yang mau main hakim sendiri ala petrus atau penembak misterius di
tahun 80-an.
Ingat! Kejahatan yang
terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.
Kebenaran pasti dapat
mengalahkan kejahatan. Tapi kapan?
Konten ini telah tayang
di Kompasiana.com dengan judul "Dark Justice, Kisah Hakim yang Main Hakim
Sendiri", https://www.kompasiana.com/choiron/552ff48f6ea834df6e8b45f4/dark-justice-kisah-hakim-yang-main-hakim-sendiri
*****
Sinopsis Film Dark Justice
Nicholas Marshall, mantan perwira polisi dan jaksa, menjabat
sebagai hakim. Dalam perjalanan karirnya sebagai pengadil, ia kehilangan
kepercayaan pada sistem hukum setelah istri dan putrinya dibunuh dalam serangan
bom mobil. Sang pembunuh justru bebas dengan alasan legal,
Akhirnya, Marshall menjadi main hakim sendiri pada malam
hari. Ia didedikasikan hidupnya untuk sesuatu yang dia sebut sebagai
"keadilan gelap". Ia menghukum penjahat yang menghindari hukuman
karena kelihaian hukum.
Untuk membantu mencapai tujuannya, Marshall menggunakan tim
spesialis yang disebut oleh pers lokas sebagai "The Night Watchmen." Tim ini merupakan kelompok sipil yang
bekerja untuk misi pemerintah Impossible Mission Forces.
Marshall biasanya menargetkan penjahat yang ia adili di ruang
sidang yang kemudian terpaksa ia bebaskan karena dinyatakan tidak bersalah oleh
para juri. Marshall akan mengabaikan terdakwa tersebut dengan peringatan,
"Keadilan mungkin buta, tapi ia bisa melihat dalam gelap."
Malamnya, ia akan tampil dengan samaran pria berambut
gondrong, berjaket kulit dan naik motor, ia lantas menegakkan hukum lain: 'main
hakim sendiri'. Dengan cekatan, tim pembantunya melakukan operasi rumit yang
sulit dideteksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar